Pengertian Karakter Mandiri Karakter Mandiri

12

BAB II KAJIAN TEORI

A. Karakter Mandiri

1. Pengertian Karakter Mandiri

Karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman yang selalu berubah, dan dari kematangan karakter tersebut dapat dilakukan pengukuran kualitas pribadi seseorang Forester, dalam Zaim Elmubarok 2009:105. Ngainun Naim 2012:55 menyatakan bahwa karakter adalah gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter mengacu pada serangkaian sikap attitudes, perilaku behaviours, motivasi motivations, dan keterampilan skills. Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual berpikir kritis dan alasan moral, jujur dan bertanggungjawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya. Suyanto Syamsul Kurniawan, 2013:28 berpendapat bahwa karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik di lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap bertanggungjawab terhadap setiap akibat dari keputusan yang telah diambil. 13 Thomas Lickona 1991:52 menyatakan; “A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way. Character so convived has three interrelated parts: moral knowing, mor al feeling, and moral behavior”. Karakter yang baik good character menurut Lickona tersebut meliputi pengetahuan tentang kebaikan moral knowing, selanjutnya memunculkan komitmen atau niat terhadap suatu kebaikan moral feeling, dan pada akhirnya melakukan kebaikan yang menjadi suatu kebiasaan moral behavior. Hal ini dapat menjelaskan bahwa karakter mengacu pada serangkaian pengetahuan cognitives, sikap attitudes, dan motivasi motivations, serta perilaku behavior, dan keterampilan skills. Agus Wibowo 2013:12 menjelaskan bahwa karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, sifatnya jiwa manusia, mulai dari angan-angan hingga menjelma sebagai tenaga, cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Karakter sebagai serangkaian sikap, motivasi, perilaku, dan keterampilan, serta watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan virtues yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Daryanto 2013:2-3 menyatakan bahwa karakter akan dapat terbentuk apabila suatu aktivitas dilakukan berulang-ulang secara rutin sehingga menjadi suatu kebiasaan habbit yang akhirnya tidak hanya menjadi suatu kebiasaan saja tetapi menjadi suatu karakter yang telah melekat pada diri pribadi. Karakter 14 merupakan kunci dari kepemimpinan leadership. Pembentukan karakter tidak dapat dilepaskan dari adanya life skills yang berkaitan erat dengan kemahiran, mempraktikkanmelatih kemampuan, fasilitas, dan kebijaksanaan. Pembelajaran life skills meliputi learning to know,learning to do, learning to life together. Proses pengembangan keterampilan dimulai dari sesuatu yang disadari tetapi tidak kompeten, hingga akhirnya menjadi sesuatu yang tidak disadari unconscious dan tidak kompeten uncompetent. Kemudian akan disadari tetapi tidak kompeten dan akhirnya menjadi sesuatu yang disadari conscious dan kompeten competent. Dari beberapa pendapat tentang karakter tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan suatu identitas diri seseorang yang mencerminkan kualitas kepribadiannya dengan mengacu pada serangkaian sikap, pengetahuan, perilaku, motivasi, dan juga keterampilan dalam berinteraksi atau beraktivitas sehari-hari yang akan menjadi suatu kebiasaan habbit yang melekat pada diri seseorang tersebut. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri pribadinya, sesama manusia, lingkungan, bangsa, dan negara dengan mengoptimalkan potensi pengetahuan diri dengan disertai adanya kesadaran, emosi, dan perasaan. Karakter seseorang akan terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan, sikap yang diambil dalam menanggapi suatu keadaan, dan kata-kata yang diucapkan kepada orang lain. Karakter pada akhirnya akan menjadi sesuatu yang dapat melekat pada diri seseorang dan seringkali orang tersebut tidak menyadari karakternya, tetapi orang lain akan lebih bisa menilai karakter seseorang tersebut. 15 Kebiasaan seseorang terbentuk dari tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang setiap hari. Tindakan tersebut pada awalnya disadari atau tidak disengaja, namun dengan seringnya tindakan yang sama dilakukan maka pada akhirnya kebiasaan tersebut menjadi tidak disadari oleh orang yang bersangkutan. Salah satu cara dalam membangun karakter adalah melalui pendidikan, baik pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat, atau pendidikan formal di sekolah. Nini Subini Syamsul Kurniawan, 2013:143 berpendapat bahwa mandiri merupakan suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain didalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Untuk menjadi mandiri, siswa di lingkungan sekolah perlu untuk dibiasakan belajar mandiri. Kemandirian perlu dilatih sedini mungkin, agar siswa mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya, serta dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri. Beberapa sikap tersebut penting untuk dimiliki siswa sehingga akan menjadi ciri kedewasaan dari seseorang yang terpelajar. Mohamad Mustari 2014:77 menyatakan: “Anak yang mandiri adalah anak yang aktif, independen, kreatif, kompeten, dan spontan. ” Seseorang yang mandiri tidak memerlukan bantuan orang lain, berani mengambil resiko dan mengambil keputusan, serta tidak khawatir atas masalah yang dihadapinya. Orang yang mandiri merupakan orang yang cukup diri self sufficient, yaitu orang yang mampu berpikir dan berfungsi secara independen, tidak perlu bantuan orang lain, 16 tidak menolak resiko dan bisa memecahkan masalah, bukan hanya khawatir tentang masalah-masalah yang dihadapi. Dari uraian pendapat di atas, dapat dipahami bahwa mandiri merupakan suatu sikap, perilaku, atau karakter seseorang yang tidak mudah bergantung kepada orang lain, serta berani menghadapi resiko atas keputusan yang telah diambil dengan percaya diri. Oleh karena itu, karakter mandiri merupakan suatu identitas diri seseorang yang mencerminkan kualitas kepribadiannya yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahannya. Menanamkan karakter mandiri siswa bukan merupakan usaha untuk mengasingkan siswa dari teman maupun pembinaorang tuanya. Hal yang terpenting dalam pembiasaan karakter mandiri adalah peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa dalam memahami perannya menyelesaikan tugas atau segala sesuatu yang dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain. Kriteria keberhasilan dalam penanaman karakter atau program pendidikan karakter bagi siswa dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari yang tampak pada setiap aktivitas yang meliputi kesadaran, kejujuran, keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, kepedulian, kebebasan dalam bertindak, kecermatan atau ketelitian, dan komitmen. Dari berbagai kriteria tersebut, salah satu hal penting pada diri siswa yang menjadi kriteria keberhasilan adanya penanaman karakter adalah adanya karakter mandiri. Siswa dibiasakan untuk tidak bergantung pada pembina, orangtua, teman, atau orang lain dalam menyelesaikan urusannya. Dalam pembiasaan karakter mandiri, siswa akan berusaha terlebih dahulu secara 17 pribadi untuk memahami, berusaha, dan mencoba menyelesaikan segala urusanpermasalahan yang dihadapi dengan caranya sendiri. Tugas pembina dalam pembiasaan karakter mandiri siswa adalah sebagai fasilitator. Kemandirian tidak otomatis tumbuh dalam diri seorang siswa. Menurut Ngainun Naim 2012:162, mandiri pada dasarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran yang berlangsung lama. Mandiri tidak selalu berkaitan dengan usia. Kemandirian tidak otomatis tumbuh dalam diri seorang siswa. Belajar untuk bisa mandiri bukan berarti selalu harus hidup sendiri. Hal tersebut bertujuan untuk membelajarkan siswa agar tidak mengharapkan bantuan, pengawasan, dan arahan orang lain termasuk pembina secara terus menerus. Siswa berlatih berkreativitas dan berinisiatif, serta mencoba untuk menyelesaikan urusanpermasalahannya sendiri dengan bersumber pada bimbingan yang pernah diperolehnya.

