Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat membawa perubahan-perubahan dalam kehidupan manusia. Kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga berdampak pada bidang pendidikan. Perkembangan teknologi berpengaruh terhadap penggunaan media pembelajaran di sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan lainnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong proses pembelajaran lebih aplikatif dan menarik sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pada umumnya proses pembelajaran yang berlangsung saat ini adalah tatap muka antara siswa dengan siswa maupun antara guru dengan siswa di dalam kelas pembelajaran konvensional. Dalam model konvensional, pengajar memegang peran utama dalam menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi tersebut kepada peserta didik. Sementara peserta didik mendengarkan secara teliti serta mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan pengajar sehingga pada pembelajaran ini kegiatan proses belajar mengajar didominasi oleh pengajar. Hal ini mengakibatkan peserta bersifat pasif, karena peserta didik hanya menerima apa yang disampaikan oleh pengajar, akibatnya peserta didik mudah jenuh, kurang inisiatif, dan bergantung pada pengajar. Salah satu indikator keberhasilan pendidikan adalah terbentuknya individu yang cakap dan mandiri melalui suatu proses belajar. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman Wina Sanjaya, 2012: 198. Pengalaman tersebut dapat berupa pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung yaitu pengalaman yang diperoleh siswa melalui aktivitas atau kegiatan yang dilakukan sendiri pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Pengalaman langsung semacam ini merupakan proses belajar yang sangat bermanfaat. Siswa dapat memahami dengan benar apa yang terjadi dalam kegiatan tersebut sehingga dapat menghindarkan siswa dari persepsi yang salah karena siswa benar-benar mengalaminya sendiri. Upaya untuk mencapai pendidikan yang dapat menghasilkan seseorang yang berkualitas adalah melalui pembelajaran. Ketercapaian satu proses pembelajaran ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkah laku yang lebih baik yang menyangkut perubahan pengetahuan kognitif, keterampilan psikomotor, maupun yang menyangkut nilai dan sikap afektif. Ketercapaian perubahan-perubahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pendidik, peserta didik, lingkungan, metode pembelajaran serta media pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar UU No. 20 Tahun 2003, Bab I Pasal I Ayat 20. Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh tiga aspek utama yaitu peserta didik siswa, pendidik guru dan sumber belajar materibahan ajar. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa aspek –aspek pendukung seperti sekolah, orang tua dan lain sebagainya juga memiliki peran yang tidak kalah penting. Semua elemen ini harus saling mendukung proses pembelajaran. Aspek pendidik guru sebagai pihak yang berperan sebagai fasilitator diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang dinamis, menyenangkan dan inovatif serta menimbulkan perasaan nyaman bagi siswa untuk memahami bahan ajar. Aspek peserta didik siswa sebagai pihak yang menjadi subjek pembelajaran, diharapkan dapat memahami materi pelajaran secara utuh sehingga dapat memanfaatkan ilmu yang dipelajari dengan semestinya. Aspek ketiga sumber belajar merupakan media yang berperan sebagai perantara tersampaikannya materi. Ketiga aspek ini tidak dapat saling menggantikan satu sama lain. Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan efektif apabila seluruh komponen yang berpengaruh di dalamnya saling mendukung. Fakta yang terjadi di sekolah-sekolah membuktikan bahwa sering ditemui berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Sebagian besar dari masalah ini disebabkan oleh belum adanya keselarasan antara ketiga aspek utama dalam proses pembelajaran yang telah disebutkan di atas. Beberapa bentuk dari masalah yang sering muncul dalam proses pembelajaran diantaranya; verbalisme, salah tafsir, perhatian tidak berpusat, tidak terjadinya pemahaman, dan tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep I Wayan Satyasa, 2007: 5. Berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran yang disebutkan di atas disebabkan oleh belum optimalnya proses komunikasi dua arah antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi yang berlangsung pada suatu sistem pembelajaran sedangkan media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem tersebut I Wayan S, 2007: 3. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan berlangsung secara optimal. Posisi penting media, akan berlaku pada proses pembelajaran di semua cabang ilmu pengetahuan sesuai dengan karakteristik masing-masing ilmu. Pemanfaatan media pembelajaran dapat diterapkan di semua mata pelajaran, termasuk Akuntansi. Salah satu kompetensi dasar materi Akuntansi di kelas XI adalah Membuat Ikhtisar Sklus Akuntansi Perusahaan Jasa. Materi ini dikatakan sulit untuk dipahami berdasarkan observasi banyak siswa yang merasa kebingungan dalam materi tahap pengikhtisaran siklus Akuntansi perusahaan jasa terutama sub materi jurnal penyesuaian. Pendidikpun mengatakan pada materi jurnal penyesuaian dirasa sangat sulit disampaikan hanya dengan menggunakan cara pembelajaran yang konvensional atau ceramah dan media yang terbatas. Perkembangan teknologi mobile saat ini begitu pesat, salah satu perangkat mobile yang saat ini sudah umum digunakan adalah telepon