Risiko Likuiditas Risiko Hukum

137 L T h BNI PERISKOP Modul Self Assessment Modul Loss Event Database Modul Key Risk Indicator Self Assessment SA merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan sendiri oleh setiap unit risk owner dalam mengidentifikasi operational risk issue yang terdapat di unitnya, mencari penyebabnya, mengukur potensi kerugian yang mungkin timbul serta mencarikan solusi untuk mengatasinya. Hasil SA memberikan gambaran potensi risiko yang dihadapi unit untuk 3 bulan ke depan. Merupakan database atas seluruh kerugian finansial akibat risiko operasional yang terjadi di seluruh unit di bank. Data kerugian yang terkumpul melalui modul LED, selain digunakan untuk pengelolaan risiko operasional yang lebih baik juga sebagai dasar dalam perhitungan kebutuhan modal untuk mengcover risiko operasional dengan menggunakan Advance Measurement Approach AMA. Key risk indicators merupakan alat ukur untuk mengidentifikasi potensi kerugian risiko operasional yang melekat pada produk dan aktivitas sebelum risiko tersebut terjadi dan memberikan tanda signal jika melebihi suatu range nilai tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Business Continuity Management Gangguan atau bencana yang diakibatkan oleh faktor alam, perbuatan manusia, maupun sistem dapat terjadi pada fungsi-fungsi usaha BNI yang kritikal sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas bisnis dan layanan BNI. Untuk mengantisipasi kejadian tersebut maka BNI telah menerapkan Manajemen Keberlangsungan Usaha Business Continuity Management yang diharapkan dapat meminimalisir risiko operasional pada saat terjadinya kondisi darurat atau bencana. Pengembangan perangkat tersebut sejalan dengan peraturan Bank Indonesia yang mewajibkan bank untuk melaksanakan proses pengendalian risiko untuk mengelola risiko yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank, serta selaras dengan persyaratan pada dokumen Basel II yang mewajibkan Bank untuk memiliki rencana keberlangsungan usaha dan rencana darurat business continuity management dan contingency management guna memastikan kemampuan bank untuk dapat tetap beroperasi dan membatasi kerugian jika terjadi gangguan terhadap aktivitas bisnisnya. a. Tata Kelola dan Organisasi Dalam kondisi bencana disaster, BNI telah menyiapkan organisasi spesifik berupa Crisis Management Team CMT dan Emergency Task Force ETF yang terdiri dari Eksekutif SeniorPimpinan Tertinggi Unit sebagai koordinator yang memiliki level kewenangan tertinggi. CMT akan aktif apabila Executive Management Team EMT selaku pimpinan tertinggi dari CMT menyatakan deklarasi kondisi status bencana. b. Kebijakan dan Prosedur Terkait dengan implementasi BCM, BNI telah menetapkan: - Kebijakan BCM Dalam Negeri. - BCM Policy for Overseas Branches. - Prosedur BCM. - Governance Gedung BCM. - Petunjuk Pelaksanaan Kunjungan ke Gedung BCM. c. Proses Setiap langkah recovery strategy dan restoration strategy yang dilaksanakan dipantau dan dilaporkan kepada CMT sampai kondisi dinyatakan normal kembali. Untuk memastikan tingkat kesiapan dan evaluasi BCM, BNI telah melakukan pengujiansimulasi penanganan bencana atas implementasi BCM di seluruh unit operasional. Hal ini dilakukan secara rutin tiap tahun untuk mengetahui tingkat kesiapan masing-masing unit, ditinjau dari segi organisasi maupun infrastruktur BCM yang dimiliki. Hasil dari evaluasi dan pengujian rutin tersebut terlihat dari penanganan yang sistematis dan terarah dalam menghadapi bencana baik yang disebabkan oleh manusia, alam, maupun oleh sistem sehingga aktivitas operasional BNI di lokasi bencana dapat tetap berjalan pada tingkatan tertentu walaupun beberapa sarana dan prasarana penunjang aktivitas bisnis mengalami gangguan.

4. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas berhubungan dengan adanya kemungkinan bank tidak mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendek terhadap deposan, investor dan kreditur, dan pemenuhan giro wajib minimum yang diantaranya disebabkan keterbatasan akses pendanaan atau ketidakmampuan untuk melikuidasi aset yang dimiliki dengan harga yang wajar. 138 L T h BNI Pengungkapan profil maturitas rupiah dan valas bank secara individu dan konsolidasi dimuat dalam tabel 9.1.a dan b, tabel 9.2.a dan b. Perhitungan profil maturitas tersebut sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan tidak termasuk profil maturitas perusahaan anak yang bergerak dalam bidang asuransi. Salah satu kekuatan dari proses pemantauan risiko BNI adalah ketersediaan informasi profil likuiditas bank. Informasi tersebut tersedia di aplikasi Executive Information Management EIS, yang dapat menyajikan informasi perkembangan dana maupun pinjaman secara harian sehingga dapat pula dihasilkan profil arus kas harian dan profil maturitas bulanan yang dapat digunakan sebagai salah satu sistem pemantauan dan pengelolaan risiko likuiditas bank. Indikator Peringatan Dini Indikator peringatan dini dijabarkan dalam indikator-indikator secondary reserve pada kondisi normal, kondisi moderat atau kondisi tight ketat baik untuk Rupiah maupun valuta asing, antara lain tren tingkat suku bunga pasar, tren cadangan devisa, tren DPK termasuk dana nasabah dominan. Setiap indikator telah memiliki batasan yang akan menjadi acuan dalam penetapan kondisi normal, moderat atau ketat. Penetapan SR dalam kondisi moderat atau ketat dilakukan oleh Divisi Manajemen Risiko Bank berdasarkan data indikator-indikator yang telah ditetapkan. Setelah penetapan tersebut akan diberlakukan Liquidity Contigency Plan LCP SR Ideal yang moderat atau ketat. Indikator-indikator di atas dapat direview secara periodik sesuai perkembangan kondisi eksternal maupun internal yang dipicu oleh perkembangan ekonomi baik nasional, regional, maupun global.

