22 d. Tingkatan keempat, merupakan tingkatan yang memiliki karakteristik
saksama. Ciri-cirinya adalah individu bertindak atas dasar nilai-nilai internal, mampu meyakini diri sendiri sebagai pembuat keputusan dan dapat bertindak,
menyadari tanggung jawab, mau menilai dan introspeksi diri sendiri, memperhatikan hubungan yang saling menguntungkan, memiliki tujuan
jangka panjang dalam hidup, serta lebih peduli lingkungan. e. Tingkatan kelima, merupakan tingkatan yang bersifat individualistis. Ciri-
cirinya adalah adanya kesadaran individu terhadap diri sendiri, kesadaran akan konflik emosional menunjukkan kemandirian atau ketergantungan, lebih
memahami diri sendiri dan orang lain, dapat mengenal diri sendiri dengan baik, serta mampu memperhatikan perkembangan dan masalah-masalah sosial.
f. Tingkatan keenam, merupakan tingkatan yang mencerminkan karakter mandiri. Ciri-cirinya adalah individu memiliki suatu tujuan dalam hidupnya,
menunjukkan sikap dengan pemikiran realistik dan dapat berpikir objektif terhadap diri sendiri dan orang lain, senantiasa memperhatikan perbaikan-
perbaikan diri pribadi, dapat memahami sebuah hal yang bersifat ambiguitas, menyadari bahwa dalam hidup tidak selalu bergantung pada orang lain,
memiliki respon
terhadap kemandirian
orang lain,
serta dapat
mengekspresikan perasaan dengan ekspresi ceria.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter Mandiri
Karakter mandiri siswa terbentuk karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Karakter ini merupakan salah satu nilai yang penting dalam
23 sebuah upaya penanaman pendidikan karakter. Ali Asrori 2012:118
menjelaskan bahwa terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kemandirian siswa, yaitu: 1 gen atau keturunan orang tua, 2 pola
asuh orang tua, 3 sistem pendidikan di sekolah, dan 4 sistem kehidupan di
masyarakat. Berikut ini penjabaran dari keempat faktor tersebut.
a. Gen atau keturunan orang tua. Orang tua yang memiliki karakter mandiri dapat mewariskan karakter
tersebut pada keturunannya. Anak akan tumbuh menjadi anak yang mandiri seperti orang tuanya. Akan tetapi, faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan
karena ada pendapat lain yang menyatakan bahwa bukan sifat atau karakter orang tua yang menurun pada anaknya, namun sifat orang tua muncul berdasarkan cara
orang tua mendidik anaknya sehingga anak memiliki sifat seperti orang tuanya. b. Pola asuh orang tua.
Karakter mandiri siswa dipengaruhi oleh bagaimana cara orang tua mengasuh dan mendidik anaknya. Orang tua yang sering merlarang anak dan
mengatakan “jangan” tanpa memberikan pengertian kepada anak maka akan dapat menghambat perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang dapat memberikan
suasana aman dalam berinteraksi antar keluarga cenderung akan membantu perkembangan anak dengan baik. Orang tua yang sering membandingkan antara
anak satu dengan anak yang lainnya juga akan berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan perilaku atau karakter mandiri anak.
24 c. Sistem pendidikan di sekolah.
Perkembangan kemandirian siswa akan berkembang dengan baik apabila proses pendidikan di sekolah bersifat demokratisasi dan tidak mendoktrin tanpa
adanya argumentasi. Intelektual siswa atau pengetahuan yang didapatkan siswa dari proses pendidikan juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi karakter
mandiri seseorang. d. Sistem kehidupan di masyarakat.