seluler. Hampir 90 siswa pasti sudah mempunyai satu telepon seluler atau bahkan ada yang mempunyai lebih dari satu telepon seluler. Semakin banyaknya siswa yang memiliki dan menggunakan perangkat mobile maka semakin besar pula peluang penggunaan perangkat teknologi dalam dunia pendidikan. Media pembelajaran yang memanfaatkan teknologi telepon seluler disebut dengan mobile learning M-Learning. Mobile learning merupakan salah satu alternatif pengembangan media pembelajaran. Kehadiran mobile learning ditujukan sebagai pelengkap pembelajaran serta memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari materi yang kurang dikuasai di manapun dan kapanpun. Panji Wisnu Wirawan, 2011: 22-23 Berdasarkan data dari IDC International Data Corporation pada tahun 2014 Android memegang 84,4 Market share smartphone di seluruh dunia, iphone operating system merupakan sistem operasi dari iPhone menduduki peringkat ke dua dengan 11,7, disusul dengan Windows Phone di peringkat ke tiga sebesar 2,9, dan Blackberry di peringkat ke empat dengan 0,5 market share. Kesuksesan Android ini tidak lepas dari sifatnya yang terbuka open source yaitu dapat memberikan sumber kode perangkat lunak gratis sehingga para pengembang bisa mengembangkan, dan menggandakannya tanpa perlu membayar lisensi apapun. Selain itu Android telah disediakan aplikasi yang berbayar maupun gratis oleh pengembang Android sehingga memudahkan pengguna. Saat ini sudah banyak aplikasi yang disediakan melalui Play Store dan pengguna hanya tinggal mengunduh dan menginstallnya saja ke dalam smartphone. Perkembangan teknologi gadget dikalangan siswa tersebut memberi tantangan dan peluang tersendiri, terutama bagi dunia pendidikan. Tantangan tersebut bisa dilihat dari kurangnya pemanfaatan gadget dengan optimal. Namun ada peluang yang bisa dimanfaatkan oleh dunia pendidikan, salah satunya lewat pengembangan media pembelajaran berbasis mobile application. Pengembangan media pembelajaran berbasis mobile application memungkinkan siswa untuk dapat belajar mandiri, sehingga nilai kemandirian dalam pendidikan karakter dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mobile application “Brain accounting” merupakan aplikasi game edukasi yang berbasis android dengan mengenalkan metode pembelajaran yang menarik dan mudah untuk dimainkan. Brain accounting memadukan sebuah konsep senang dan tenang untuk mengajak para siswa-siswi agar lebih mudah mempelajari akuntansi dan tidak menjenuhkan dalam mempelajarinya khususnya pada materi jurnal penyesuaian. SMK Negeri 1 Tempel merupakan salah satu sekolah kejuruan yang sudah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. SMK Negeri 1 Tempel berlokasi di Jalan Magelang Km. 17 yang tepatnya beralamat di Jlegongan, Margorejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta. Sekolah ini memiliki berbagai fasilitas pembelajaran yang cukup untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar. SMK Negeri 1 Tempel juga didukung oleh tenaga pengajar yang berjumlah 53 orang, dengan jumlah ruang kelas sebanyak 24 ruang, yang terdiri dari kelas X, kelas XI, dan kelas XII. Pada tahun ajaran 20152016 sekolah ini memiliki peserta didik sebanyak 864 orang yang terdiri dari 3 program keahlian yaitu: Program Keahlian Akuntansi, Program Keahlian Administrasi Perkantoran, dan Program Keahlian Pemasaran. Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas XI Akuntansi di SMK Negeri 1 Tempel yang terdiri 3 kelas yaitu kelas XI Akuntansi 1, XI Akuntansi 2, dan XI Akuntansi 3 dengan jumlah siswa masing-masing kelas sebanyak 32 siswa, secara keseluruhan sudah memiliki telepon seluler masing-masing. mayoritas menggunakan smartphone Android, di SMK N 1 Tempel belum ada media pembelajaran yang memanfaatkan telepon seluler. Para siswa masih banyak yang menggunakan laptop atau bahkan masih ada yang menggunakan buku manual untuk menunjang pembelajaran di sekolah. Dengan menggunakan laptop sebagai media pembelajaran akan menyulitkan siswa membawa perangkat tersebut karena berat dan terkesan repot. Guru pun masih menggunakan metode konvensional dalam mengajar sehingga peserta didik merasa bosan ketika melakukan kegiatan pembelajaran. Tenaga pendidik di sekolah ini masih mengunakan metode ceramah khususnya dalam pembelajaran Akuntansi sehingga siswa kurang tertarik dan lebih memilih untuk melakukan hal-hal lain seperti bercengkrama dengan temannya dan sibuk dengan gadgetnya masing masing. Melihat potensi ini, pengembangan media pembelajaran dengan memanfaatkan telepon seluler adalah dengan membuat Mobile Applicaton yang ditujukan untuk semua telepon seluler berplatform Android. Alasannya karena operating system Android menjelma menjadi sebuah sistem yang paling banyak digunakan pada smartphone. Selain lebih praktis dan simpel, sudah banyak smartphone Android yang harganya terjangkau dengan kisaran harga 1 juta rupiah. Oleh karena itu, melalui tugas akhir ini, penulis termotivasi untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis Android dalam bentuk Mobile Application “Brain Accounting” untuk mata pelajaran Akuntansi pada materi jurnal penyesuaian. Pembelajaran melalui media smartphone akan lebih praktis dilakukan di mana saja dan kapan saja sehingga dapat membuat siswa lebih mudah dalam belajar. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Mobile Application Brain Accounting Berbasis Android Sebagai Media Pembelajaran Untuk Siswa Kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Tempel Tahun Ajaran 20152016.

B. Identifikasi Masalah