2. Karakteristik dari Karakter Mandiri

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEAKTIFAN DALAM PENDIDIKAN EKSTRAKULIKULER KEPRAMUKAAN TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS TINGGI DI MI AL-ISLAM Pengaruh Keaktifan Dalam Pendidikan Ekstrakulikuler Kepramukaan Terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas Tinggi Di MI Al-Islam Kartasura tah

1 4 14

KONTRIBUSI MENGIKUTI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DALAM RANGKA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BAGI SISWA KONTRIBUSI MENGIKUTI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DALAM RANGKA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BAGI SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 3 PETARUKAN PEMALANG TAHU

0 0 16

PENGARUH KETELADANAN GURU, REWARD, DAN PUNISHMENT TERHADAP PERILAKU DISIPLIN SISWA KELAS 5 SEKOLAH DASAR SE-GUGUS SENDANGADI, MLATI, SLEMAN.

12 66 254

PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SE-GUGUS 3 KECAMATAN SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN.

0 0 199

PENGARUH PARTISIPASI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SE-GUGUS III KECAMATAN PANJATAN KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2015.

0 1 158

KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI GUGUS VIII DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA.

0 13 91

PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER PRAMUKA TERHADAP KEMANDIRIAN SISWA KELAS IV SD SE KECAMATAN BANTUL YOGYAKARTA.

0 1 128

PENGARUH EFIKASI DIRI TERHADAP PERILAKU MENYONTEK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI SE-GUGUS II KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 4 128

PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEPRAMUKAAN TERHADAP KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA KELAS V SD DI GUGUS SUGARDA KECAMATAN KALIMANAH KABUPATEN PURBALINGGA.

0 2 145

FAKTOR KESULITAN BELAJAR IPS DI KELAS V SEKOLAH DASAR SE-GUGUS V KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

0 0 143