Karakter mandiri anak akan dapat berkembang apabila dalam kehidupan masyarakat atau di lingkungannya senantiasa bisa menciptakan suasana yang
aman, nyaman, serta menghargai potensi anak dalam berbagai kegiatan yang produktif. Karakter mandiri dapat melekat pada diri setiap siswa melalui berbagai
macam faktor di atas. Seseorang memiliki karakter mandiri dapat dipengaruhi oleh adanya gen atau keturunan yang berasal dari orang tua yang memang pada
kegiatan sehari-harinya mendidik siswa untuk belajar mandiri sejak dini. Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor penting dari munculnya karakter
mandiri siswa. Waktu bersama orang tua lebih banyak jika dibandingkan dengan waktu bersama pembina di sekolah. Selain itu, sistem pendidikan di sekolah dan
di masyarakat atau lingkungan sekitar juga dapat berpengaruh pada pembiasaan karakter mandiri siswa. Intelektual atau pengetahuan siswa akan membentuk
sebuah perilaku yang melekat pada diri pribadinya. Mandiri bukan berarti tidak memiliki kepedulian dan tidak berhubungan
dengan orang lain. Karakter mandiri akan lebih baik jika dikembangkan dengan
25 landasan kepedulian tinggi terhadap orang lain. Seseorang yang mandiri biasanya
memiliki kecenderungan untuk lebih berusaha melakukan segala sesuatu sendiri, tetapi bukan berarti mandiri tidak dapat dikembangkan dalam iklim kebersamaan.
Pada variabel karakter mandiri berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Lovinger Ali Asrori, 2012:114 yang menyatakan bahwa terdapat tingkatan
dan ciri-ciri dari karakter mandiri yaitu meliputi tingkatan pertama hingga tingkatan keenam. Pada tingkatan keenam merupakan tingkatan yang
mencerminkan karakter mandiri. Ciri-cirinya adalah individu memiliki suatu tujuan dalam hidupnya, menunjukkan sikap dengan pemikiran realistik dan dapat
berpikir objektif terhadap diri sendiri dan orang lain, senantiasa memperhatikan perbaikan-perbaikan diri pribadi, dapat memahami sebuah hal yang bersifat
ambiguitas, menyadari bahwa dalam hidup tidak selalu bergantung pada orang lain, memiliki respon terhadap kemandirian orang lain, serta dapat
mengekspresikan perasaan dengan ekspresi ceria. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang mendasar dari
karakter mandiri siswa adalah: 1 siswa memiliki tujuan dalam hidup, diwujudkan dengan adanya sikap siswa yang mampu mengambil keputusan secara mandiri
tanpa terpengaruh orang lain; 2 siswa dapat berpikir realistis dan memandang secara objektif terhadap diri sendiri dan orang lain, diwujudkan dengan berani
bertindak atau berinisiatif melakukan hal yang perlu dilakukan; 3 siswa senantiasa memperhatikan perbaikan diri, diwujudkan dengan sikap siswa mampu
bertanggung jawab dan percaya diri terhadap keputusan yang diambil dan apa
26 yang dilakukan; 4 memiliki kesadaran bahwa dalam hidup tidak selalu harus
bergantung kepada orang lain, diwujudkan dengan sikap siswa yang mau mencoba berusaha melakukan hal yang dapat dilakukan sendiri untuk memenuhi
kebutuhannya; dan 5 memiliki respon terhadap kemandirian orang lain, diwujudkan dengan sikap saling menghargai antar individu dan mendukung
proses dalam belajar mandiri. Hal tersebut didukung oleh teori dari Mohamad Mustari 2014:77 yang
menyatakan bahwa “Anak yang mandiri adalah anak yang aktif, independen, kreatif, kompeten, dan spontan.” Seseorang yang mandiri tidak memerlukan
bantuan orang lain, berani mengambil resiko dan mengambil keputusan, serta tidak khawatir atas masalah yang dihadapi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
karakter mandiri merupakan suatu sikap, perilaku, atau karakter seseorang yang tidak mudah bergantung kepada orang lain, serta berani menghadapi resiko atas
keputusan yang telah diambil dengan percaya diri. Berdasarkan kedua teori tersebut, pada variabel karakter mandiri dapat dikembangkan menjadi lima
indikator yaitu: 1 kemampuan mengambil keputusan secara mandiri, 2 berani bertindak atau berinisiatif, 3 memiliki tanggung jawab, 4 memiliki rasa percaya
diri, dan 5 kemampuan untuk mencoba dan berusaha.
B. Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan