PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI PERKEMAHAN DALAM PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN TERHADAP KARAKTER MANDIRI SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR SE-GUGUS III KECAMATAN DEPOK SLEMAN.

(1)

PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI PERKEMAHAN DALAM PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN TERHADAP KARAKTER

MANDIRI SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR SE-GUGUS III KECAMATAN

DEPOK SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Endah Krisnajati NIM 13108244004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

iii


(4)

(5)

v MOTTO

~ ~ La Takhaf Wa La Tahzan, Innallaha Ma’ana ~ ~

“Janganlah kamu takut dan janganlah bersedih hati, Sesungguhnya Allah ada bersama kita”

Terus mencoba, pantang menyerah, kembangkan tujuan, berani ambil resiko! Don’t afraid! Be something different!

 (Penulis)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji dan syukur serta mengharap ridho dari Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua dan keluarga tercinta. 2. Almamater, Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, Nusa, dan Bangsa.


(7)

vii

PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI PERKEMAHAN DALAM PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN TERHADAP KARAKTER

MANDIRI SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR SE-GUGUS III KECAMATAN

DEPOK SLEMAN Oleh

Endah Krisnajati NIM 13108244004

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri siswa kelas VI Sekolah Dasar se-Gugus III Kecamatan Depok Kabupaten Sleman.

Jenis penelitian ini adalah penelitian ex-post facto dengan pendekatan kuantitatif yang bersifat non eksperimental. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 297 siswa. Ukuran sampel sebanyak 170 siswa ditentukan berdasarkan rumus slovin. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa skala psikologi. Instrumen dikembangkan dengan validitas konstruk dan isi yang disetujui oleh ahlinya. Teknik pengolahan data dilakukan dengan adanya uji validitas dan reliabilitas, penghitungan persentase, uji normalitas, uji linearitas, serta uji hipotesis dengan analisis regresi sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri siswa. Hal ini dapat diketahui dari nilai signifikansi (sig) atau peluang galat (p) sebesar 0,000 < 0,05 maka dinyatakan hubungan antara variabel keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan dengan karakter mandiri siswa adalah signifikan. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,805 dan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,646 dengan persamaan regresi Y’ = 20,241 + 0,538X. Besarnya kontribusi atau sumbangan efektif dari keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri sebesar 64,6%.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Penulis menghaturkan syukur atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi berjudul “Pengaruh Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan terhadap Karakter Mandiri Siswa Kelas VI se-Gugus III Kecamatan Depok Sleman” dapat disusun dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bimbingan, arahan, serta bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai ungkapan rasa syukur, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menuntut ilmu di UNY.

2. Dekan FIP UNY yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan PSD FIP UNY yang telah mendukung kelancaran penulisan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Anwar Senen, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan pengarahan, masukan, dan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoritis ... 10

2. Manfaat Praktis ... 11

BAB II. KAJIAN TEORI A. Karakter Mandiri ... 12

1. Pengertian Karakter Mandiri ... 12

2. Karakteristik dari Karakter Mandiri ... 17


(11)

xi

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter Mandiri ... 22

B. Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 26

1. Pengertian Keaktifan ... 26

2. Perkemahan ... 28

3. Pengertian Pendidikan Kepramukaan ... 35

4. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kepramukaan ... 37

5. Sifat Pendidikan Kepramukaan ... 39

6. Pramuka Penggalang ... 40

7. Kegiatan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 41

C. Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan terhadap Karakter Mandiri Siswa ... 45

D. Penelitian yang Relevan ... 47

E. Kerangka Pikir ... 48

F. Hipotesis Penelitian ... 50

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 51

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

1. Tempat Penelitian... 51

2. Waktu Penelitian ... 52

C. Variabel Penelitian ... 52

1. Variabel Independen (variabel bebas) ... 52

2. Variabel Dependen (variabel terikat) ... 52

D. Populasi dan Sampel ... 53

1. Populasi Penelitian ... 53

2. Sampel Penelitian ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 56

F. Instrumen Penelitian ... 57

G. Teknik Analisis Data ... 64

1. Analisis Deskriptif Persentase... 64


(12)

xii

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 70

1. Variabel Karakter Mandiri ... 71

2. Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 73

B. Uji Prasyarat Analisis ... 75

1. Uji Normalitas ... 75

2. Uji Linearitas ... 76

C. Uji Hipotesis ... 77

D. Pembahasan ... 80

E. Keterbatasan Penelitian ... 85

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 87

1. Bagi Pembina Pramuka ... 87

2. Bagi Orang Tua ... 88

3. Bagi Siswa ... 88

4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas VI di Sekolah Dasar se-Gugus III

Kecamatan Depok ... 53

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 58

Tabel 3. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 63

Tabel 4. Kategori Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan dan Karakter Mandiri ... 65

Tabel 5. Hasil Output Frequencies Variabel Karakter Mandiri ... 71

Tabel 6. Distribusi Data Variabel Karakter Mandiri ... 72

Tabel 7. Hasil Output Frequencies Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 73

Tabel 8. Distribusi Data Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan... 75

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas ... 76

Tabel 10. Data Hasil Output Uji Linearitas ... 76

Tabel 11. Data Hasil Output Anova ... 78

Tabel 12. Data Hasil Output Coefficients ... 78


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Kerangka Pengaruh Kerja Kedua Variabel ... 50 Gambar 2. Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat ... 52


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Keterangan Validasi Expert Judgement ... 93

Lampiran 2. Instrumen Ujicoba Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 95

Lampiran 3. Instrumen Ujicoba Variabel Karakter Mandiri ... 98

Lampiran 4. Rekapitulasi Data Hasil Ujicoba Instrumen Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 100

Lampiran 5. Rekapitulasi Data Hasil Ujicoba Instrumen Variabel Karakter Mandiri ... 101

Lampiran 6. Hasil Validitas dan Reliabilitas Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 103

Lampiran 7. Hasil Validitas dan Reliabilitas Variabel Karakter Mandiri ... 105

Lampiran 8. Instrumen Penelitian Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 107

Lampiran 9. Instrumen Penelitian Variabel Karakter Mandiri ... 109

Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Data Instrumen Penelitian Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 111

Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Data Instrumen Penelitian Variabel Karakter Mandiri ... 115

Lampiran 12. Hasil Pengkategorian Data ... 121

Lampiran 13. Sebaran Data ... 124

Lampiran 14. Hasil Uji Normalitas ... 125

Lampiran 15. Hasil Uji Linearitas ... 125

Lampiran 16. Hasil Uji Hipotesis ... 126


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan diselenggarakan di setiap satuan pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Pendidikan diberikan di lembaga-lembaga nonformal dan informal yang menjadi sarana pembentukan pribadi peserta didik maupun masyarakat pada umumnya. Pasal 31 ayat (2) UUD 1945 mengamanatkan pemerintah untuk menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional. Pendidikan diberikan sejak dini untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu mengembangkan pengetahuan. SDM yang berkualitas akan mewujudkan masyarakat yang mempunyai masa depan yang baik. Pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan masa kini dan sekaligus masa depan.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,...”. Pendidikan Nasional memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi siswa. Potensi tersebut untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(17)

2

Mardapi (Darmiyati Zuchdi, 2011:186) menyatakan bahwa karakter diperoleh berdasarkan adanya interaksi dengan orang tua, guru, teman, dan lingkungan, serta dari pembelajaran secara langsung atau pengamatan terhadap orang lain. Karakter berkaitan erat dengan sikap dan nilai. Karakter berkaitan dengan adanya pendidikan karakter yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional (2011:10) merumuskan materi pendidikan karakter yang meliputi 18 nilai-nilai karakter diantaranya adalah nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai-nilai pendidikan karakter dapat diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Pendidikan karakter yang ditanamkan di sekolah dasar sangat beragam dan penting untuk kepribadian dan perkembangan siswa. Salah satu nilai pendidikan karakter adalah karakter mandiri. Samani dan Hariyanto (2012:131) menjelaskan bahwa mandiri adalah mampu memenuhi kehidupan diri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain dan orang yang mandiri mampu mempertimbangkan pilihan dan membuat keputusan sendiri. Siswa mulai dididik sejak dini untuk mau belajar dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, tidak selalu bergantung pada kemampuan orang lain, dan berani menghadapi resiko atas keputusan yang


(18)

3

diambilnya. Siswa dibiasakan untuk berusaha mengerjakan sendiri segala hal yang dapat dilakukan secara mandiri tanpa menggantungkan bantuan orang lain.

Pendidikan memiliki peranan yang besar dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan SDM yang berkualitas. Pendidikan di sekolah dasar dapat dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas. Kegiatan yang dilaksanakan di luar kelas berupa kegiatan yang dapat mengembangkan kepribadian siswa sebagai bekal dalam meningkatkan kemampuan dan karakter siswa. Salah satu pendidikan di sekolah dasar yang dapat membentuk kepribadian siswa adalah melalui kegiatan dalam pendidikan kepramukaan.

Elly Sri Melinda (2013:2) menyatakan bahwa pendidikan kepramukaan merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan kepada siswa di bawah bimbingan orang dewasa dengan melalui kegiatan rekreatif, edukatif, kreatif, menantang dan menyenangkan di alam terbuka yang dikemas dalam bentuk berbagai kegiatan sesuai dengan satuan atau golongan siswa. Salah satu kegiatan dalam pendidikan kepramukaan adalah perkemahan. Kegiatan perkemahan dilaksanakan di alam terbuka dan berada dalam bimbingan orang dewasa. Kegiatan tersebut dikemas sesuai tujuan untuk memberikan pengalaman dan pembelajaran bagi siswa dalam belajar mandiri.

Karakter mandiri bagi siswa kelas VI sekolah dasar menjadi hal yang penting untuk bisa tertanam pada diri setiap siswa. Siswa setelah lulus dari sekolah dasar akan dapat percaya diri dan mampu mengerjakan berbagai hal yang dapat dilakukannya secara mandiri jika sudah dilatih sebelumnya. Fenomena yang


(19)

4

terjadi saat ini adalah adanya krisis kemandirian oleh generasi muda (siswa). Krisis kemandirian tersebut diwujudkan dengan adanya ketergantungan generasi muda (siswa) kepada orang tua atau orang lain dalam menghadapi masalah. Karakter mandiri penting untuk ditanamkan sedini mungkin, baik melalui pendidikan di sekolah, di rumah, dan di lingkungan sekitarnya. Perkemahan sebagai salah satu kegiatan dalam pendidikan kepramukaan berperan sebagai upaya menumbuhkan karakter mandiri siswa.

