UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENGURANGAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI 2 NGRANDU KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2009 2010

(1)

commit to user

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENGURANGAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI 2 NGRANDU KABUPATEN GROBOGAN

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Oleh:

FATHUL AFIF ADI NUGROHO X 7108674

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENGURANGAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI 2 NGRANDU KABUPATAN GROBOGAN

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh:

FATHUL AFIF ADI NUGROHO X 7108674

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana Pendidikan Program Pendidkan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(3)

commit to user

3

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Pengurangan Melalui Penggunaan Media Benda Konkret dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa kelas I SD Negeri 2 Ngrandu Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2009/2010.

Oleh :

Nama : Fathul Afif Adi Nugroho NIM : X7108609

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Tanggal : Tim Penguji :

Nama Terang :

Ketua : Drs. Sukarno, M.Pd Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd Anggota I : Drs. Kartono, M. Pd

Anggota II : Drs. Shaifuddin, M. Pd, M.Sn

Tanda Tangan

……… ……… ……… ………

Disahkan Oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001


(4)

commit to user ABSTRAK

Fathul Afif Adi Nugroho. NIM X7108674. Upaya Meningkatkan Kemampuan

Berhitung Pengurangan Melalui Penggunaan Media Benda Konkret dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas I SD Negeri 2 Ngrandu Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi, Surakarta, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung pengurangan melalui penggunaan media benda konkret kelas I SD Negeri 2 Ngrandu Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan.

Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kemampuan berhitung pengurangan, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan media benda konkret.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas I SD Negeri 2 Ngrandu Kecamatan Geyer Kabupatan Grobogan yang berjumlah 23 anak. Peneliti dalam memilih subjek bukan secara individual, tetapi secara klasikal. Pengumpulan data dilakukan dengan, observasi, tes, dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis dan interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pada kemampuan berhitung pengurangan ditandai meningkatnya kemampuan berhitung untuk materi pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam dengan cara pendek dengan rata-rata kelas 77,5 dengan persentase siswa memperoleh nilai diatas 60 sebanyak 76%, untuk materi pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam dengan cara panjang rata-rata siswa 63,17 dengan persentase siswa yang memperoleh nilai di atas 60 sebanyak 53%. Untuk materi pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam dengan cara panjang diulang pada siklus II dan menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Semula nilai rata-ratanya pada siklus I hanya 63,17 pada akhir siklus II nilai rata-rata-ratanya 82,82 dengan persentase siswa yang memperoleh nilai di atas 60 sebanyak 91,3%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran matematika materi berhitung pengurangan tanpa teknik meminjam melalui penggunaan media benda konkret dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas I SD Negeri 2 Ngrandu tahun Pelajaran 2009/2010.


(5)

commit to user ABSTRACT

Fathul Afif Adi Nugroho. NIM X7108674. The Efforts to Improve

Numeracy Skills of Subtraction by Using Concrete-objects Media in Learning Mathematics on the First Grade Students of Ngrandu 2 Grobogan Residence State Elementary School 2009/2010 Academic Year. Thesis,

Surakarta, Faculty of Teacher Training and Education. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2010.

The purpose of this research is to improve numeracy skills of subtraction by using concrete-objects media on the First Grade Students of Ngrandu 2 State Elementary School, Geyer District,Grobogan Residence.

The variable that became the changing target in this classroom action research is the improvement of numeracy skills of subtraction, while the action variable which is used in this research is the use of concrete-object media. This research form is a classroom action research by using two cycles. Each cycle consists of four stages: planning, action, observation, and reflection. As the research object is the first grade students of Ngrandu 2 State Elementary School, Geyer District, Grobogan Residence come to 23 children. The researcher, in selecting an object, does not prefer individually, but classically. The data collection is carried out by observation, test, and document.

The data analysis technique used is interactive model, which has threecomponents, namely data reduction, data presentation, and conclusion or verification.

Based on this research, it can be concluded that the classroom action in the first sequence showed a skill improvement in numeracy skills of subtraction which is indicated with improving numeracy skills for subtraction subject of two digits number without borrowing techniques using a short method with class average of 77.5, with the percentage of students received a score up to 60 as much as 76%, for the subtraction subject of two digits number without borrowing technique using a long method, the received average of students is 63.17 with the percentage of students who get score up to 60 amounts to 53%. For the subtraction subjects of two digits number without borrowing techniques with long method repeated in the second sequence and it showed a significant improvement. Firstly, the average rating in the first sequence was only 63.17; at the end of the second sequence, the average rating was 82.82 with the percentage of students who get score up to 60 amounts to 91.3%. Thus, it can be proposed as a recommendation that learning mathematics of subtraction numeracy subjects without any borrowing techniques by using concrete-object media can improve the ability of the first grade students at Ngrandu 2 State Elementary School 2009/2010 academic year.


(6)

commit to user MOTTO

Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu terhadap

guru-gurumu dan berlakulah lemah lembut terhadap murid-muridmu.

(Terjemahan HR. Tabrani)

‘’Man jadda wa jadda ‘’

Barang siapa bersungguh –sungguh pasti akan berhasil.

(Pepatah Bangsa Arab)

Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina

(Hadits Nabi Muhammad SAW)

Hal –hal besar tidak bisa dicapai scara tiba-tiba melainkan melalui perpaduan

dari serentetan hal-hal kecil yang dilakukan dengan baik dan sempurna

(Vicent Van Gogh)

Ujian bagi seseorang yang sukses bukanlah pada kemampuan nya untuk

mencegah munculnya masalah , tetapi pada waktu menghadapi dan

menyelesaikan setiap kesulitan saat masalah terjadi

(David J. Schartz)


(7)

commit to user PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada :

 Ayah, Ibu, dan adik tercinta serta keluarga besar penulis

 Keluarga besar SD Negeri 2 Ngrandu Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan

 Siswa-siswi kelas I SD Negeri 2 Ngrandu Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2009/2010

 Keluarga besar kos Bapak Agung Wijayanto

 Rekan-rekan mahasiswa S1 PGSD dan Almamaterku


(8)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat, hidayah serta inayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.

Skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung

Pengurangan Melalui Penggunaan Media Benda Konkret dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa kelas I SD Negeri 2 Ngrandu Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Universitas sebelas Maret Surakarta, Juli 2010 Ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua pihak, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Pembimbing I yang membimbing hingga selesainya skripsi ini.

4. Drs. M. Shaifuddin, M.Pd, M.Sn. selaku Pembimbing II yang mengarahkan dan membimbing hingga selesainya skripsi ini.

5. Ibu Endang Rahayu selaku Kepala Sekolah SD Negeri 2 Ngrandu Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan yang telah mengijinkan mengadakan penelitian di SD tersebut.

6. Semua pihak yang telah memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu saran dan


(9)

commit to user

kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Surakarta, Juli2010


(10)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

1.Manfaat Teoritis ... 4

2.Manfaat Praktis ... 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Hakikat Kemampuan Berhitung Matematika... 6

a. Pengertian Matematika ... 6

b. Pembelajaran Matematika... 8

c. Pengertian kemampuan ... 10 d. Berhitung ... 10

e. Kemampuan Berhitung ... 12

f. Pengurangan ... 13


(11)

commit to user

a. Pengertian Media ... 14

b. Ciri-Ciri Media... .... 15

c. Manfaat Media... ... 17

d. Guru dan Media Pembelajaran ... 17

e. Pengertian Benda Konkret ... 19

f. Karakteristik Media benda konkret ... 20

g. Langkah-langkah Penggunaan Media Benda Konkret.... .... 20

B. Penelitian Yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 23

D. Hipotesis Tindakan ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

1. Tempat Penelitian ... 25

2. Waktu Penelitian ... 25

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 25

C. Subjek Penelitian ... 26

D. Sumber Data ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... 27

F. Validitas Data ... 28

G. Analisis Data ... 29

H. Indikator Pencapaian ... 30

I. Prosedur Penelitian ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Tempat Penelitian ... 36

B. Deskripsi Kondisi Awal ... 38

C. Deskripsi Permasalahan Penelitian ... 40

1. Tindakan Siklus I ... 40

2. Tindakan Siklus II ... 53

D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ... 68


(12)

commit to user

B. Implikasi ... 69 C. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN


(13)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 1. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Berhitung Pengurangan Siswa Kelas I Sebelum Tindakan ... 39 Tabel 2. Frekuensi Nilai kemampuan Berhitung Pengurangan Siswa Kelas I

pada Siklus I ... 47 Tabel 3. Daftar Nilai Kemampuan Berhitung Pengurangan Siswa

Pertemuan ke-1 Siklus I ... 51 Tabel 4. Daftar Nilai Kemampuan Siswa pada Pertemuan ke-2

Siklus I ... 52 Tabel5. Daftar Nilai Kemampuan Siswa pada Pertemuan ke-1

Siklus II ... 56 Tabel 6. Daftar Nilai Kemampuan Siswa pada Pertemuan

ke-2 Siklus II ... 58 Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Berhitung Pengurangan Siswa Kelas I

SD Negeri 2 Ngrandu pada siklus II ... 59 Tabel 8. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran

Siklus I dan Siklus II ... 62 Tabel 9. Aktivitas Guru dalam Pembelajran Siklus I dan Siklus II ... 63 Tabel 10. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kelas Sebelum dan Sesudah Tindakan


(14)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 24

Gambar 2. Spiral Tindakan ... 26

Gambar 3. Skema Proses Analisis Interaktif ... 30

Gambar 4. Tahapan Siklus I dan II ... 35

Gambar 5. Media Benda Konkret yang Digunakan dalam Materi Berhitung Pengurangan ... 37

Gambar 6. Grafik Nilai Sebelum Tindakan ... 39

Gambar 7. Operasi Pengurangan dengan Media Kelereng ... 42

Gambar 8. Operasi Pengurangan dengan Media Kelereng ... 44

Gambar 9. Grafik Nilai Siklus Matematika Siswa Kelas I SD Negeri 2 Ngrandu pada Siklus I ... 48

Gambar 10. Operasi Pengurangan dengan Media Kelereng ... 55

Gambar 11. Operasi Pengurangan dengan Media Kelereng ... 57

Gambar 12. Grafik Nilai Berhitung Pengurangan pada Siklus II ... 60

Gambar 13. Grafik Nilai Rata-rata Sebelum Tindakan , Siklus I, dan Siklus II ... 66


(15)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pembelajaran Siklus-I ... 73

Lampiran 2. Rencana Pembelajaran Siklus-II ... 83

Lampiran 3. Soal-soal Sebelum Tindakan ... 94

Lampiran 4. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus I .... 95

Lampiran 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I ... 96

Lampiran 6. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus II ... 97

Lampiran 7. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II ... 98

Lampiran 8. Rekapitulasi Nilai Materi Berhitung Pengurangan Sebelum tindakan ... 99

Lampiran 9. Rekapitulasi Nilai Materi Berhitung Pengurangan Siklus I ... 100

Lampiran10. Rekapitulasi Nilai Materi Berhitung Pengurangan Siklus II ... 101

Lampiran11. Gambar Media Benda Konket ... 102


(16)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang berkembang seiring itu pula berkembang tingkat pendidikan baik di sekolah dasar maupun tinggi. Untuk mengikuti perkembangan jaman maka perlu adanya suatu langkah atau perbaikan dalam penyelenggaraan pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu jalur yang sangat strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia keseimbangan pembangunan nasional. Di era globalisasi peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia mutlak diperlukan. sumber daya manusia saat ini maupun yang akan datang merupakan penentu keberhasilan suatu bangsa. Salah satu cara meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan

Salah satu mata pelajaran yang masuk kelompok akademik adalah matematika. Karena termasuk salah satu mata pelajaran akademik, maka banyak orang tua, juga guru yang memiliki harapan besar agar para siswa mempunyai prestasi yang baik.

Di sekolah tujuan bidang studi yang diajarkan guru di kelas diantaranya adalah pembelajaran matematika yang mengarahkan siswa memiliki kemampuan berfikir obyektif, cermat, kritis, analisis dan logis. Agar dapat memenuhi kemampuan tersebut, kemampuan utama dan pertama yang harus dimiliki setiap peserta didik adalah kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang dipandang merupakan landasan dan wahana pokok bagi siswa untuk menggali dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi ( Depdikbud : 1992 )

Kenyataan yang kita hadapi di sekolah-sekolah pada umumnya, mata pelajaran matematika masih merupakan momok bagi sebagian siswa. Ini dapat kita lihat dari rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap konsep dasar matematika, rendahnya prestasi siswa pada mata pelajaran matematika, sehingga berakibat pada tidak tercapainya prestasi belajar mata pelajaran matematika yang diharapkan bersama oleh guru dan orang tua siswa.


(17)

commit to user

Bagi seorang guru, kenyataan ini tidak boleh dipandang sebagai suatu hambatan yang harus disingkiri, tetapi harus dipandang sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi, dicari akar permasalahannya, dan dicari pula jalan keluarnya atau solusinya, sehingga permasalahan dapat diselesaikan, dan prestasi belajar mata pelajaran matematika dapat tercapai sesuai harapan guru dan orang tua siswa.

Sebagai seorang guru tentunya sudah memahami betul bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan oleh UU No 20 Tahun 2003, bukanlah hal yang mudah. Belum lagi guru dihadapkan pada permasalahan baru dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang lebih dikenal dengan KTSP, pada kurikulum tersebut guru dituntut harus bisa menyusun sendiri kurikulum tersebut agar dapat dilaksanakan pada sekolah yang menjadi tempatnya bekerja.

Pada kehidupan nyata tidak selamanya harapan yang besar terwujud dalam kenyataan yang sesuai. Pada kasus ini contohnya harapan para siswa memiliki prestasi belajar matematika yang memuaskan, kenyataannya banyak siswa yang prestasi belajar matematikanya justru rendah.

Salah satu bagian mata pelajaran matematika yang masih sulit untuk dipahami para siswa kelas satu adalah materi tentang Pengurangan Bilangan Bulat. Pada pembelajaran matematika materi pokok tentang berhitung pengurangan di SD Negeri 2 Ngrandu kelas 1 Kecamatan Geyer, ternyata setelah penulis menganalisa hasil ulangan formatif belum menunjukkan hasil yang memuaskan karena siswa yang tuntas baru mencaai 34,7% (8 siswa) sedangkan yang belum tuntas mencapai 65, 1% (15 siswa) dengan nilai ketuntasan minimal 60 dan jika tidak ditindak lanjuti maka dikawatirkandi kelas selanjutnya akan mengalami berbagai kesulitan dalam mengikuti mata pelajaran karena kemampuan berhitung merupakan dasar kemampuan yang harus dimiliki setiap siswa dalam jenjang sekolah dasar dan terutama di kelas rendah.

Penyebab rendahnya nilai ulangan matematika siswa kelas I SD Negeri 2 Ngrandu Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan yaitu kurangnya kemampuan siswa dalam menggunakan media. Hal lain yang mempengaruhi kurang


(18)

commit to user

terampilnya siswa dalam menggunakan media disebabkan karena guru menggunakan metode ceramah lebih banyak daripada melaksanakan praktek secara langsung dengan siswa. Jadi siswa tidak bisa menerima pelajaran yang telah disampaikan guru sehingga kemampuan yang dimiliki siswa kurang dari yang diharapkan. Perkembangan siswa usia sekolah dasar pada hakikatnya berada dalam tahap operasi konkret, karena itu untuk pengajaran matematika di sekolah dasar terutama pada penanaman konsep atau pengertian tentang operasi pengurangan sangat dibutuhkan media pembelajaran yang tepat.

Media merupakan bagian dari proses kegiatan pembelajaran, hendaknya guru harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang luas tentang pemahaman media pembelajaran. Arief S. Sadiman, dkk (2008: 6) menjelaskan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya, media hendaknya dimanipulasi, dapat dilihat, dapat didengar dan dibaca.

Media benda konkret diharapkan dapat membantu siswa dalm memahami pelajaran berhitung dimana siswa kelas awal cenderung menangkap hal-hal yang bersifat nyata karena siswa kelas satu dalam perkembangan pra operasioanl konkret menurut Piaget dalam Karso (2000: 16) menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak ada empat tahap, yaitu (1) tahap senso motorik usia 0-2 tahun; (2) tahap pra operasional konkret usia 2-8 tahun; (3) tahap operasinal konkret 8- 14 tahun; dan (4) tahap operasional formal usia diatas 14 tahun.

Dari uraian yang telah di paparkan diatas agar siswa mempunyai prestasi belajar matematika yang baik sesuai KKM yang diharapan maka salah satunya dalam proses pembelajaran menggunakan media Benda konkret. Hal inilah yang

mendorong penulis untuk mengambil judul PTK “ UPAYA MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERHITUNG PENGURANGAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI 2 NGRANDU KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010”.


(19)

commit to user B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut dapat di rumuskan: “Apakah melalui penggunaan media benda konkret dapat meningkatkan kemampuan berhitung pengurangan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas 1 SD Negeri 2 Ngrandu Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan tahun Pelajaran 2009/2010?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung pengurangan melalui penggunaan media benda konkret dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas I SD Negeri 2 Ngrandu Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan tahun ajaran 2009/2010.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang kemampuan berhitung pengurangan dengan menggunakan media benda konkret bagi siswa kelas I. b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Dengan media benda konkret kemampuan berhitung pengurangan siswa dapat meningkat dan pengetahuan yang didapat lebih bermakna.

2) Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap pelajaran matematika berhitung pengurangan.

b. Bagi Guru

1) Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai alternatif dalam pemilihan dan penentuan media yang digunakan sehingga pembelajaran berhitung pengurangan dapat berjalan menyenangkan dan bermakna.


(20)

commit to user

2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi berharga bagi guru agar lebih memahami karakter siswa serta lingkungan sekolah sehingga dapat menentukan media pembelajaran yang paling tepat dan menyenangkan untuk kompetensi dasar yang hendak diajarkan.

3) Dengan media benda konkret guru lebih mudah dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berhitung pengurangan

c. Bagi Sekolah

1) Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai model pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa yang selanjutnya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian bagi guru atau sekolah lainnya sebagai cara baru dalam pembelajaran matematika di SD.


(21)

commit to user

21

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Hakikat Kemampuan Berhitung Matematika a. Pengertian matematika

Mata pelajaran matematika adalah kumpulan bahan kajian dan pelajaran tentang bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain, sehingga dapat meningkatkan ketajaman penalaran siswa untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari dan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta lebih mengembangkan sikap logis, kritis, cermat, disiplin, dan menghargai kegunaan matematika. Di bawah ini dikemukakan pendapat tentang matematika.

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani Matheina atau mathenein

yang artinya mempelajari, namun diduga pula kata itu erat pula hubungannya dengan kata sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi menurut Andi Hakim (dalam Karso, 2000:39)

Menurut Bruner (dalam Karso, 2000: 40) belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika itu. Menurut Dienes (dalam Karso, 2000: 17) berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai pelajaran tentang struktur dan mengklasifikasikan relasi-relasi antara stuktur.

Sedangkan menurut Ruseffendi (dalam Karso, 2000:39) “matematika itu

terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering sering

disebut ilmu deduktif”. Menurut Johnson dan Rising (dalam Karso, 2008:46)

menyatakan bahwa “matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan


(22)

commit to user

istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti dari pada bunyi, matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide, dan matematika itu

adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisan”.

Menurut Lerner (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 252) mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen kuantitas.