5. Risiko Hukum

Tata Kelola dan Organisasi Manajemen risiko hukum dilakukan oleh Divisi Hukum, di bawah pengawasan aktif Direktur Hukum Kepatuhan. Satuan Kerja Bidang Hukum dalam hal ini adalah Divisi Hukum bekerja sama dengan Unit Pengelolaan Hukum atau staf yang menangani fungsi hukum yang terdapat pada DivisiSatuan UnitKantor Wilayah atau unit organisasi lainnya Pengelolaan risiko likuiditas ini bertujuan untuk meminimalkan kemungkinan ketidakmampuan Bank dalam memperoleh sumber pendanaan arus kas, dan membangun kekuatan likuiditas struktural neraca bank untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang yang berkesinambungan. Tata Kelola dan Organisasi Manajemen Risiko Likuiditas dilakukan oleh Divisi Manajemen Risiko Bank ERM dan Divisi Tresuri TRS. Kebijakan dan Prosedur Risiko Likuiditas disusun oleh Divisi ERM, selanjutnya dilaksanakan oleh Divisi TRS yang diwujudkan ke dalam manajemen strategi likuiditas. Divisi ERM juga melakukan monitoring terhadap pelaksanaan manajemen likuiditas yang dilakukan oleh Divisi TRS tersebut. Kebijakan dan Prosedur Divisi ERM menyusun kebijakan risiko likuiditas berupa pedoman penerapan manajemen risiko likuiditas, yang lebih lanjut dijabarkan kedalam prosedur risiko likuiditas yang berisi panduan pelaksanaan manajemen risiko likuiditas, antara lain berupa : a. Ketersediaan alat likuid : GWM, Secondary Reserve, dan Indikator Peringatan Dini b. Pengukuran risiko likuiditas : Rasio Likuiditas, Proyeksi Arus Kas, Profil Maturitas, dan Stress Testing c. Pemantauan d. Pengendalian e. Penetapan Limit Likuiditas Proses Dalam mengelola likuiditas, selain primary reserve BNI menjaga dan mempertahankan secondary reserve untuk memastikan likuiditas berada pada level yang aman. Sebagai cadangan secondary reserve, BNI menjaga dan mempertahankan tertiary reserve. Penetapan dan pemantauan limit, yaitu limit Secondary Reserve Ideal SR Ideal dan limit on-shore loan dilakukan secara berkala oleh Divisi ERM. Sedangkan ketersediaan atas keseluruhan reserve dipantau secara harian, mingguan, dan bulanan oleh Divisi TRS dan Divisi ERM. Perangkat dan Metode Dalam mengelola risiko likuiditas, BNI menggunakan proyeksi arus kas harian dan profil maturitas bulanan, baik secara kontraktual maupun behavioral, agar dapat menetapkan strategi yang sesuai dan akurat untuk mengantisipasi kondisi likuiditas bank di masa mendatang. 139 L T h BNI dimana Satuan Kerja Bidang Hukum tersebut berfungsi sebagai ‘legal watch’ yang menyediakan analisisadvis hukum kepada seluruh unit organisasi danatau pegawai pada setiap jenjang organisasi. Dalam hal Bank akan mengeluarkan produk dan atau aktivitas baru, Divisi Hukum melakukan prosedur analisis aspek hukum terhadap produk danatau aktivitas baru bersama-sama dengan Divisi Manajemen Risiko Bank dan divisi lainnya yang terkait selaku Risk Control Unit. Hal ini dilakukan untuk menilai dampak produk dan atau aktivitas baru tersebut terhadap eksposur Risiko Hukum serta merekomendasikan mitigasi risikonya. Selain itu, secara berkala Divisi Hukum bekerjasama dengan Divisi Manajemen Risiko Bank menilai dan memantau implementasi Manajemen Risiko Hukum. Kebijakan dan Prosedur Implementasi manajemen risiko hukum mengacu pada pedoman penerapan manajemen risiko hukum serta kebijakan dan prosedur terkait lainnya. Divisi Hukum juga melakukan evaluasi dan pengkinian atas kebijakan hukum danatau pengendalian risiko hukum secara berkala sesuai dengan perkembangan eksternal danatau internal. Proses Proses Manajemen Risiko Hukum dilakukan melalui penilaianassessment berupa kajian yuridis atas produk danatau aktivitas baru atau penambahanperubahan fitur produk danatau aktivitas Bank yang sudah ada saat ini, serta advis hukum danatau pendampingan hukum terkait aktivitas operasional DivisiSatuanUnit Proyek CabangSentra Kredit. Permintaan advis hukum danatau pendampingan hukum dilakukan sesuai kewenangan Satuan Kerja Bidang Hukum sebagai berikut: a. CabangSentra Kredit dan unit Iain setingkat Wilayah menyampaikan permintaan advis hukum kepada satuan kerja bidang hukum di wilayah legal region; b. DivisiSatuanUnitProyek dan unit lain yang setingkat menyampaikan permintaan advis hukum kepada Divisi Hukum. Dalam melakukan pengelolaan Risiko Hukum, Satuan Kerja Bidang Hukum harus melakukan review secara berkala terhadap kontrak dan perjanjianagreement antara bank dengan pihak lain, khususnya untuk perjanjian non standar atau perjanjian yang belum dibakukan dalam pedoman perusahaan di BNI.

6. Risiko Stratejik