Pada jenjang sekolah dasar, perkemahan menjadi satu-satunya program yang dapat mencakup berbagai macam kegiatan. Kegiatan tersebut dapat menciptakan kemandirian karena dilaksanakan di alam terbuka dan siswa tidak selalu didampingi oleh orang tuanya. Siswa akan dapat belajar untuk membiasakan diri menanamkan karakter mandiri dalam diri pribadinya. Siswa kelas VI akan segera lulus dari sekolah dasar dan akan menempuh jenjang pendidikan selanjutnya. Penanaman karakter mandiri melalui kegiatan perkemahan bagi siswa kelas VI merupakan salah satu upaya penting yang dapat dilakukan sekolah. Pada masa yang akan datang, siswa akan menjadi lebih siap mental dan fisik dalam menghadapi permasalahan pribadi. Siswa akan terbiasa mencoba menyelesaikan permasalahannya sendiri tanpa selalu mengutamakan bantuan dari orang lain.

Penanaman karakter mandiri senantiasa diupayakan dalam pendidikan kepramukaan. Perwujudan upaya tersebut adalah dengan memberikan kegiatan yang harus diselesaikan oleh individu atau kelompok. Kegiatan yang perlu


(20)

5

diselesaikan dan dipraktikkan saat perkemahan akan menentukan dan membentuk karakter mandiri siswa. Contoh dari pembiasaan karakter mandiri pada saat kegiatan perkemahan adalah memasak dan menjaga kebersihan diri. Siswa terbiasa makan dengan mudah selama di rumah karena sudah disiapkan oleh orang tua. Namun pada kegiatan perkemahan, siswa akan mencoba memenuhi kebutuhan diri dalam membuat makanan sendiri saat tiba-tiba merasa lapar dan senantiasa menjaga kebersihan diri secara mandiri tanpa bergantung pada bantuan orang lain. Kegiatan perkemahan yang dilaksanakan dalam pendidikan kepramukaan meliputi kegiatan yang menarik, menantang, kreatif, dan menyenangkan. Siswa akan dapat belajar sikap disiplin, berani, menghargai orang lain, peduli lingkungan, cinta alam, dan memiliki karakter mandiri. Siswa dapat belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan alam serta mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan dapat berlatih untuk bisa memutuskan sendiri apa yang seharusnya dilakukan.

Sekolah Dasar di gugus III Kecamatan Depok Kabupaten Sleman terdiri dari enam sekolah yang melaksanakan kegiatan pendidikan kepramukaan. Jadwal untuk kegiatan kepramukaan dilaksanakan satu minggu sekali dari siang hingga sore hari setelah pembelajaran di kelas selesai atau menyesuaikan kebijakan dari sekolah masing-masing. Perkemahan dalam pendidikan kepramukaan dilakukan pada waktu tertentu misalnya diakhir semester ganjil atau pada saat kegiatan perkemahan bakti, perkemahan bakti penggalang dari kwartir ranting, atau menyesuaikan kondisi lingkungan alam/cuaca dan kebijakan dari sekolah.


(21)

6

Perkemahan bagi siswa sekolah dasar salah satunya bertujuan untuk melatih kemandirian agar dapat bertahan dan menyelesaikan permasalahan di alam terbuka. Siswa berasal dari berbagai latar belakang yang bervariasi dari segi sosial dan budaya.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, didapatkan data antara lain karakter mandiri siswa masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sikap siswa yang sering meminta bantuan orang tuanya dalam mempersiapkan segala keperluan untuk kegiatan sekolah dan merasa senang ketika orang tua sudah menyiapkan pakaian seragam yang akan digunakan. Pada saat lapar, siswa lebih senang meminta orang tua menyiapkan, mengambilkan, atau mencarikan makanan yang diinginkan tanpa berusaha sendiri terlebih dahulu. Ketika di sekolah, siswa tidak dengan sendirinya menyadari pentingnya menjaga kebersihan baik badan maupun lingkungan. Mereka akan mau melakukannya ketika diingatkan atau sedang ditunggui oleh guru maupun pembina di sekolah.

Tingkat kedisiplinan siswa belum tertanam secara maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya siswa yang masih sering terlambat berangkat sekolah. Siswa masih kurang menyadari untuk bisa menaati tata tertib yang berlaku di sekolah. Pada saat upacara bendera seringkali siswa berbicara dan asyik bermain dengan temannya sehingga tidak memperhatikan pembina upacara. Permasalahan lain adalah siswa merasa antusias dan menyukai kegiatan dari pendidikan kepramukaan atau kepanduan yang dilaksanakan di sekolah, salah satunya dalam mengikuti perkemahan yang menjadi salah satu program evaluasi dari kegiatan


(22)

7

pendidikan kepramukaan di sekolah dasar. Akan tetapi, pembina menyatakan bahwa tidak seluruh orang tua dapat mendukung kegiatan dari kepramukaan, salah satunya pada kegiatan perkemahan. Hal tersebut diwujudkan dengan adanya orang tua siswa yang meminta izin kepada pembina untuk tidak mengikutsertakan siswa tersebut karena adanya kekhawatiran jika saat perkemahan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dan karena adanya dana kegiatan.

Selain itu, permasalahan lain adalah pada saat pelaksanaan pendidikan kepramukaan yaitu adanya siswa yang kurang menunjukkan rasa saling menerima satu sama lain yang diwujudkan dengan adanya sikap satu hingga tiga siswa di dalam setiap regu yang idealis dan pilih-pilih dalam pembentukan kelompok/regu pada awal kegiatan pendidikan kepramukaan. Pembina sebagai pembimbing siswa dalam pendidikan kepramukaan dan kegiatan perkemahan selama ini hanya dapat mengukur adanya kemandirian siswa melalui pengamatan langsung. Dari pengamatan tersebut, terdapat perbedaan sikap atau karakter antara siswa yang aktif dan yang kurang aktif dalam mengikuti perkemahan. Siswa yang aktif mengikuti perkemahan lebih menunjukkan adanya karakter mandiri yang mulai ada dalam dirinya. Siswa yang kurang aktif dalam mengikuti perkemahan akan terlihat kurang mandiri dan kurang percaya diri dalam melakukan berbagai hal serta memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

Siswa usia sekolah dasar belum dapat mandiri sepenuhnya dengan melakukan segala sesuatu selalu sendiri. Akan tetapi, sedini mungkin perilaku mandiri harus dilatih untuk membentuk karakter atau kebiasaan baik yang melekat


(23)

8

dalam diri siswa. Kegiatan perkemahan dalam pendidikan kepramukaan bersifat menyenangkan, di alam terbuka, identik dengan kegiatan yang berada di luar kelas. Siswa akan lebih mudah memahami materi, informasi, maupun bimbingan yang diberikan pembina secara lebih cepat karena siswa dapat memperoleh pembelajaran secara nyata melalui pengalaman langsung di lapangan.

Anton Kristiadi (2014:77) menjelaskan bahwa perkemahan merupakan salah satu kegiatan wajib dalam gerakan pramuka. Perkemahan memiliki tujuan untuk melatih kemandirian, tanggung jawab, kerjasama, empati, disiplin, membuat para anggotanya terbiasa dipimpin dan memimpin, membiasakan diri anggota mendahulukan kepentingan bersama daripada individu, melatih mengendalikan emosi dan mental, melatih gaya hidup sederhana, melatih keterampilan bertahan hidup, dan lain-lainnya. Salah satu tujuan dari kegiatan perkemahan adalah agar peserta/siswa mampu dan dapat terbina jiwa kemandiriannya. Pelaksanaan perkemahan mencakup berbagai kegiatan yang dapat dimanfaatkan untuk melatih karakter mandiri siswa. Karakter tersebut akan terlihat setelah kegiatan perkemahan selesai. Siswa akan menjadi terbiasa untuk menanamkan karakter mandiri dalam beraktivitas di sekolah, di rumah, atau di lingkungan sekitar.

Dari uraian di atas, peneliti bermaksud untuk mengetahui pengaruh serta besarnya pengaruh dari adanya keaktifan mengikuti kegiatan perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri siswa kelas VI. Pada hakikatnya, setiap siswa kelas VI akan segera lulus dari sekolah dasar dan akan


(24)

9

melanjutkan ke jenjang berikutnya. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul penelitian “Pengaruh Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan terhadap Karakter Mandiri Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Se-Gugus III Kecamatan Depok Sleman”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diketahui identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Karakter mandiri siswa rendah yang ditunjukkan dengan adanya ketergantungan siswa pada orang tua maupun orang lain di sekitarnya dalam menyelesaikan permasalahan dan memenuhi kebutuhan pribadinya.

2. Tingkat kedisiplinan siswa belum tertanam secara maksimal.

3. Pendidikan kepramukaan atau kepanduan sebagai pembelajaran yang menyenangkan, tetapi tidak semua orang tua mendukung kegiatan yang dilaksanakan secara maksimal.

4. Siswa kurang menunjukkan rasa saling menerima satu sama lain yang diwujudkan dengan adanya sikap satu, dua, hingga tiga siswa di dalam setiap regu yang idealis dan pilih-pilih dalam pembentukan kelompok/regu pada awal kegiatan pendidikan kepramukaan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, tidak semua permasalahan tersebut dapat diteliti. Hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan kemampuan peneliti dalam pengetahuan, biaya, waktu, dan tenaga. Oleh karena


(25)

10

itu, batasan masalah peneliti adalah pada pengaruh keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri siswa. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, diketahui satu rumusan masalah yaitu: Apakah keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan berpengaruh terhadap karakter mandiri siswa kelas VI Sekolah Dasar Se-Gugus III Kecamatan Depok Sleman?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri siswa kelas VI Sekolah Dasar Se-Gugus III Kecamatan Depok Sleman.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari adanya keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri siswa kelas VI Sekolah Dasar Se-Gugus III Kecamatan Depok Sleman. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk pengembangan teori tentang keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan dan karakter mandiri. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai kajian untuk penelitian lanjutan yang terkait. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan informasi bagi penyelenggara pendidikan untuk mengembangkan dan


(26)

11

meningkatkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan sebagai sarana penyampaian nilai-nilai karakter dalam diri setiap siswa, serta mengembangkan suatu teori mengenai pengaruh perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pembina Pramuka

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan masukan bagi pembina dalam meningkatkan peranannya dalam upaya menumbuhkan nilai karakter mandiri siswa maupun karakter positif lainnya, serta dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana peranan dari adanya kegiatan perkemahan dalam pendidikan kepramukaan.

b. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa sebagai gambaran bagi siswa agar senantiasa memiliki karakter mandiri dalam dirinya, serta mengikuti kegiatan perkemahan maupun kegiatan dalam kepramukaan lainnya dengan disiplin dan sungguh-sungguh sehingga mampu menjadikan dirinya sebagai pribadi yang senantiasa memiliki karakter dan akhlak yang baik dalam kesehariannya.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan serta pengetahuan peneliti tentang pengaruh keaktifan siswa mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri siswa.


(27)

12 BAB II KAJIAN TEORI

A. Karakter Mandiri

1. Pengertian Karakter Mandiri

Karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman yang selalu berubah, dan dari kematangan karakter tersebut dapat dilakukan pengukuran kualitas pribadi seseorang (Forester, dalam Zaim Elmubarok 2009:105). Ngainun Naim (2012:55) menyatakan bahwa karakter adalah gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviours), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual berpikir kritis dan alasan moral, jujur dan bertanggungjawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya.

Suyanto (Syamsul Kurniawan, 2013:28) berpendapat bahwa karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik di lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap bertanggungjawab terhadap setiap akibat dari keputusan yang telah diambil.


(28)

13

Thomas Lickona (1991:52) menyatakan; “A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way. Character so convived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior”. Karakter yang baik (good character) menurut Lickona tersebut meliputi pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing), selanjutnya memunculkan komitmen atau niat terhadap suatu kebaikan (moral feeling), dan pada akhirnya melakukan kebaikan yang menjadi suatu kebiasaan (moral behavior). Hal ini dapat menjelaskan bahwa karakter mengacu pada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitudes), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behavior), dan keterampilan (skills).

Agus Wibowo (2013:12) menjelaskan bahwa karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, sifatnya jiwa manusia, mulai dari angan-angan hingga menjelma sebagai tenaga, cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Karakter sebagai serangkaian sikap, motivasi, perilaku, dan keterampilan, serta watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.

Daryanto (2013:2-3) menyatakan bahwa karakter akan dapat terbentuk apabila suatu aktivitas dilakukan berulang-ulang secara rutin sehingga menjadi suatu kebiasaan (habbit) yang akhirnya tidak hanya menjadi suatu kebiasaan saja tetapi menjadi suatu karakter yang telah melekat pada diri pribadi. Karakter


(29)

14

merupakan kunci dari kepemimpinan (leadership). Pembentukan karakter tidak dapat dilepaskan dari adanya life skills yang berkaitan erat dengan kemahiran, mempraktikkan/melatih kemampuan, fasilitas, dan kebijaksanaan. Pembelajaran life skills meliputi learning to know,learning to do, learning to life together. Proses pengembangan keterampilan dimulai dari sesuatu yang disadari tetapi tidak kompeten, hingga akhirnya menjadi sesuatu yang tidak disadari (unconscious) dan tidak kompeten (uncompetent). Kemudian akan disadari tetapi tidak kompeten dan akhirnya menjadi sesuatu yang disadari (conscious) dan kompeten (competent).

Dari beberapa pendapat tentang karakter tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan suatu identitas diri seseorang yang mencerminkan kualitas kepribadiannya dengan mengacu pada serangkaian sikap, pengetahuan, perilaku, motivasi, dan juga keterampilan dalam berinteraksi atau beraktivitas sehari-hari yang akan menjadi suatu kebiasaan (habbit) yang melekat pada diri seseorang tersebut. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri pribadinya, sesama manusia, lingkungan, bangsa, dan negara dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) diri dengan disertai adanya kesadaran, emosi, dan perasaan. Karakter seseorang akan terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan, sikap yang diambil dalam menanggapi suatu keadaan, dan kata-kata yang diucapkan kepada orang lain. Karakter pada akhirnya akan menjadi sesuatu yang dapat melekat pada diri seseorang dan seringkali orang tersebut tidak menyadari karakternya, tetapi orang lain akan lebih bisa menilai karakter seseorang tersebut.


(30)

15

Kebiasaan seseorang terbentuk dari tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang setiap hari. Tindakan tersebut pada awalnya disadari atau tidak disengaja, namun dengan seringnya tindakan yang sama dilakukan maka pada akhirnya kebiasaan tersebut menjadi tidak disadari oleh orang yang bersangkutan. Salah satu cara dalam membangun karakter adalah melalui pendidikan, baik pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat, atau pendidikan formal di sekolah.

Nini Subini (Syamsul Kurniawan, 2013:143) berpendapat bahwa mandiri merupakan suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain didalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Untuk menjadi mandiri, siswa di lingkungan sekolah perlu untuk dibiasakan belajar mandiri. Kemandirian perlu dilatih sedini mungkin, agar siswa mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya, serta dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri. Beberapa sikap tersebut penting untuk dimiliki siswa sehingga akan menjadi ciri kedewasaan dari seseorang yang terpelajar.

Mohamad Mustari (2014:77) menyatakan: “Anak yang mandiri adalah anak yang aktif, independen, kreatif, kompeten, dan spontan.” Seseorang yang mandiri tidak memerlukan bantuan orang lain, berani mengambil resiko dan mengambil keputusan, serta tidak khawatir atas masalah yang dihadapinya. Orang yang mandiri merupakan orang yang cukup diri (self sufficient), yaitu orang yang mampu berpikir dan berfungsi secara independen, tidak perlu bantuan orang lain,


(31)

16

tidak menolak resiko dan bisa memecahkan masalah, bukan hanya khawatir tentang masalah-masalah yang dihadapi.

Dari uraian pendapat di atas, dapat dipahami bahwa mandiri merupakan suatu sikap, perilaku, atau karakter seseorang yang tidak mudah bergantung kepada orang lain, serta berani menghadapi resiko atas keputusan yang telah diambil dengan percaya diri. Oleh karena itu, karakter mandiri merupakan suatu identitas diri seseorang yang mencerminkan kualitas kepribadiannya yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahannya. Menanamkan karakter mandiri siswa bukan merupakan usaha untuk mengasingkan siswa dari teman maupun pembina/orang tuanya.

Hal yang terpenting dalam pembiasaan karakter mandiri adalah peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa dalam memahami perannya menyelesaikan tugas atau segala sesuatu yang dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain. Kriteria keberhasilan dalam penanaman karakter atau program pendidikan karakter bagi siswa dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari yang tampak pada setiap aktivitas yang meliputi kesadaran, kejujuran, keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, kepedulian, kebebasan dalam bertindak, kecermatan atau ketelitian, dan komitmen. Dari berbagai kriteria tersebut, salah satu hal penting pada diri siswa yang menjadi kriteria keberhasilan adanya penanaman karakter adalah adanya karakter mandiri. Siswa dibiasakan untuk tidak bergantung pada pembina, orangtua, teman, atau orang lain dalam menyelesaikan urusannya. Dalam pembiasaan karakter mandiri, siswa akan berusaha terlebih dahulu secara


(32)

17

pribadi untuk memahami, berusaha, dan mencoba menyelesaikan segala urusan/permasalahan yang dihadapi dengan caranya sendiri.

Tugas pembina dalam pembiasaan karakter mandiri siswa adalah sebagai fasilitator. Kemandirian tidak otomatis tumbuh dalam diri seorang siswa. Menurut Ngainun Naim (2012:162), mandiri pada dasarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran yang berlangsung lama. Mandiri tidak selalu berkaitan dengan usia. Kemandirian tidak otomatis tumbuh dalam diri seorang siswa. Belajar untuk bisa mandiri bukan berarti selalu harus hidup sendiri. Hal tersebut bertujuan untuk membelajarkan siswa agar tidak mengharapkan bantuan, pengawasan, dan arahan orang lain termasuk pembina secara terus menerus. Siswa berlatih berkreativitas dan berinisiatif, serta mencoba untuk menyelesaikan urusan/permasalahannya sendiri dengan bersumber pada bimbingan yang pernah diperolehnya.

2. Karakteristik dari Karakter Mandiri

Steinberg (Desmita, 2012:186) menjelaskan bahwa karakteristik dari karakter mandiri terdiri dari tiga macam. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kemandirian Emosional (Emotional autonomy)

Kemandirian ini berhubungan dengan adanya perubahan kedekatan emosional antar seseorang dengan orang lainnya. Contoh pada hubungan emosional antara siswa dengan pembina atau hubungan anak dengan orang tua.


(33)

18

b. Kemandirian Tingkah Laku (Behavioral autonomy)

Kemandirian yang berkaitan erat dengan kemampuan seseorang dalam membuat keputusan tanpa terpengaruh atau bergantung kepada orang lain, dan menentukan keputusan tersebut dengan penuh tanggung jawab.

c. Kemandirian Nilai (Value autonomy)

Kemandirian yang mengarah pada kemampuan seseorang didalam memaknai berbagai hal yang benar dan salah, serta hal yang penting dan tidak penting dalam kehidupan sehari-hari.

Russel & Bakken (2002:2) menjabarkan tiga karakteristik kemandirian menjadi beberapa aspek. Berikut ini adalah aspek-aspek dari ketiga karakteristik tersebut.

1) Aspek kemandirian emosional (emotional autonomy) Aspek yang terdapat dalam kemandirian ini meliputi:

a) kemampuan melakukan de-idealized terhadap orangtua. Individu harus mampu memahami bahwa tidak ada orang yang sempurna atau ideal, termasuk orang tua mereka. Hal ini membuat individu mampu mandiri dengan tidak lagi bergantung kepada bantuan orangtua;

b) kemampuan memandang parent as people atau orang tua selayaknya orang pada umumnya. Individu akan mampu berinteraksi dengan orangtua mereka, bukan sebagai hubungan antar anak dengan orangtua saja, namun berinteraksi sebagai dua orang individu;


(34)

19

c) non-dependency atau keadaan dimana individu bergantung kepada diri sendiri, bukan kepada orang lain atau orang tua mereka. Individu mampu mengontrol emosi dan menahan keinginan untuk meminta dukungan emosional atau bantuan disekitarnya; dan

d) individuated atau individualisasi. Individu mampu melihat perbedaan pandangan dengan orang tuanya, serta senantiasa memunculkan sikap tanggung jawab.

2) Kemandirian tingkah laku (behavioral autonomy)

Aspek yang terdapat dalam kemandirian ini terdiri dari tiga hal, yaitu: a) kemampuan mengambil keputusan, meliputi: menyadari resiko dari

perilakunya, memilih alternatif pemecahan masalah berdasarkan pertimbangan diri sendiri dan orang lain, bertanggung jawab akan konsekuensi dari keputusan yang diambil;

b) memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain, meliputi: tidak mudah terpengaruh situasi yang menuntut konformitas, tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan, dan memasuki kelompok sosial tanpa tekanan;

c) memiliki rasa percaya diri (self reliance), meliputi: merasa mampu memenuhi kebutuhan dan tanggung jawab sehari-hari di rumah dan di sekolah, merasa mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya, serta berani mengemukakan ide atau gagasan.


(35)

20 3) Kemandirian nilai (value autonomy)

Aspek dari kemandirian ini terdiri dari tiga macam yaitu: a) keyakinan akan nilai-nilai abstrak (abstract belief);

b) nilai-nilai semakin mengarah kepada yang bersifat prinsip (principle belief), antara lain dengan berpikir sesuai prinsip yang dapat dipertanggung jawabkan dalam bidang nilai, bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggung jawabkan dalam bidang nilai, serta bertingkah laku sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri;

c) keyakinan akan nilai semakin terbentuk dalam diri individu bukan hanya dari sistem nilai yang diberikan orang tua atau orang dewasa lainnya (independent belief). Hal ini diwujudkan dengan individu mulai dapat mengevaluasi keyakinan dan nilai-nilai yang diterima dari orang lain, berpikir sesuai dengan keyakinan diri sendiri, serta bertingkah laku sesuai dengan keyakinan sendiri.

Karakter mandiri merupakan sebuah nilai penting yang akan membantu siswa dalam melaksanakan tugasnya. Masa depan siswa akan menjadi lebih baik ketika siswa memiliki karakter mandiri sejak dini. Siswa memahami dirinya dengan baik, dapat mengambil keputusan secara mandiri, berani menghadapi resiko, memiliki rasa percaya diri dan jiwa untuk tidak bergantung kepada orang lain. Perkembangan karakter siswa yang mandiri terjadi secara bertahap dengan mengikuti perkembangan psikis, fisik, dan pemikiran siswa. Menjelang akhir masa anak-anak, siswa dituntut untuk dapat beradaptasi dengan baik di lingkungannya. Pembina sebagai pendidik di sekolah merupakan fasilitator yang


(36)

21

membimbing siswa untuk mampu mengembangkan kemampuan psikis, fisik, dan mentalnya.

3. Ciri-ciri Karakter Mandiri

Menurut Lovinger (Ali & Asrori 2012:114), terdapat tingkatan dan ciri-ciri dari karakter mandiri yaitu sebagai berikut.

a. Tingkatan pertama, merupakan tingkatan yang memiliki karakteristik impulsif dan dapat melindungi diri. Ciri-cirinya adalah individu memperhatikan keuntungan yang diperoleh dari adanya interaksi dengan orang lain, mengikuti aturan untuk memperoleh keuntungan, berpikir tidak logis dan cenderung berpikir dengan cara tertentu. Individu cenderung menyalahkan dan mengejek orang lain serta lingkungannya.

b. Tingkatan kedua, merupakan tingkatan yang memiliki karakteristik konformistik. Ciri-cirinya adalah individu memperhatikan penampilan diri, cenderung berpikir sederhana, peduli dengan aturan kelompok, bertindak dengan motif untuk mendapat pujian dari orang lain, kurang introspeksi diri, dan merasa takut tidak diterima dalam kelompok.

c. Tingkatan ketiga, merupakan tingkatan yang memiliki karakteristik sadar diri. Cirinya adalah mampu berpikir luas, memiliki sebuah harapan dan berbagai kemungkinan dalam suatu situasi, memanfaatkan kesempatan, mementingkan bagimana cara memecahkan masalah, memikirkan bagaimana bertahan hidup, dan adaptasi terhadap situasi atau peranan di lingkungan sosial.


(37)

22

d. Tingkatan keempat, merupakan tingkatan yang memiliki karakteristik saksama. Ciri-cirinya adalah individu bertindak atas dasar nilai-nilai internal, mampu meyakini diri sendiri sebagai pembuat keputusan dan dapat bertindak, menyadari tanggung jawab, mau menilai dan introspeksi diri sendiri, memperhatikan hubungan yang saling menguntungkan, memiliki tujuan jangka panjang dalam hidup, serta lebih peduli lingkungan.

e. Tingkatan kelima, merupakan tingkatan yang bersifat individualistis. Ciri-cirinya adalah adanya kesadaran individu terhadap diri sendiri, kesadaran akan konflik emosional menunjukkan kemandirian atau ketergantungan, lebih memahami diri sendiri dan orang lain, dapat mengenal diri sendiri dengan baik, serta mampu memperhatikan perkembangan dan masalah-masalah sosial. f. Tingkatan keenam, merupakan tingkatan yang mencerminkan karakter mandiri. Ciri-cirinya adalah individu memiliki suatu tujuan dalam hidupnya, menunjukkan sikap dengan pemikiran realistik dan dapat berpikir objektif terhadap diri sendiri dan orang lain, senantiasa memperhatikan perbaikan-perbaikan diri pribadi, dapat memahami sebuah hal yang bersifat ambiguitas, menyadari bahwa dalam hidup tidak selalu bergantung pada orang lain, memiliki respon terhadap kemandirian orang lain, serta dapat mengekspresikan perasaan dengan ekspresi ceria.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter Mandiri

Karakter mandiri siswa terbentuk karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Karakter ini merupakan salah satu nilai yang penting dalam


(38)

23

sebuah upaya penanaman pendidikan karakter. Ali & Asrori (2012:118) menjelaskan bahwa terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kemandirian siswa, yaitu: 1) gen atau keturunan orang tua, 2) pola asuh orang tua, 3) sistem pendidikan di sekolah, dan 4) sistem kehidupan di masyarakat. Berikut ini penjabaran dari keempat faktor tersebut.

a. Gen atau keturunan orang tua.

Orang tua yang memiliki karakter mandiri dapat mewariskan karakter tersebut pada keturunannya. Anak akan tumbuh menjadi anak yang mandiri seperti orang tuanya. Akan tetapi, faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada pendapat lain yang menyatakan bahwa bukan sifat atau karakter orang tua yang menurun pada anaknya, namun sifat orang tua muncul berdasarkan cara orang tua mendidik anaknya sehingga anak memiliki sifat seperti orang tuanya. b. Pola asuh orang tua.

Karakter mandiri siswa dipengaruhi oleh bagaimana cara orang tua mengasuh dan mendidik anaknya. Orang tua yang sering merlarang anak dan mengatakan “jangan” tanpa memberikan pengertian kepada anak maka akan dapat menghambat perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang dapat memberikan suasana aman dalam berinteraksi antar keluarga cenderung akan membantu perkembangan anak dengan baik. Orang tua yang sering membandingkan antara anak satu dengan anak yang lainnya juga akan berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan perilaku atau karakter mandiri anak.


(39)

24 c. Sistem pendidikan di sekolah.

Perkembangan kemandirian siswa akan berkembang dengan baik apabila proses pendidikan di sekolah bersifat demokratisasi dan tidak mendoktrin tanpa adanya argumentasi. Intelektual siswa atau pengetahuan yang didapatkan siswa dari proses pendidikan juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi karakter mandiri seseorang.

d. Sistem kehidupan di masyarakat.

Karakter mandiri anak akan dapat berkembang apabila dalam kehidupan masyarakat atau di lingkungannya senantiasa bisa menciptakan suasana yang aman, nyaman, serta menghargai potensi anak dalam berbagai kegiatan yang produktif. Karakter mandiri dapat melekat pada diri setiap siswa melalui berbagai macam faktor di atas. Seseorang memiliki karakter mandiri dapat dipengaruhi oleh adanya gen atau keturunan yang berasal dari orang tua yang memang pada kegiatan sehari-harinya mendidik siswa untuk belajar mandiri sejak dini. Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor penting dari munculnya karakter mandiri siswa. Waktu bersama orang tua lebih banyak jika dibandingkan dengan waktu bersama pembina di sekolah. Selain itu, sistem pendidikan di sekolah dan di masyarakat atau lingkungan sekitar juga dapat berpengaruh pada pembiasaan karakter mandiri siswa. Intelektual atau pengetahuan siswa akan membentuk sebuah perilaku yang melekat pada diri pribadinya.

Mandiri bukan berarti tidak memiliki kepedulian dan tidak berhubungan dengan orang lain. Karakter mandiri akan lebih baik jika dikembangkan dengan


(40)

25

landasan kepedulian tinggi terhadap orang lain. Seseorang yang mandiri biasanya memiliki kecenderungan untuk lebih berusaha melakukan segala sesuatu sendiri, tetapi bukan berarti mandiri tidak dapat dikembangkan dalam iklim kebersamaan. Pada variabel karakter mandiri berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Lovinger (Ali & Asrori, 2012:114) yang menyatakan bahwa terdapat tingkatan dan ciri-ciri dari karakter mandiri yaitu meliputi tingkatan pertama hingga tingkatan keenam. Pada tingkatan keenam merupakan tingkatan yang mencerminkan karakter mandiri. Ciri-cirinya adalah individu memiliki suatu tujuan dalam hidupnya, menunjukkan sikap dengan pemikiran realistik dan dapat berpikir objektif terhadap diri sendiri dan orang lain, senantiasa memperhatikan perbaikan-perbaikan diri pribadi, dapat memahami sebuah hal yang bersifat ambiguitas, menyadari bahwa dalam hidup tidak selalu bergantung pada orang lain, memiliki respon terhadap kemandirian orang lain, serta dapat mengekspresikan perasaan dengan ekspresi ceria.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang mendasar dari karakter mandiri siswa adalah: 1) siswa memiliki tujuan dalam hidup, diwujudkan dengan adanya sikap siswa yang mampu mengambil keputusan secara mandiri tanpa terpengaruh orang lain; 2) siswa dapat berpikir realistis dan memandang secara objektif terhadap diri sendiri dan orang lain, diwujudkan dengan berani bertindak atau berinisiatif melakukan hal yang perlu dilakukan; 3) siswa senantiasa memperhatikan perbaikan diri, diwujudkan dengan sikap siswa mampu bertanggung jawab dan percaya diri terhadap keputusan yang diambil dan apa


(41)

26

yang dilakukan; 4) memiliki kesadaran bahwa dalam hidup tidak selalu harus bergantung kepada orang lain, diwujudkan dengan sikap siswa yang mau mencoba berusaha melakukan hal yang dapat dilakukan sendiri untuk memenuhi kebutuhannya; dan 5) memiliki respon terhadap kemandirian orang lain, diwujudkan dengan sikap saling menghargai antar individu dan mendukung proses dalam belajar mandiri.

Hal tersebut didukung oleh teori dari Mohamad Mustari (2014:77) yang menyatakan bahwa “Anak yang mandiri adalah anak yang aktif, independen, kreatif, kompeten, dan spontan.” Seseorang yang mandiri tidak memerlukan bantuan orang lain, berani mengambil resiko dan mengambil keputusan, serta tidak khawatir atas masalah yang dihadapi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakter mandiri merupakan suatu sikap, perilaku, atau karakter seseorang yang tidak mudah bergantung kepada orang lain, serta berani menghadapi resiko atas keputusan yang telah diambil dengan percaya diri. Berdasarkan kedua teori tersebut, pada variabel karakter mandiri dapat dikembangkan menjadi lima indikator yaitu: 1) kemampuan mengambil keputusan secara mandiri, 2) berani bertindak atau berinisiatif, 3) memiliki tanggung jawab, 4) memiliki rasa percaya diri, dan 5) kemampuan untuk mencoba dan berusaha.

B. Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan 1. Pengertian Keaktifan

Keaktifan berasal dari kata dasar aktif yang mendapatkan awalan ke- dan akhiran -an. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, aktif berarti giat atau


(42)

27

berusaha, sedangkan keaktifan merupakan kegiatan atau suatu kesibukan. Sardiman (2011:98) berpendapat bahwa keaktifan merupakan suatu kegiatan yang bersifat fisik maupun mental dengan diwujudkan dalam perbuatan dan pemikiran sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Dimyati dan Mudjiono (2009:28) menjelaskan bahwa keaktifan atau partisipasi merupakan sikap siswa yang meliputi kerelaan, bersedia untuk memperhatikan, dan mau mengikuti suatu kegiatan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa adalah suatu kesediaan siswa mengikuti kegiatan atau aktifitas sebagai bentuk dari usahanya baik bersifat secara fisik (jasmani) dan mental (rohani) dengan diwujudkan melalui perbuatan serta pemikiran dari diri siswa. Nana Sudjana (2009:61) menyatakan bahwa keaktifan siswa dapat diamati secara langsung dengan dilihat dan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.

a. Siswa turut serta dalam melaksanakan tugasnya. b. Siswa mau terlibat dalam memecahkan suatu masalah.

c. Siswa mencoba bertanya dengan siswa lain atau orang lain apabila tidak memahami permasalahan yang dihadapinya.

d. Siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

e. Siswa melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk yang diberikan.

f. Siswa menilai kemampuan diri pribadinya dari berbagai hasil yang telah diperoleh.


(43)

28

g. Siswa melatih diri dalam memecahkan permasalahan.

h. Siswa memiliki kesempatan menggunakan atau menerapkan segala sesuatu yang pernah diperoleh dalam menyelesaikan tugas dan menghadapi permasalahan.

Dari penjelasan tentang keaktifan di atas, dapat dipahami bahwa keaktifan siswa yang dimaksud pada penelitian ini adalah keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pendidikan kepramukaan. Siswa yang aktif merupakan siswa yang mau berusaha mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan atau aktifitas dalam pendidikan kepramukaan yang diwujudkan salah satunya pada kegiatan perkemahan.

2. Perkemahan

Perkemahan merupakan salah satu kegiatan atau aktifitas yang diselenggarakan dalam pendidikan kepramukaan. Jana T. Anggadiredja (2012:49) menyatakan bahwa perkemahan adalah kegiatan di alam terbuka yang banyak dikemas dengan adanya muatan pendidikan untuk mengembangkan secara efektif dan efisien atas proses pendidikan spiritual, emosional, sosial, intelektual, serta fisik. Perkemahan dapat bermanfaat sebagai media pada proses pendidikan. Kegiatan di alam terbuka dilakukan secara periodik misalnya dengan adanya perkemahan. Pemantapan spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik akan berkembang secara efektif dan efisien dengan adanya kegiatan perkemahan.

Baden Powel (Kusumanti, 2008:11) mengemukakan bahwa perkemahan merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dalam hidup seorang pramuka.


(44)

29

Perkemahan dengan menggunakan tenda, memasak, dan mengadakan penyelidikan di alam terbuka akan menambah keuletan dan kekuatan, serta melatih diri menyelesaikan permasalahan secara mandiri. Karakter mandiri siswa akan dapat dibiasakan/dibentuk perlahan melalui adanya kegiatan perkemahan dalam pendidikan kepramukaan. Orang yang terbiasa mengerjakan segala sesuatu seperti pada perkemahan, akan merasakan bahwa mereka lebih mudah dalam menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi. Hal ini terjadi karena adanya kesiapan dan kebiasaan untuk melakukan segala pekerjaan atau tugas dan menyelesaikan permasalahannya secara mandiri.

Tujuan dan sasaran dari adanya kegiatan perkemahan dalam pendidikan kepramukaan menurut Jana T. Anggadiredja (2012:49-50), sebagai berikut.

a. Tujuan

Perkemahan bertujuan untuk menerapkan prinsip dasar kepramukaan dan kode kehormatan pramuka dalam kehidupan pramuka sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa siswa.

b. Sasaran

Sasaran dari adanya kegiatan perkemahan adalah ketika telah mengikuti kegiatan perkemahan, siswa diharapkan mampu:

1) menyusun perencanaan kegiatan dan melaksanakannya dengan baik; 2) meningkatkan kepedulian terhadap sesama;


(45)

30

4) menyadari bahwa daya kreasi, ketangkasan dan keterampilan harus dimiliki dan dikembangkan oleh setiap orang;

5) meningkatkan rasa percaya diri;

6) menambah pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kemampuan kreatif; 7) terbina karakter mandiri/jiwa kemandiriannya;

8) meningkatkan kecintaan pada tanah air dan bangsa, serta menambah kesadaran untuk membaktikan diri demi kejayaan nusa bangsa; dan

9) meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Perkemahan merupakan kegiatan kompleks dengan dilaksanakan di alam terbuka yang menantang, menarik dan menyenangkan. Tidak hanya bagi anak dan pemuda tetapi juga bagi orang dewasa. Oleh karena itu, kegiatan apapun dan bagaimana proses pelaksanaannya harus senantiasa dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Acara kegiatan dalam perkemahan disesuaikan dengan tingkat usia dan kemampuan anggota pramuka yang sedang mengikuti perkemahan. Acara kegiatan dalam perkemahan secara umum adalah sebagai berikut.

a. Kegiatan persaudaraan. b. Penjelajahan.

c. Lintas alam. Misalnya panjat tebing (climbing), susur goa (caving), pendakian (mountaineering), menyelam (diving), mendayung/berakit (rowing/rafting), dan sebagainya.


(46)

31

d. Bakti masyarakat. Misalnya penghijauan, sanitasi lingkungan, penyelenggaran posyandu, penanggulangan buta aksara dan angka, penyuluhan rumah sehat, dan lain-lain.

e. Olah raga.

f. Seni budaya. Misalnya pentas seni, api unggun, melukis, memahat, dan sebagainya.

g. Pengetahuan/teknologi/keterampilan kepramukaan. Misalnya pengetahuan tentang kelestarian lingkungan, konservasi alam, memasak, membuat jembatan darurat, tandu, tali temali, baris berbaris, dan sebagainya.

h. Kemasyarakatan. i. Keagamaan.

Pembina pramuka melibatkan langsung anggota pramuka atau siswa dalam upaya memfungsikan mereka sebagai subyek pendidikan, baik pada proses perencanaan maupun pelaksanaan perkemahan. Pembina senantiasa bertugas sebagai pendamping atau fasilitator bagi siswa. Kelas VI Sekolah Dasar termasuk pada anggota pramuka golongan penggalang. Prinsip dasar kepramukaan sebagai norma hidup seorang anggota gerakan pramuka, ditanamkan dan ditumbuhkembangkan melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadi siswa. Bagi pramuka penggalang dapat dibantu oleh pembina, sehingga pelaksanaan dan pengamalannya dapat dilakukan dengan penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggungjawab serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat.


(47)

32

Salah satu hal penting yang terdapat pada prinsip dasar kepramukaan di atas, pelaksanaan dan pengamalan pendidikan kepramukaan salah satunya dilakukan dengan adanya kemandirian atau karakter mandiri. Perkemahan sebagai media pendidikan yang paling tepat dan lengkap untuk dapat membiasakan dan mewujudkan kemandirian atau karakter mandiri siswa. Perkemahan merupakan bentuk kegiatan kemandirian yang tepat sebagai media pendidikan, sedangkan dapat dikatakan lengkap karena dalam perkemahan memungkinkan berbagai metode kepramukaan yang diwujudkan dan di dalamnya terdapat pembiasaan untuk melatih kemandirian atau karakter mandiri.

Idik Sulaeman (1983:7-9) menjelaskan bahwa sifat atau kepribadian dapat ditumbuhkan melalui kegiatan perkemahan. Beberapa sifat yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Tangkas dan terampil.

b. Percaya pada diri sendiri dan mandiri. c. Keberanian.

d. Tertib

e. Pengendalian diri. f. Idealisme dan fantasi. g. Keinginan untuk maju.

h. Kewajiban dan tanggung jawab. i. Cinta alam.


(48)

33 k. Ksatria.

Berbagai sifat di atas tidak mudah ditumbuhkan dan dibiasakan pada diri siswa melalui teori atau nasihat saja. Akan tetapi, sifat tersebut dapat dilatih dan dibiasakan melalui suatu perbuatan nyata yang salah satunya dengan adanya kegiatan perkemahan. Dari beberapa sifat tersebut, salah satu sifat yang penting untuk ditumbuhkan adalah mandiri. Siswa akan terbiasa melatih kemandirian dirinya pada saat mengikuti kegiatan perkemahan. Karakter mandiri akan dapat terbentuk pada diri siswa ketika mereka senantiasa berlatih menyelesaikan permasalahan, serta memenuhi segala keperluan dan kebutuhan secara mandiri pada saat perkemahan.

Secara umum, semua jenis perkemahan memiliki prinsip dasar yang sama sesuai dengan tujuannya. Idik Sulaeman (1983:12-15) mengkategorikan jenis perkemahan terdiri dari lima macam sebagai berikut.

a. Perkemahan Besar

Perkemahan besar merupakan perkemahan yang tidak menuntut kecakapan teknis para peserta secara perorangan. Perkemahan dapat dilaksanakan di lapangan perkemahan permanen (bumi perkemahan) atau di lapangan temporer, yang dilaksanakan selama maksimal satu minggu.

b. Perkemahan dalam Pondok

Perkemahan yang menggunakan bangunan permanen untuk tidur, makan, dan segala aktivitas lainnya. Tenda hanya berfungsi memperluas tempat untuk tidur atau sebagai dapur.


(49)

34 c. Perkemahan Kecil

Perkemahan yang biasa disebut dengan perkemahan regu atau perkemahan pasukan. Peserta perkemahan tidur dalam tenda besar atau tenda regu, sedangkan tenda terpisah atau tenda khusus dapat digunakan sebagai tempat makanan/dapur. Peserta perkemahan mempunyai kewajiban untuk mengerjakan semua tugas/pekerjaan perkemahan. Misalnya memasak dan memenuhi kebutuhan pribadi secara mandiri maupun kelompok/regu.

d. Perkemahan Campuran dan Perkemahan Putri

Perkemahan campuran dan perkemahan putri memiliki pengaturan khusus. Pada perkemahan ini, harus ada seorang pembina putri dan seorang pembina putra yang bertanggung jawab penuh. Tenda putra dan putri harus memiliki pemisah, tetapi dalam melaksanakan tugas dalam perkemahan harus melibatkan kedua kelompok.

e. Perkemahan Ringan

Perkemahan ringan merupakan perkemahan yang dilakukan oleh perorangan atau beberapa orang, serta memiliki ciri pokok yaitu berpindah-pindah dan mandiri.

Dari berbagai macam jenis perkemahan di atas, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perkemahan kecil. Perkemahan kecil yang diikuti oleh siswa kelas VI Sekolah Dasar atau dapat disebut dengan pramuka golongan penggalang. Siswa akan belajar melatih kemandiriannya dalam menyelesaikan tugas dan menghadapi permasalahannya saat perkemahan. Selain itu, siswa mulai


(50)

35

dibiasakan untuk belajar memenuhi kebutuhannya misalnya mempersiapkan pakaian, peralatan mandi, maupun memasak secara mandiri tanpa selalu bergantung pada orang lain.

3. Pengertian Pendidikan Kepramukaan

Pendidikan kepramukaan merupakan pendidikan non formal yang menunjang pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal dalam keluarga dengan bertujuan untuk pengembangan watak dan karakter siswa. Elly Sri Melinda (2013:2) berpendapat bahwa pendidikan kepramukaan merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan kepada siswa dibawah bimbingan orang dewasa melalui kegiatan rekreatif, edukatif, kreatif, menantang dan menyenangkan di alam terbuka yang dikemas dalam berbagai kegiatan sesuai dengan satuan atau golongan siswa.

Pendidikan kepramukaan berbeda dengan mata pelajaran pada pendidikan formal atau bukan pembelajaran keilmuan, namun sebagai pengembangan nilai-nilai luhur untuk membentuk watak dan karakter siswa dengan melalui berbagai kegiatan di alam terbuka. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Jana T. Anggadiredja (2012:65) yang mengatakan bahwa;

pendidikan kepramukaan adalah suatu proses pendidikan yang praktis, sebagai suplemen dan komplemen pendidikan di sekolah dan pendidikan di keluarga yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang dan menyenangkan, sehat dan terarah dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan yang sasaran akhirnya adalah terbentuknya watak, kepribadian dan budi pekerti luhur.


(51)

36

Pendidikan kepramukaan senantiasa berkaitan erat dengan tujuan membentuk watak atau karakter siswa melalui berbagai kegiatan di dalamnya. Siswa dapat memperoleh pelajaran dalam mempertahankan dirinya dan tidak selalu bergantung pada orang lain melalui pendidikan kepramukaan. Joko Mursitho (2011:21) menyatakan bahwa pendidikan kepramukaan merupakan proses belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi secara utuh.

Pengembangan diri tersebut meliputi beberapa aspek penting yaitu spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Pendidikan kepramukaan memiliki peranan penting dalam membentuk karakter siswa. Kepramukaan merupakan pelengkap pendidikan di sekolah dan pendidikan dalam keluarga, dengan memberikan kebutuhan siswa yang tidak terpenuhi oleh kedua lingkungan pendidikan tersebut. Melalui pendidikan kepramukaan, siswa akan belajar menemukan dunia lain di luar ruangan kelas dan di rumah.

Siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki, mengembangkan bakat dan minat, mengadakan berbagai latihan survival, maupun melatih diri untuk lebih bisa percaya diri. Hal tersebut akan sangat berguna bagi kehidupan siswa dimasa mendatang. Pembiasaan bagi siswa sejak dini akan memberikan dampak positif bagi perkembangan siswa di jenjang selanjutnya.


(52)

37

4. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kepramukaan

Zaim Elmubarok (2009:104) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Hal tersebut mengarah pada tujuan andalan dalam pendidikan kepramukaan yaitu pembentukan watak atau karakter. Tujuan pendidikan kepramukaan telah sejalan dengan tujuan dari pendidikan secara umum. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Elly Sri Melinda (2013:10) yang mengatakan;

tujuan dari pendidikan kepramukaan atau gerakan pramuka adalah mendidik dan membina kaum muda guna mengembangkan mental, sosial, moral, spiritual, emosional intelektual dan fisik sehingga menjadi manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur, menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila, menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama bertanggungjawab untuk bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam, lingkungan baik lokal, nasional, dan internasional.

Anton Kristiadi (2014:38) menyatakan bahwa gerakan pramuka merupakan suatu kegiatan pendidikan luar sekolah dan luar keluarga yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, teratur, terarah, praktis, sehat, dilakukan di alam terbuka dengan dilandasi prinsip dasar dan metode kepramukaan, serta bertujuan untuk membentuk watak, akhlak, dan budi pekerti siswa. Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan kepramukaan menekankan pada pembinaan mental maupun fisik siswa untuk membentuk kepribadian, watak atau karakter, serta budi pekerti luhur pada diri siswa. Salah satu watak atau karakter yang ditekankan dalam pendidikan


(53)

38

kepramukaan adalah karakter mandiri siswa. Selain memiliki tujuan untuk membentuk karakter siswa, pendidikan kepramukaan memiliki fungsi. Joko Mursitho (2011:21) menjabarkan fungsi pendidikan kepramukaan adalah sebagai berikut.

a. Sebagai permainan (game) yang menarik, menyenangkan, menantang, serta mengandung pendidikan bagi siswa.

b. Sebagai pengabdian bagi anggota dewasa.

c. Sebagai alat pembinaan dan pengembangan generasi muda bagi masyarakat. Pendidikan memegang peranan penting dalam proses pembangunan dan upaya kemajuan dalam menghadapi tantangan masa depan. Dalam hal ini, peran pendidikan adalah untuk menyiapkan sumber daya manusia yang mampu berpikir secara mandiri dan kritis (independent critical thinking). Dengan demikian, sumber daya manusia tersebut akan memiliki kualitas yang baik dan akan mampu menghadapi permasalahannya.

Muis Sad Iman (2004:3) menjelaskan bahwa salah satu upaya mengembangkan kemampuan berpikir mandiri dan kritis bagi siswa adalah dengan pengembangan pendidikan partisipasif yang menekankan pada keterlibatan siswa dalam setiap proses pendidikan yang dilaksanakan. Seorang pendidik berperan sebagai tenaga fasilitator, sedangkan keaktifan siswa lebih diutamakan. Siswa dalam proses pendidikan tidak berperan sebagai pendengar, pencatat, dan penampung ide dari seorang pendidik. Keterlibatan siswa


(54)

39

dimaksimalkan sebagai upaya pengembangan potensi yang ada pada diri pribadinya.

5. Sifat Pendidikan Kepramukaan

Pendidikan kepramukaan yang diselenggarakan di sekolah memiliki beberapa sifat. Joko Mursitho (2011:22) menyatakan bahwa sifat dari adanya pendidikan kepramukaan terdiri dari lima macam yaitu sebagai berikut.

a. Terbuka, yaitu dapat didirikan seluruh Indonesia dan diikuti oleh Warga Negara Indonesia tanpa membedakan suku, ras, dan agama.

b. Universal, yaitu tidak dapat terlepas dari idealisme prinsip dasar dan metode pendidikan kepramukaan sedunia.

c. Sukarela, yaitu tidak ada unsur paksaan, kewajiban, dan keharusan untuk menjadi anggota gerakan pramuka.

d. Patuh dan taat terhadap semua peraturan dan perundang-undangan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

e. Non politik, yaitu memiliki pengertian antara lain:

1) bukan organisasi kekuatan sosial politik dan bukan bagian dari salah satu dari kekuatan organisasi sosial politik,

2) seluruh jajaran gerakan pramuka tidak dibenarkan ikutserta dalam kegiatan politik praktis, dan

3) secara pribadi anggota gerakan pramuka dapat menjadi anggota organisasi sosial politik.


(55)

40 6. Pramuka Penggalang

Pramuka merupakan sebutan bagi anggota gerakan pramuka yang terdiri dari anggota muda yaitu: siaga, penggalang, penegak, pandega, dan anggota dewasa yaitu: pembina pramuka, pembantu pembina pramuka, pelatih pembina pramuka, pembina profesional, pamong saka dan instruktur saka, pimpinan saka, andalan, pembantu andalan, anggota mabi dan staf karyawan kwartir. Joko Murshito (2011:49) menjelaskan bahwa pramuka penggalang merupakan anggota muda gerakan pramuka yang berusia 11-15 tahun. Pada usia ini, anak-anak memiliki sifat keingintahuan (curiousity) yang tinggi, semangat yang kuat, sangat aktif, dan suka berkelompok. Oleh karena itu, titik berat pada latihan penggalang terletak pada kegiatan regu yang didasari oleh sistem beregu dalam seluruh pelaksanaan kegiatan pramuka penggalang.

Anton Kristiadi (2014:111) menyatakan bahwa pramuka penggalang adalah tingkatan menengah dalam gerakan pramuka yang berusia 11-15 tahun. Pramuka penggalang merupakan golongan anggota/kelompok setelah pramuka siaga. Tingkatan pramuka penggalang terdiri dari ramu, rakit, terap, dan penggalang garuda. Pramuka penggalang memiliki satuan yaitu dalam bentuk regu, dan pada setiap regu tersebut terdapat Pinru (pemimpin regu). Pramuka penggalang terdiri dari dua regu, yaitu regu putra dan regu putri. Nama untuk regu putra adalah dengan menggunakan berbagai nama binatang, sedangkan untuk regu putri menggunakan berbagai nama bunga.


(56)

41

Dari pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa siswa kelas VI sekolah dasar merupakan anggota muda yaitu golongan pramuka penggalang yang berusia 11-15 tahun. Siswa pada golongan pramuka penggalang memiliki semangat yang kuat, rasa ingin tahu yang tinggi, dan suka berkelompok sehingga pada pelaksanaan pendidikan kepramukaan dilaksanakan dengan sistem beregu/berkelompok.

7. Kegiatan dalam Pendidikan Kepramukaan

Kegiatan dalam pendidikan kepramukaan meliputi kegiatan yang dilaksanakan di alam terbuka (outdoor activity) dengan mengandung pada dua nilai sebagai berikut.

a. Nilai formal, yaitu nilai yang berfokus pada pendidikan sebagai upaya pembentukan watak atau karakter (character building).

b. Nilai materiil, yaitu nilai kegunaan praktisnya.

Pelaksanaan dari adanya kegiatan pendidikan kepramukaan wajib memperhatikan tiga pilar sebagai berikut.

1) Modern, yaitu dengan senantiasa mengikuti perkembangan.

2) Asas manfaat, dengan memberikan kegiatan yang memperhatikan manfaatnya bagi siswa.

3) Asas taat pada kode kehormatan, sehingga dapat mengembangkan watak atau karakter siswa.

Siswa kelas VI sekolah dasar termasuk pada golongan pramuka penggalang. Joko Mursitho (2011:52) menjelaskan bahwa kegiatan dari pramuka


(57)

42

penggalang secara garis besar meliputi dua kegiatan yaitu kegiatan latihan rutin dan kegiatan insidental. Berikut ini penjelasan dari kegiatan pramuka penggalang tersebut.

a. Kegiatan latihan rutin 1) Mingguan

Kegiatan latihan yang dilaksanakan di setiap minggu, pelaksanaan kegiatan dalam latihan mingguan ini antara lain:

a) upacara pembukaan latihan;

b) pemanasan dengan permainan ringan atau ice breaking, atau sesuatu yang bersifat menggembirakan tetapi mengandung pendidikan;

c) latihan inti yang dapat diisi dengan berbagai hal sebagai penanaman nilai-nilai dan keterampilan yang dikemas secara langsung atau melalui permainan. Contoh: teknik membuat tandu, dinamika kelompok, PBB, dan sebagainya; d) latihan penutup, dapat diisi dengan permainan ringan. Contoh: menyanyi atau

menyimpulkan dari kegiatan latihan inti yang telah dilaksanakan; dan e) upacara penutupan latihan.

2) Bulanan/dua bulanan/tiga bulanan/menurut kesepakatan

Kegiatan kepramukaan yang diselenggarakan atas dasar keputusan dewan penggalang dan pembina. Jenis kegiatan yang dilaksanakan berbeda dengan kegiatan rutin mingguan. Beberapa kegiatan merupakan perwujudan dari evaluasi kegiatan yang pernah dilaksanakan pada saat latihan mingguan. Dapat dilaksanakan oleh gugus atau di luar pangkalan gugus. Misalnya: hiking,


(58)

43

climbing, jungle survival, pioneering, bakti masyarakat, perkemahan (camping), lomba, dan sebagainya.

3) Latihan Gabungan (Latgab)

Latihan bersama yang dilaksanakan dengan gugus depan lain sehingga terdapat pertukaran pengalaman antara sesama penggalang dan diantara pembina. Materi kegiatan sama dengan kegiatan bulanan/dua bulanan/tiga bulanan/menurut kesepakatan.

4) Kegiatan di tingkat kwartir cabang, daerah, dan nasional

Jenis kegiatan dikategorikan ke dalam kegiatan rutin yang diselenggarakan satu tahunan, dua tahunan, tiga tahunan, empat tahunan, atau lima tahunan yang diputuskan dan diselengarakan oleh kwartir. Misalnya: gladian pemimpin satuan, gladian pemimpin regu, lomba tingkat gudep, perkemahan bakti penggalang, jambore.

b. Kegiatan Insidental

Kegiatan yang merupakan kegiatan partisipasi terhadap kegiatan yang diselenggarakan lembaga pemerintah atau non pemerintah lainnya. Misalnya: gerakan upacara mengikuti kegiatan penghijauan, kegiatan bakti karena bencana alam, dan sebagainya.

Dari beberapa penjelasan di atas, salah satu kegiatan dalam pendidikan kepramukaan kelas VI sekolah dasar sebagai pramuka penggalang adalah kegiatan perkemahan. Perkemahan merupakan kegiatan rutin, akan tetapi dilaksanakan secara bulanan atau sesuai dengan kesepakatan pihak gugus depan atau sekolah,


(59)

44

maupun di luar dari gugus depan. Kegiatan dalam perkemahan meliputi berbagai kegiatan yang telah diberikan pada saat latihan rutin mingguan serta kegiatan yang sesuai dengan tujuan dan sasaran perkemahan. Kegiatan perkemahan penggalang dilaksanakan di alam terbuka dengan dikemas secara menarik dan menyenangkan. Hal ini untuk membiasakan kemandirian siswa dan mewujudkan pembentukan watak, karakter, dan kepribadian luhur siswa sehingga tertanam karakter mandiri dalam diri pribadinya.

Nana Sudjana (2009:61) menyebutkan ciri-ciri keaktifan antara lain adalah siswa turut serta dalam melaksanakan kegiatan, mau terlibat dalam pemecahan masalah, berusaha mencari informasi, serta mau melatih diri dalam memacahkan permasalahan yang dihadapi, sedangkan Baden Powel (Kusumanti, 2008:11) menyatakan bahwa perkemahan merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dalam hidup seorang pramuka. Perkemahan dengan menggunakan tenda, memasak, dan mengadakan penyelidikan di alam terbuka akan menambah keuletan dan kekuatan, serta melatih diri menyelesaikan permasalahan secara mandiri. Selanjutnya didukung dengan pendapat Idik Sulaeman (1983:7-9) menjelaskan bahwa sifat atau kepribadian dapat ditumbuhkan melalui kegiatan perkemahan. Beberapa sifat yang dimaksud meliputi; tangkas dan terampil, percaya pada diri sendiri dan mandiri, keberanian, tertib, pengendalian diri, idealisme dan fantasi, keinginan untuk maju, kewajiban dan tanggung jawab, cinta alam, Ketuhanan, dan ksatria. Menurut Joko Mursitho (2011:21), pendidikan


(60)

45

kepramukaan merupakan proses belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi secara utuh.

Dari teori tersebut, dapat dinyatakan definisi operasional variabel keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan antara lain adanya beberapa sifat atau karakter penting yang dapat dibentuk melalui adanya perkemahan. Kegiatan perkemahan dalam pendidikan kepramukaan dirancang dengan cara yang menyenangkan dan di alam terbuka untuk dapat mengembangkan diri pribadi setiap siswa secara utuh. Berdasarkan teori-teori tersebut, indikator dalam penelitian ini dapat dikembangkan menjadi delapan indikator yaitu: 1) turut serta dalam mengikuti kegiatan perkemahan; 2) terlibat dalam kegiatan dan pemecahan suatu permasalahan; 3) berani bertanya/ berinteraksi dengan siswa lain, pembina, atau orang lain; 4) menunjukkan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa; 5) melaksanakan dan menyelesaikan tugas sesuai petunjuk yang diberikan oleh pembina; 6) menunjukkan sikap yang baik dalam mengendalikan diri pribadi, 7) bertindak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki serta melatih diri dalam menyelesaikan permasalahan secara mandiri; dan 8) memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan dan mencintai alam sekitar.