Menurut Reys (dalam Karso, 2000: 40) mengatakan bahwa “matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu

seni, suatu bahasa dan suatu alat”. Sedangkan menurut Kline (dalam Karso, 2008: 46) berpendapat bahwa “matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang

dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,

ekonomi, dan alam”.

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of Education in Science and Technology: Mathematics is pervanding every study and technique in our modern world. Bringing ever more sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is to tech it. Most prominent among these is the difficulty of presenting an interdisciplinary approach so that one professional group may benefit from the experience of others. Matematika mencakup setiap pelajaran dan teknik di dunia modern ini.Matematika memfokuskan pada teknik pengerjaan tugas-tugasnya. Hal yang sangat mencolok yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan), oleh karena itu para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain.

www.tandf.co.uk/.../0020739x.asp (10mei 2010)

Berdasarkan pendapat dari para ahli matematika di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan


(23)

commit to user

diantara hal-hal itu.untuk dapat memahami struktur serta hubungan-hubungannya diperlukan penguasaan tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika.

Hal ini berarti belajar matematika adalah belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam bahan-bahan yang sedang dipelajari, serta mencari hubungan di antara konsep-konsep.

b. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika adalah proses kegiatan belajar mengajar matematika. Kualitas pembelajaran matematika diharapkan meningkat apabila siswa aktif mengikuti proses belajar mengajar dan guru mampu menerapkan metode pembelajaran yang tepat dan mengoptimalkan pembelajaran kontekstual.

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang amat pesat, baik materi maupun kegunaannnya. Dengan demikian setiap penyusunan atau penyempurnaan kurikulum matematika (Kurikulum Berbasis Kompetensi) perlu selalu mempertimbangkan perkembangan tersebut, baik pengalaman masa lalu maupun kemungkinan masa depan.

Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan. Tujuan pembelajaran matematika adalah melatih cara berpikir sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten.

Struktur kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibakukan dan harus dicapai oleh siswa pada akhir periode pembelajaran. Standar kompetensi ini dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa dengan memperhatikan perkembangan pendidikan matematika di dunia sekarang ini. Untuk mencapai kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial materi dan keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan umum pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar yaitu:


(24)

commit to user

1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif 2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir

matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Sedangkan tujuan khusus pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) adalah sebagai berikut:

1) Menumbuhkembangkan kemampuan berhitung (menggunakan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari)

2) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika

3) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin (Depdikbud, 1999: 31)

5) Tujuan tersebut dianggap telah dicapai apabila siswa telah memiliki sejumlah kemampuan di bidang matematika.

Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka perlu memperhatikan teori belajar matematika menurut Bruner dalam Gatot Muhseto, dkk (2007:6) menyatakan bahwa dalam belajar matematika ada tiga tahapan yaitu: enaktif, ikonik, dan simbolik.

Enaktif berkaitan dengan benda–benda konkret dalam belajar, ikonik menunjukan sajian gambar atau diagram, simbolik memanipulasi simbol-sibol atau lambang-lambang dari objek tertentu.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari hal yang konkret ke hal yang abstrak dan dari yang sederhana ke yang lebih komplek.


(25)

commit to user c. Pengertian Kemampuan

Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:628) kata kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, berada, kaya. Menurut kamus bergambar Nur Kasanah dan Didik Tuminto (2007: 423) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan. Kemampuan menurut Chapin (1997: 34) ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan/praktek. (Robins, 2001: 46)

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan untuk menguasai atau mengerjakan sesuatu.

d. Berhitung

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer disebutkan bahwa berhitung adalah Membilang (menjumlahkan, mengalikan, mengurangi, membagi, dan sebagainya). (Peter Salim dan Yenny Salim, 2002: 532)

1) Pengertian Berhitung

Pengetahuan bilangan dan kalkulasinya memasuki semua cabang Matematika, bahkan tidak jarang merupakan titik tolak suatu pengembangan struktur dalam Matematika. Dengan demikian tidaklah salah kalau orang

mengatakan bahwa “berhitung” itu amat penting dan mendasar. Menurut

Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:253) berhitung berarti mengerjakan hitungan. Berhitung adalah salah satu keterampilan dasar yang perlu dikuasai. Berhitung termasuk bagian dari pembelajaran dari Matematika yang lebih dikenal dengan Aritmatika. Arimatika berasal dari bahasa Yunani yang artinya angka atau dulu disebut dengan ilmu hitung yaitu cabang tertua Matematika yang mempelajari operasi dasar bilangan. Operasi dasar tersebut adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Dali S. Naga dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 253) menyatakan bahwa aritmatika atau berhitung adalah cabang Matematika yang berkenaan


(26)

commit to user

dengan sifat hubungan-hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Secara singkat aritmatika atau berhitung adalah pengetahuan tentang

bilangan”. Menurut Nur Kasanah dan Didik Tuminto (2007: 243) berhitung

adalah mengerjakan hitungan (menjumlahkan, mengurangi, dan lain sebagainya)”. David Glover (2007: 26) In Arithmetic you add,subtract, multiply, and divide numbers. You use arithmetic to find the answer to problems and sums. See also addition, and subtraction. Aritmatika berhubungan dengan menjumlah, mengurangi, mengali dan membagi bilangan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Menurut Riyanto dalam (http://rumahlaili.blogspot.com/ diakses tanggal 18 Mei 2010) berhitung secara harfiah berarti cara menghitung dengan menggunakan angka-angka.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa berhitung termasuk bagian dari pembelajaran matematika yang lebih dikenal dengan aritmatika yaitu mempelajari tentang penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Berhitung mempunyai banyak manfaat, diantaranya:

a. Agar anak kita dapat lebih memahami alam semesta dan hukum-hukum yang berlaku di dalamnya.

b. Agar anak kita dapat melakukan perencanaan dan evaluasi dengan baik saat dewasa nanti.

c. Agar anak-anak kita dapat membuat rancangan dan konstruksi dengan benar.

d. Yang juga tidak kalah penting adalah agar anak-anak kita dapat berlaku adil.

e. Kemudian agar mereka bisa berbelanja dengan benar. f. Lalu juga agar mereka tidak mudah ditipu.

g. Dan tentu masih banyak lagi nilai pentingnya bagi kehidupan anak kita.(www.ibuprofesional.org diakses tanggal 16 maret 2010).

2) Prinsip-PrinsipBerhitung

Prinsip-prinsip berhitung menurut petunjuk pengajaran berhitung Depdikbud (1993: 1) adalah:

a) Proses belajar dalam berhitung seperti latihan (drill) menghafal dan mengulang memang memadai tetapi akan lebih efektif apabila guru mendorong kreativitas murid dengan membantu menanamkan pengertian ide dasar dan prinsip-prinsip berhitung melalui kegiatan-kegiatan


(27)

commit to user

tersebut. Pengajaran berhitung yang dilandasi pengertian akan mengakibatkan daya ingat dan daya transfer yang lebih besar.

b) Dalam menyajikan topik-topik baru hendaknya dimulai dari tahapan yang paling sederhana menuju ke tahapan yang lebih kompleks, dari lingkungan yang dekat dengan anak menuju ke lingkungan yang lebih luas.

c) Pengalaman-pengalaman sosial anak dan penggunaan benda-benda konkret perlu dilakukan guru untuk membantu pemahaman anak-anak terhadap pengertian-pengertian dalam behitung.

d) Setiap langkah dalam mengajar berhitung hendaknya diusahakan melalui penyajian yang menarik untuk menghindarkan terjadinya tekanan atau ketegangan pada diri anak.

e) Setiap anak belajar dengan kesiapan dan kecepatannya sendiri-sendiri. Tugas guru selain memotivasi kesiapan juga memberikan pengalamanyang bervariasi dan efektif.

f) Latihan-latihan sangat penting untuk memantapkan pengertian dan keterampilan. Karena itu latihan-latihan harus dilandasi pengertian. Latihan akan sangat efektif apabila dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip penciptaan suasana yang baik. Latihan yang terlalu rumit, padat dan melelahkan hendaknya dihindarkan untuk mencegah terjadinya ketegangan. Berlatih secara berkala, teratur dengan mengulang kembali secara ringkas, akan mendorong kegiatan belajar karena timbul rasa menyenangi dan menghindarkan kelelahan.

g) Relevansi berhitung dengan kehidupan sehari-hari perlu ditekankan. Dengan demikian pelajaran berhitung yang didapatkan anak-anak akan lebih bermakna baginya dan lebih jauh lagi mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu guru pelu membuat persiapan yang terencana agar anak-anak mendapatkan pengalaman belajar yang beragam dan fungsional. Mengabaikan pemakaian berhitung dalam situasi yang fungsional selain membuat anak bosan juga melepaskan anak dari pengalaman belajar yang hidup dan penuh arti.

e. Kemampuan Berhitung

Nyimas Aisyah (2007: 6.5) “Kemampuan berhitung merupakan salah

satu kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, dapat dikatakan bahwa semua aktivitas kehidupan manusia memerlukan kemampuan ini”.

Menurut Bismo dalam (http://rumahlaili.blogspot.com/ diakses tanggal 18 Mei 2010) kemampuan berhitung adalah kemampuan seseorang yang digunakan untuk memformulasikan persoalan Matematika sehingga dapat dipecahkan dengan operasi perhitungan atau aritmatika biasa yaitu tambah, kurang, kali, dan bagi. Menurut Masykur dan Fathani dalam (http://rumahlaili.blogspot.com/ diakses tanggal 18 Mei 2010) kemampuan


(28)

commit to user

berhitung adalah penguasaan terhadap ilmu hitung dasar yang merupakan bagiandari Matematika yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung adalah kemampuan yang memerlukan penalaran dan keterampilan aljabar yang digunakan untuk memformulasikan persoalan Matematika sehingga dapat dipecahkan dengan operasi hitung yang diperlukan dalam semua aktivitas kehidupan manusia sehari-sehari.

Begitu pentingnya keterampilan berhitung ini, sehingga orang tua secara

sadar maupun tidak “memaksa” anak untuk segera menguasai berhitung dengan baik. Begitu bersemangatnya orang tua dalam mendorong anak agar pandai berhitung, sering kali kemudian menjadi kurang proporsional. Orang tua mulai panik kalau anaknya dinilai terlambat menguasai keterampilan berhitung. Apalagi bila orang tua melihat anak-anak yang sebaya sudah banyak yang menguasai keterampilan berhitung dengan baik, kepanikanbisa berkembang menjadi kejengkelan, kemarahan, dsb. Padahal seperti halnya keterampilan yang lain, untuk dapat berhitungdengan baik diperlukan suatu proses:

1) Anak perlu untuk memahami bilangan dan proses membilang. 2) Kemudian mulai dikenalkan dengan lambang bilangan. 3) Setelah itu diajarkan konsep operasi hitung.

4) Baru kemudian dikenalkan aneka cara dan metode dalam melakukan penghitungan.

f. Pengurangan

1) Pengurangan:

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 616) menyatakan bahwa

“pengurangan adalah proses, cara, perbuatan mengurangi atau mengurangkan”.

Sedangkan menurut Kamus Besar Poerwadarminta (1983: 541) menyatakan

bahwa “pengurangan adalah perbuatan mengurangkan atau mengurangi”.

Atau pengertian lainnya adalah proses, cara, atau perbuatan mengurangkan Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Peter Salim dan Yenny Salim. (2002: 801)


(29)

commit to user

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, pengurangan adalah proses mengurangi atau mengurangkan.

Dalam melaksanakan pembelajaran pengurangan di sekolah dasar terutama di kelas rendah yaitu kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Penanaman konsep pengurangan ,untuk menanamkan konsep pengurangan guru hendaknya memulai dengan pengajaran penjumlahan dengan salah satu bilangannya belum diketahui.

2. Pengenalan fakta dasar, beberapa fakta dasar dalam pengurangan perlu dikenalkan kepada siswa.

3. Penguasasan fakta dasar pengurangan dengan memberikan latihan yang cukup banyak terntang pengurangan.

2. Hakekat Media Benda Konkret a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau penggemar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Arief S. Sadiman, 2008: 7).

Media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajaran untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Anitah Sri, 2009:5).

Kata media berarti alat, sarana, perantara, penghubung, atau yang terletak diantara dua pihak. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, BP 2002). Menurut Gagne dalam Hujair AH. Sanaky (2009: 3) media pendidikan atau pengajaran didefinisikan sebagai berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar. Sedangkan menurut Dinje Borman Rumumpuk dalam Hujair AH. Sanaky (2009: 6) menurut M. Sobry Sutikno (2007) mengatakan bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.


(30)

commit to user

Menurut Briggs dalam Hujair AH. Sanaky (2009: 4) mengatakan media adalah segala wahana atau alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar. Menurut Shramm dalam Hujair AH. Sanaky (2009: 4) mengatakan bahwamedia adalah teknologi pembawa informasi atau pesan intruksional. Menurut Bove dalam dalam Hujair AH. Sanaky (2009: 3) media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan pembelajaran

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengan sempurna dan media berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.

b. Ciri-Ciri Media

Ciri-ciri media pendidikan adalah sebagai berikut (1) Media pendidikan identik dengan keperagaan yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan dapat diamati melalui panca indera kita. (2) Tekanan utamanya terletak pada benda-benda atau sesuatu yang dapat dilihat dan atau dapat didengar. (3) Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungannya dengan pengajaran antara murid dan guru. (4) Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar baik di dalam kelas atau di luar kelas.(5) Media pendidikan merupakan suatu perantara (media) dan digunakan dalam rangka mendidik. (6) Media pendidikan mengandung aspek-aspek sebagai alat dan sebagai teknik yang sangat erat kaitannya dengan metode mengajar.

Di dalam pendidikan kita mengenal berbagai istilah peragaan. Ada yang lebih senang menggunakan istilah peragaan. Tetapi ada pula yang menggunakan istilah komunikasi peragaan. Dewasa ini telah mulai dipopulerkan istilah baru yakni media pendidikan. Sedangkan dalam kepustakaan asing ada sementara ahli yang menggunakan istilah Audio-Visual Aids. Untuk pengertian yang sama,


(31)

commit to user

banyak pula ahli yang menggunakan istilah teaching material atau instructional material.

Oleh karena beragamnya istilah tersebut, yang mempunyai tekanannya sendiri, maka akan lebih baik jika kita mengambil salah satu diantaranya, dalam hal ini istilah media pendidikan dianggap paling tepat. Sedangkan ciri-ciri umum dari media pendidikan adalah sebagai berikut :

1) Media pendidikan identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata raga, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan yang dapat diamati melalui pancaindera kita.

2) Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat dan didengar. 3) Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan dalam pengajaran, antara

guru dan siswa.

4) Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik di luar kelas.

5) Berdasarkan ciri nomor (3) dan (4), maka pada dasarnya media pendidikan merupakan suatu perantara (medium dan media) dan digunakan dalam rangka pendidikan.

6) Media pendidikan mengandung aspek; sebagai alat dan sebagai teknik, yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar.

Sedangkan fungsi media pembelajaran yaitu untuk merangasang pembelajaran dengan:

1) Menghadirkan objek sebenarnya.

2) Membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya. 3) Membuat konsep abstrak ke konsep yang konkret. 4) Memberi kesamaan persepsi.

5) Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak. 6) Menyajikan ulang informasi secara konsisten.

7) Memberi suasana balajar yang tidak tertekan , santai, dan menarik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.


(32)

commit to user

Sedangkan manfaat media yaitu menurut Hamalik dalam Arsyad (2006:25) merinci manfaat media pendidikan sebagai berikut: (1) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme, (2) Memperbesar perhatian siswa, (3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap, (4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa, (5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup, (6) Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahaya, (7) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

d. Guru dan Media Pendidikan

Pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional. Karena itu diperlukan kemampuan dan kewenangan. Kemampuan itu dapat dilihat pada kesanggupannya menjalakan peranannya sebagai guru, pengajar, pembimbing, administrator, dan sebagai pembina ilmu.

Salah satu segi pembina kemampuan itu, ialah sejauh manakah ia menguasai media pendidikan di sekolah untuk kepentingan anak didiknya, sehingga memungkinkan perkembangan mereka secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan.

Dalam bidang ini, setiap guru akan berhadapan dengan setidak-tidaknya lima tantangan, yakni :

1) Apakah ia memiliki pengetahuan, pemahaman dan pengertian yang cukup tentang pendidikan?

2) Apakah ia memiliki keterampilan cara menggunakan media tersebut dalam proses belajar mengajar di kelas?

3) Apakah ia mampu membuat sendiri alat-alat media pendidikan yang dibutuhkan?

4) Apakah ia mampu melakukan penilaian terhadap media yang akan atau yang telah digunakan?


(33)

commit to user

5) Apakah ia memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang administrasi media pendidikan?

Pengetahuan dan Pemahaman tentang media pendidikan. Setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan. Pengetahuan itu meliputi: (1) media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar, (2) fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, (3) tentang proses-proses belajar, (4) hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan, (5) nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran, (6) memilih dan menggunakan media pendidikan, (6) berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan, (7) media pendidikan dalam setiap mata pelajaran, (8) usaha inovasi dalam media pendidikan, dan lain-lain.

Dilihat dari beberapa hal pokok yang telah dikemukakan di atas jelaslah bahwa media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian penting demi berhasilnya proses pendidikan dan usaha pengajaran di sekolah.

Keterampilan memilih dan menggunakan media pendidikan. Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan kemediaan saja, akan tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan media tersebut dengan baik. Untuk itu ia perlu mengalami latihan - latihan praktek secara kontinyu dan sistematis, baik dalam reservice maupun dalam pelatihan pascajabatan inservice training.

Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu, yakni (1) tujuan mengajar, (2) bahan pelajaran, (3) metode mengajar, (4) tersedianya alat yang dibutuhkan, (5) jalan pelajaran, (6) penilaian hasil belajar, (7) pribadi guru, (8) minat dan kemampuan siswa, (9) situasi pengajaran yang sedang berlangsung.

Dari sini dapat kita lihat bahwa antara media pendidikan dan faktor-faktor pengajaran lainnya, sangat erat pertaliannya dan merupakan suatu jalinan yang berantai.Untuk itu diperlukanketerampilan membuat media pendidikan, berarti terampil dan menguasai teknik dan proses pembuatan suatu media pendidikan yang berguna untuk suatu pelajaran tertentu.


(34)

commit to user

Alat-alat yang dibuat harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1) Rasional, sesuai dengan akal dan mampu dipikirkan oleh kita.

2) Ilmiah, sesuai dengan perkembangan akal dan mampu dipikirkan oleh kita.

3) Ekonomis, sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang ada, hemat. 4) Praktis, dapat digunakan dalam kondisi praktek di sekolah dan bersifat

sederhana.

5) Fungsional,berguna dalam pelajaran, dapat digunakan oleh guru dan siswa.

e. Pengertian Benda Konkret

Benda konkret yaitu benda yang sebenarnya dapat diamati secara langsung oleh panca indera dengan cara melihat, mengamati dan memegangnya secara langsung tanpa melalui alat bantu.

(http://www.martiningsih.co.cc/2008/04/04penelitian-tindakan-kelas-smp-kelas-ix.html, diakses 4 April 2009)

Konkret mempunyai arti nyata untuk disentuh, dilihat dan diungkapkan melalui kemampuan verbal. Contoh: (4 buah bola). Jadi dalam hal ini. Konkret adalah sesuatu yang dapat di lihat secara sadar oleh panca indra semua orang, sehingga akan mempunyai hasil sama. Dalam definisi konkret di sini terbagi dalam beberpa hal. Lambang atau visualisasi, misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan persegi empat untuk menggambarkan konsep bentuk.

