227
l. Aset Dalam Pelaksanaan
l. Construction in Progress
m. Penurunan Nilai Aset m. Impairment of Assets
1 1
2 2
3 3
Impairment of Assets apply to all assets, except: 1 Aset yang timbul dari kontrak konstruksi;
1 Assets arising from construction contracts; 2 Aset Pajak Tangguhan;
2 Deferred tax assets; 3 Aset yang timbul dari Imbalan Kerja;
3 Assets arising from the Employee Benefits; 4
4 5 Properti Investasi yang diukur pada nilai wajar;
5 6
6
7 7 Non-current asset or group removable are
classified as held for sale in accordance with the Non-current Assets Held for Sale and
Discontinued Operations;
Impairment loss is recognized in profit or loss on assets not revalued in the accounts and Public
Administration, while for the revalued assets, an impairment
loss is
recognized in
Other Comprehensive Income;
The Companys indicate a decline in value of assets in the event any of the following:
There is evidence of obsolescence or physical damage to assets;
Significant changes which adversely impact with respect to how far, or how, the asset is
used or expected to be used;
There is evidence from internal reporting that indicates
that the
assets economic
performance is worse, or will be worse than expected;
Financial assets are included within the scope of Financial Instruments;
Investment properties are measured at fair value;
Deferred acquisition costs,
and intangible assets, arising from contractual rights under the
insurance contract the insurer are included in the scope of the Insurance Accounting and
Accounting for Life Insurance; Perusahaan mengindikasi terjadi penurunan nilai
aset apabila terjadi hal-hal sebagai berikut: Terdapat bukti keusangan atau kerusakan fisik
aset; Terjadi perubahan signifikan yang berdampak
merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara, aset digunakan atau diharapkan akan
digunakan; Terdapat
bukti dari
laporan internal
yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset
lebih buruk, atau akan lebih buruk dari yang diharapkan;
Penurunan Nilai Aset diterapkan terhadap semua Aset, kecuali:
Properti investasi
dinilai berdasarkan
harga perolehan dan dilakukan penyusutan sesuai dengan
masa manfaatnya. Investment property valued at cost and depreciated
over their useful lives in accordance with.
Aset keuangan yang termasuk dalam ruang lingkup Instrumen Keuangan;
Biaya akuisisi tangguhan, dan aset tak berwujud, yang timbul dari hak kontraktual penanggung
berdasarkan kontrak asuransi yang termasuk dalam
ruang lingkup
Akuntansi Asuransi
Kerugian dan Akuntansi Asuransi Jiwa; Aset Tidak Lancar atau kelompok lepasan
yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan Aset Tidak Lancar yang Dimiliki
untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan;
Rugi penurunan nilai diakui dalam laba rugi terhadap aset yang tidak direvaluasi dalam akun Administrasi
dan Umum, sedangkan untuk aset yang direvaluasi, rugi penurunan nilai diakui dalam Pendapatan
Komprehensif Lainnya; Akumulasi
biaya konstruksi
atau rehabilitasi
bangunan, kereta, gerbong, instalasi mesin dan biaya-biaya
lain dikapitalisasi
oleh Perusahaan
dalam akun “aset dalam pelaksanaan”. Biaya-biaya ini kemudian akan diklasifikasikan ke akun aset
tetap apabila pekerjaan konstruksi selesai dan disusutkan pada saat aset siap untuk digunakan.
The accumulated
cost of
construction or
rehabilitation of buildings, trains, automobiles, machinery installation and other costs capitalized
by the Company in account Construction in Progress. These costs will then be classified as
fixed assets if the construction work is completed and is depreciated when the assets are ready for
use.
Perusahaan menerapkan PSAK No. 48 tentang Penurunan Nilai Aset yang mensyaratkan bahwa
jumlah aset yang dapat diperoleh kembali diestimasi pada
saat kejadian-kejadian
atau perubahan-
perubahan mengindikasikan bahwa nilai tercatatnya mungkin tidak dapat diperoleh kembali. Penurunan
nilai aset diakui sebagai rugi pada laporan laba rugi tahun yang bersangkutan.
The Company
adopted PSAK
No. 48
on Impairment of Assets which requires that the
amount of assets that can be recovered when events or changes indicate that the carrying value
may not be recoverable. Impairment of assets is recognized as a loss in earnings for the year.
228
Kondisi Aset Sarana dan Lok Beredar dalam Rangkaian Pokok
Lokomotif Cadangan Jalan Percobaan Eks Rusak Dipo
Jalan Percobaan Eks Rusak Balai Yasa Pemeliharaan Berkala
Perbaikan PA Lengkap
SPA PB
Modifikasi Retrofit
Rehabilitasi Konservasi Dapat Diperbaiki
Konservasi Tunggu Afkir Afkir Tunggu Rucat
Kondisi Aset Gerbong Dapat Dioperasikan
Rusak Ringan dapat diperbaiki di lintas Rusak Berat dapat diperbaiki di Balai Yasa
Usulan Afkir Afkir
In 2011 the initial application of PSAK 48 by the Company Assets are prioritized on the railway
facilities to the determination and classification of assets as the following conditions:
Determination and
classification of
Railway Facilities Asset Condition and Loco
70 90
100 After recognition of impairment loss, depreciation
amortization adjusted assets in future periods to allocate the assets of the carrying amount of the
revision, after deducting the residual value if any, are systematically over the remaining useful life;
The Companys in its policy on the application of PSAK 48 to classify the condition of assets using
the equity percentage of damage obtained by the results of inventory;
Circulate on the connection series principal Locomotive Reserves
Dipo trial damaged roads Balai Yasa trial damaged roads
Periodic maintenance Upgrading
Penetapan dan Pengklasifikasian
Kondisi Aset
Sarana Gerbong Persentase Kerusakan
Damaged percentage 10
25 70
100 Determination and classification of Facilities Asset
Condition Wagon
Can be operated Lightly damaged can be fixed on rail
Heavy Damage can be fixed in Balai Yasa Proposal for reject
Rejected Assets wagon condition
Retrofit Rehabilitation
Conservation Can be Repaired Conservation Wait rejects
Rejected Wait split Persentase Kerusakan
Damaged percentage
10 10
35 20
10 50
50 50
Assets vehicle and loco condition
Complete PA SPA
PB Modification
Setelah pengakuan rugi penurunan nilai, beban penyusutan amortisasi aset disesuaikan di periode
mendatang untuk mengalokasikan jumlah tercatat aset revisian, setelah dikurangi nilai residu jika
ada,
secara sistematis
selama sisa
umur manfaatnya;
Perusahaan dalam kebijakannya atas penerapan PSAK 48 mengklasifikasikan tingkat kewajaran
kondisi Aset menggunakan prosentase kerusakan yang diperoleh berdasarkan hasil inventarisasi;
Pada tahun 2011 penerapan awal atas PSAK 48 oleh Perusahaan diutamakan pada Aset yang
bersifat Sarana Perkeretaapian dengan penetapan dan pengklasifikasian kondisi Aset sebagai berikut:
Penetapan dan Pengklasifikasian
Kondisi Aset
Sarana Kereta dan Lok
229
n. Beban Ditangguhkan n. Deferred Charges