C. Pengaruh Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan terhadap Karakter Mandiri Siswa

Baden Powel (Kusumanti, 2008:63) menyatakan bahwa orang yang terbiasa hidup di lingkungan nyaman, teratur, dan tidak pernah membiasakan


(61)

46

untuk mengurus diri sendiri, ketika harus hidup di alam terbuka maupun di lingkungan yang belum teratur maka mereka tidak dapat bertahan lama dan akan mengalami berbagai kesulitan. Hal ini tidak akan terjadi apabila sedini mungkin atau sejak anak-anak mulai belajar mengurus diri sendiri dengan mengikuti perkemahan. Dalam kegiatan pendidikan kepramukaan, siswa selalu diarahkan untuk mengikuti berbagai kegiatan yang menarik, menantang, kreatif, dan menyenangkan sehingga diharapkan para siswa dapat memiliki sikap disiplin, berani, menghargai orang lain, peduli lingkungan, cinta alam, dan memiliki karakter mandiri atau kemandirian.

Idik Sulaeman (1983:7) berpendapat bahwa perkemahan merupakan usaha untuk menumbuhkan watak dan pribadi siswa yang dapat dilakukan oleh orang dewasa sebagai pembina. Salah satu watak dan pribadi yang ditumbuhkan melalui kegiatan perkemahan adalah karakter mandiri. Siswa berusaha untuk dapat melahirkan sikap percaya pada kemampuan diri sendiri dan membiasakan menyelesikan permasalahannya secara mandiri. Hal ini nantinya akan dapat mewujudkan karakter mandiri siswa yang tidak terlalu menggantungkan diri kepada bantuan orang lain.

Kegiatan perkemahan dalam pendidikan kepramukaan mencakup tujuan untuk menanamkan nilai pendidikan karakter. Pendidikan nilai, yaitu penanaman nilai-nilai agar memiliki sifat pada diri seseorang yang akan mewarnai kepribadian atau watak seseorang (Sutarjo Adisusilo, 2012:77). Nilai pendidikan karakter yang menjadi bagian dari adanya kegiatan kepramukaan adalah untuk


(62)

47

melatih karakter mandiri siswa dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan sekitar. Mardapi (Darmiyati Zuchdi 2011:186) menyatakan bahwa karakter diperoleh berdasarkan adanya interaksi dengan orang tua, pembina, teman, dan lingkungan, serta dari pembelajaran secara langsung atau pengamatan terhadap orang lain. Pada kegiatan perkemahan, karakter mandiri dapat dibentuk dengan adanya interaksi tersebut. Interaksi dengan orang tua adalah pada saat persiapan menjelang perkemahan, serta interaksi dengan pembina, teman, dan lingkungan berlangsung pada saat pelaksanaan kegiatan perkemahan.

Kegiatan perkemahan dalam pendidikan kepramukaan dapat mempengaruhi karakter mandiri siswa. Hal ini dapat diwujudkan dengan adanya kegiatan dalam perkemahan yang dapat melatih siswa untuk terbiasa memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan permasalahannya secara mandiri. Siswa yang sebelumnya selalu menggantungkan diri pada bantuan orang tua atau orang lain, pada saat mengikuti kegiatan perkemahan mereka akan belajar mencoba melakukannya sendiri. Adanya kemauan siswa untuk mencoba akan menjadi kebiasaan setelah kegiatan perkemahan selesai. Pada akhirnya kebiasaan yang dilatih saat aktif mengikuti kegiatan perkemahan akan mempengaruhi karakter mandiri yang dimiliki siswa.

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan yang digunakan sebagai acuan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Ario Arif Ardiyansyah (2015) yang berjudul


(63)

48

“Pengaruh keaktifan mengikuti ekstrakurikuler pramuka terhadap kemandirian siswa kelas IV SD Sekecamatan Bantul Yogyakarta”. Pada hasil penelitian disebutkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dengan peluang galat (p) sebesar 0,000, nilai determinasi (R2) sebesar 0,312 serta kontribusi atau bobot sumbangan efektif kedua variabel sebesar 31,2% dengan persamaan garis regresi Y’ = 42,485 + 0,784X.

E. Kerangka Pikir

Pendidikan bagi siswa sekolah dasar sangatlah penting untuk menumbuhkan kepribadian, watak atau karakter dalam diri pribadinya. Berbagai nilai karakter penting untuk ditumbuhkan dalam diri setiap siswa, salah satunya adalah karakter mandiri. Siswa kelas VI merupakan siswa yang akan segera lulus meninggalkan sekolah untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Penanaman karakter mandiri menjadi sangat penting bagi perkembangan siswa. Karakter mandiri sedini mungkin perlu untuk ditumbuhkan pada diri siswa. Hal ini penting karena kecenderungan dikalangan orang tua sekarang ini dalam memberikan perhatian kepada anak-anaknya terlalu berlebihan. Akibatnya, anak memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap orang tuanya. Perwujudan pembentukan karakter mandiri tersebut dilakukan dengan adanya pendidikan, salah satunya adalah melalui pendidikan kepramukaan yang mencakup berbagai macam kegiatan.

Perkemahan merupakan salah satu bentuk kegiatan dari adanya pendidikan kepramukaan di sekolah dasar. Kegiatan tersebut memiliki peran penting dalam


(64)

49

menumbuhkan karakter mandiri pada diri siswa. Dengan adanya kegiatan perkemahan, siswa dapat belajar untuk membiasakan diri dalam memenuhi kebutuhannya dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan tidak selalu menggantungkan diri pada orang lain. Akan tetapi, pada kegiatan perkemahan tidak terlepas dari adanya interaksi dengan orang lain misalnya pembina maupun sesama temannya. Interaksi dengan pembina dan teman terjadi pada saat persiapan, pelaksanaan, serta setelah kegiatan perkemahan selesai.

Siswa mengikuti kegiatan perkemahan dengan memiliki regu/kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses penanaman karakter mandiri pada kegiatan perkemahan bukan berarti mengasingkan siswa dari orang lain atau membuat siswa hidup sendiri tanpa orang lain. Kegiatan perkemahan meliputi berbagai kegiatan yang dilakukan berkelompok/beregu dan kegiatan individu. Karakter mandiri siswa dapat dilatih dengan adanya kedua kegiatan tersebut. Contoh pada kegiatan kelompok/regu misalnya pada saat kegiatan baris berbaris. Penilaian dilakukan secara berkelompok/beregu, akan tetapi apabila sebelumnya siswa tidak berusaha untuk mencoba dan berlatih secara mandiri maka siswa tersebut akan membuat hasil penilaian regu/kelompok menjadi tidak maksimal.

Contoh pada kegiatan individu adalah pada waktu istirahat, bersih diri, dan sebagainya. Siswa harus dapat melakukan dan menyelesaikan kegiatan pribadinya secara mandiri. Ketika di rumah, siswa yang sering meminta bantuan orang tua dalam menyelesaikan kegiatan pribadinya misalnya mandi atau menyiapkan pakaian dan makanan, pada saat mengikuti kegiatan perkemahan hal tersebut tidak


(65)

50

dapat mereka dapatkan. Siswa akan mencoba membiasakan diri untuk melakukan dan menyelesaikannya sendiri. Dengan demikian, kegiatan perkemahan dalam pendidikan kepramukaan dapat mempengaruhi karakter mandiri siswa. Aktif mengikuti kegiatan perkemahan akan dapat melatih siswa dalam memenuhi kebutuhannya serta menyelesaikan permasalahannya secara mandiri, sehingga dapat terwujud karakter mandiri. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat ditetapkan desain penelitian antara keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan dengan karakter mandiri sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka Pengaruh Kerja Kedua Variabel

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah dijabarkan di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

Keaktifan mengikuti kegiatan perkemahan dalam pendidikan kepramukaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap karakter mandiri siswa.

Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan

Kepramukaan (X)


(66)

51 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian ex-post facto dengan pendekatan kuantitatif yang bersifat non eksperimental. Data hasil penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Pendekatan kuantitatif disebut sebagai metode positivistik dengan berlandaskan pada filsafat positivisme dan ilmiah/scientific karena memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis (Sugiyono, 2014:7).

Penelitian ex-post facto meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi oleh peneliti. Hal ini sejalan dengan pendapat Nana Syaodih (2010:55) bahwa penelitian ex-post facto adalah penelitian hubungan sebab akibat terhadap suatu program, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau telah terjadi. Penelitian dapat dilakukan dengan baik menggunakan kelompok pembanding yang memiliki karakteristik yang sama tetapi melakukan kegiatan, program, atau mengalami kejadian yang berbeda.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sekolah dasar se-Gugus III Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta dengan subjek penelitian yaitu siswa kelas VI Tahun Ajaran 2016/2017.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

138


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEAKTIFAN DALAM PENDIDIKAN EKSTRAKULIKULER KEPRAMUKAAN TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS TINGGI DI MI AL-ISLAM Pengaruh Keaktifan Dalam Pendidikan Ekstrakulikuler Kepramukaan Terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas Tinggi Di MI Al-Islam Kartasura tah

1 4 14

KONTRIBUSI MENGIKUTI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DALAM RANGKA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BAGI SISWA KONTRIBUSI MENGIKUTI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DALAM RANGKA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BAGI SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 3 PETARUKAN PEMALANG TAHU

0 0 16

PENGARUH KETELADANAN GURU, REWARD, DAN PUNISHMENT TERHADAP PERILAKU DISIPLIN SISWA KELAS 5 SEKOLAH DASAR SE-GUGUS SENDANGADI, MLATI, SLEMAN.

12 66 254

PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SE-GUGUS 3 KECAMATAN SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN.

0 0 199

PENGARUH PARTISIPASI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SE-GUGUS III KECAMATAN PANJATAN KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2015.

0 1 158

KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI GUGUS VIII DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA.

0 13 91

PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER PRAMUKA TERHADAP KEMANDIRIAN SISWA KELAS IV SD SE KECAMATAN BANTUL YOGYAKARTA.

0 1 128

PENGARUH EFIKASI DIRI TERHADAP PERILAKU MENYONTEK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI SE-GUGUS II KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 4 128

PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEPRAMUKAAN TERHADAP KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA KELAS V SD DI GUGUS SUGARDA KECAMATAN KALIMANAH KABUPATEN PURBALINGGA.

0 2 145

FAKTOR KESULITAN BELAJAR IPS DI KELAS V SEKOLAH DASAR SE-GUGUS V KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

0 0 143