Media benda konkret yang dipakai disini dalam pembelajaran matematika adalah kelereng dan sedotan, benda-benda tersebut diharapkan dapat membantu anak dalam proses pembelajaran matematika khususnya berhitung pengurangan selain itu telah disadari benar akan pentingnya alat-alat dan perlengkapan pendidikan.


(35)

commit to user

Media benda konkret termasuk dalam media tiga dimensi. Media tiga dimensi ialah sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Benda asli ketika akan difungsikan sebagai media pembelajaran dapat dibawa langsungke kelas, atau siswa sekelas dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya di mana bendaasli itu berada.

Apabila benda aslinya sulit untuk dibawa ke kelas atau kelas tidakmungkin dihadapkan langsung ke tempat di mana benda itu berada, maka benda tiruannya dapat pula berfungsi sebagai media pembelajaran yang efektif. Media tiga dimensi yang dapat diproduksi dengan mudah, adalah tergolong sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa harus memerlukankeahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru, bahannya mudah diperoleh di lingkungansekitar.

Moedjiono (1992) mengatakan bahwa media sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan-kelebihan: memberikan pengalaman secara langsung, penyajian secarakongkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukkan obyek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas. Sedangkan kelemahan-kelemahannya adalah: tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyimpanannyamemerlukan ruang yang besar dan perawatannya rumit.

Dalam hal ini media benda konkret mempunyai kekuatan dan kelemahan namun sacara umum media benda konkret mampu memberikan manfaat dalam pelaksanaan pembelajaran matematika khususnya berhitung pengurangan.

g. Langkah-langkah penggunaan media benda konkret

Guru mengunakan media benda konkret untuk memudahkan siswa dalam melakukan kegiatan berhitung pengurangan dengan langkah-langkah sbb:


(36)

commit to user

Secar langsung di hadapan siswa sebagai contoh untuk operasi penguragan 15 dikurangi 4 dengan media kelereng, kelereng yang berjumlah 15 kelereng diambil atau disihkan 4 buah kelereng sehingga yang tersisa tinggal 11 kelereng.

2) Untuk operasi pengurangan dengan cara panjang terlebih dahulu melakukan operasi penjumlahan karena dasar operasi

pengurangan cara panjang adalah penjumlahan puluhan dan satuan sebagai contoh untuk operasi pengurangan

35-13=...terlebih dahulu 30 kelereng ditambah 5 kelereng sehingga menjadi 35 kelereng, kemudian mengambil10 kelereng baru kemudian ditambah 3 keleng. kemudian baru mencari selisih antara antara 30 kelereng dengan 10 kelereng dan 5 kelereng dengan 3 kelereng, sehingga didapat hasil 12 kelereng. 3) Guru melakukan peraggan dengan menikut sertakan beberapa

siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan. 4) Guru melatih siswa dalam melakukan operasi pengurangan

dengan media benda konkret secara berulang-ulang agar siswa lancar dalam menggunakan media benda konkret.

B. Penelitian Yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang dipandang relevandengan penelitian ini yaitu:

Susmiati dengan judul Pemanfaatan Media Pembelajaran Benda Kongkret Meningkatkan Hasil Belajar IPA tentang Pesawat Sederhana di Kelas V SDN Benerwojo Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan. Skripsi. Jurusan PendidikanSekolah Dasar dan Pra Sekolah, FIP Universitas Negeri Malang.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) pemanfaatan media benda konkret berhasil meningkatkan perolehan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti sebanyak 16 siswa telah mencapai kriteria ketuntasan belajar yang diharapkan yaitu skor 70, sementara ada 2 siswa yang belum bisa mencapai kriteria


(37)

commit to user

ketuntasan belajar disebabkan beberapa faktor. (2) Dampak pembelajaran dengan memanfaatkan media benda konkret pada siswa kelas V SDN Benerwojo Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan telah berdampak positif terhadap aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Hal ini terbukti semua siswa(99,9%) telah mencapai kriteria yang diharapkan.

Hasil penelitian M. Muktasim Zuwono dalam http: //digilib .unnes.ac.id/

gsdl/ collect/ skripsi/ archives/ HASH01c2/ d3c20582.dir/ doc.pdf, diakses 11 Mei

2010. Dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Pengerjaan Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah dengan Alat Peraga Kelereng dan Diskusi Kelompok bagi Siswa Kelas II SD Negeri Koripan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

2005/2006”. Menyimpulkan bahwa dengan menggunakan alat peraga kelereng dan diskusi kelompok pada pokok pembahasan perkalian dan pembagian bilangan cacah dengan hasil sampai dengan 50 hasil belajar siswa dapat meningkat. Saran yang dapat diajukan bahwa untuk menanamkan konsep perkalian dan pembagian bilangan cacah guru dapat menggunakan alat peraga kelereng dan metode diskusi kelompok.

(http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01c2/d3c20582.dir/d

oc.pdf, diakses 11April 2010)

Skripsi karya Saptorini Dwi tahun 2006 pembelajaran inkuiri menggunakan media obyek fisik benda nyata untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP pada pokok bahasan energy. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pembelajaran inkuiri dengan media obyek fisik benda nyata sebagai media alternatif dalam pembelajaran fisika pokok bahasan energi di kelas VII SMP Negeri 1 Godong dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu melalui penerapan pembelajaran inkuiri dengan media obyek fisik benda nyata keaktifan siswa dalam pembelajaran menjadi tinggi.

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/p/index/assoc/HASH9224.dir/doc.pdf. diakses 4 April 2010.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di atas dapat dijadikan tolak ukur dan pembanding dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu terbukti


(38)

commit to user

dengan penggunaan media dalam pembelajaran mampu meningkatkan proses maupun hasil pembelajaran. Secara khusus penggunaan media pembelajaran berupa benda konkret dapat meningkatkan minat dan kemampuan siswa dalam menghitung pengurangan.

Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan peningkatan kemampuan berhitung pengurangan dengan media benda konkret pada siswa kelas I SD Negeri 2 Ngrandu Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2009/2010.

C. Kerangka Berfikir

Guru dalam proses pembelajaran matematika materi berhitung pengurangan pengajarannya masih konvensional dan belum menggunakan media yang sesuai dengan materi pembelajaran sehingga kemampuan siswa dalam berhitung pengurangan menjadi rendah diduga setelah guru menggunakan media benda konkret dalam pembelajaran maka dapat meningkat kemampuan berhitung pengurangan bilangan duangka tanpa teknik meminjam dengan cara panjang dan pendek dengan indikator mencapai KKM 60 setelah guru menyampaikan materi pelajaran menggunakan media benda konkret pada siklus I dan siklus II maka terjadi peningkatan kemampuan berhitung pengurangan dengan sasaran 70% siswa mencapai KKM pada siklus I dan 90% siswa mencapai KKM pada siklus II.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat divisualisasikan dalam bentuk gambar 1.


(39)

commit to user D. Hipotesis Tindakan

Gambar 1. Bagan kerangka berfikir

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari perumusan masalah, karena hanya berdasarkan landasan teori, sedangkan hasil yang sebenarnya harus dibuktikan lewat penelitian.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Melalui penggunaan media benda konkret dapat meningkatkan kemampuan berhitung pengurangan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas 1 SD Negeri 2 Ngrandu Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2009/2010.

Kondisi Akhir Tindaka

n

Guru dalam pembelajaran matematika materi berhitung pengurangan masih konvensional dan belum menggunakan media

yang sesuai dengan materi pembelajaran Kemampuan berhitung pengurangan siswa rendah Diduga melalui penggunaan media benda konkret dapat meningkatkan

kemampuan berhitung pengurangan

Siklus I

Dalam pembelajaran berhitung pengurangan guru menggunakan media

benda konkret

Siklus II

Siswa dapat melakukan pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam dengan cara panjang dengan target

siklus II adalah 90% siswa mencapai KKM

dengan besar KKM yaitu 60 Siklus I

Siswa dapat mengurangi bilangan dua angka tanpa teknik meminjam dengan cara pendek dan

cara panjang dengan target siklus I adalah70% siswa dapat mencapai KKM, dengan


(40)

commit to user

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Ngrandu, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan. Alasan memilih tempat penelitian adalah sebagai berikut: a. Penelitian ini meningkatkan kemampuan menghitung pengurangan dalam

pembelajaran matematika pada siswa Kelas I SD Negeri 2 Ngrandu melalui penggunaan media benda konkret

b. Di SD Negeri 2 Ngrandu khususnya kelas I di dalam mata pelajaran matematika pencapaian nilainya belum memenuhi harapan siswa dan guru, yaitu rata-rata hanya 52,47.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2009/2010 selama 4 bulan yaitu bulan April sampai dengan Juli tahun 2010.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Karena data yang akan diperoleh atau dikumpulkan berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan maka bentuk pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). I G A K Wardhani, dkk., (2007: 13): penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu suatu Action Research yang dilakukan di kelas. Suwarsih Madya(http://www.google.co.id/search?hl= id@search?hl= id&q= teknik+ uji+ walidit as+ penelitian&btnG= telusuri&meta, 20 April 2010) Penelitian Tindakan Kelas merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditunjukkan untuk meningkatkan situasi praktis yaitu tercapainya perbaikan dan meningkatnya situasi pembelajaran.


(41)

commit to user

37 Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian untuk mengatasi permasalahan terkait dengan kegiatan belajar mengajar yang terjadi pada suatu kelas.

Adapun model Penelitian Tindakan Kelas ini menggambarkan sebagai serangkaian langkah yang membentuk siklus atau putaran tindakan. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) (Taggart (1998) dalam Zainal Aqib, 2006: 127). Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada gambar 2

Gambar 2. Spiral Tindakan Kelas

Tahap-tahap di atas digambarkan sebagai siklus, yang dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya secara ulang sampai permasalahan yang dihadapi dapat teratasi/terpecahkan. Pada tahap perencanaan berisi rencana pelaksanaan pembelajaran yang disiapkan sebelum pelaksanaan tindakan. Kemudian dilakukan tindakan sebagai implementasi perencanaan.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas I SD Negeri 2 Ngrandu Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan, tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah 23 siswa. dengan rincian 13 siswa laki-laki dan 10 siswsa perempuan.

D. Sumber Data

Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini sebagian besar berupa kualitatif. Informasi tersebut akan digali

planning acting


(42)

commit to user

38 dari berbagai sumber data dan jenis data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:

1. Subjek penelitian yaitu siswa Kelas I SD Negeri 2 Ngrandu Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2009/2010.

2. Arsip nilai ulangan harian hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan media benda konkret.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai bentuk Penelitian Tindakan Kelas dan jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang aka digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Bentuk observasi dalam penelitian ini adalah observasi, dimana peneliti (pengamat) dalam penelitian ini, berperan aktif dalam semua pembelajaran di kelas. Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut, dan dengan observasi ini akan diperoleh data-data mengenai seluruh aktivitas atau tingkah laku siswa dalam pembelajaran yaitu data tentang sikap dan aktivitas siswa.

Observasi. Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung. Observasi langsung (direct observation) adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek yang diteliti. Observasi dilakukan pada siswa kelas I SD Negeri 2 Ngrandu untuk mengetahui kemampuan berhitung pengurangan siswa dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berhitung pengurangan berlangsung sebelum tindakn dan pada tindakan sikulus I dan sikulus II dengan menggunakan media benda konkret.

2. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur kemampuan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006: 150). Pemberian tes


(43)

commit to user

39 dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan yang diperoleh siswa setelah kegiatan pembelajaran tindakan. Tes berhitung pengurangan diberikan pada awal penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan siswa dalam berhitung pengurangan. Selain itu tes ini dilakukan di setiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan hasil berhitung pengurangan siswa. Dengan kata lain tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan berhitung pengurangan siswa sesuai dengan siklus yang ada.

3. Dokumen

Dokumen merupakan sumber data yang sering memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan bahan tertulis ataupun film yang digunakan sebagai sumber data, dokumen sejak lama digunakan sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Slamet dan Suwarto 2007: 53). Data yang diperoleh dari dokumen yaitu keadaan administrasi siswa yang sudah ada.

Dokumen yang dikaji adalah arsip atau dokumen yang ada. Dokumen tersebut antara lain Kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil berhitung pengurangan siswa, pada siswa kelas 1 SD Negeri 2 Ngrandu yang berjumlah 23 siswa.

F. Validitas Data

Untuk menjamin validitas data dan pertanggung jawaban dapat dijadikan dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan, teknik yang digunakan yaitu triangulasi data atau trianggulasi sumber. Cara ini mengarahkan agar di dalam mengumpulkan data, wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Dengan mengenali data dari sumber yang berbeda-beda dan juga teknik pengumpulan data yang berbeda itu pun data sejenis bisa tertuju kemantapan dan kebenarannya.


(44)

commit to user

40 Dalam penelitian ini untuk mengkaji kesahihan data digunakan validitas isi dan triangulasi metode. validitas isi disini adalah validitas yang berhubungan dengan kemampuan instrumen untuk menggambarkan atau melukiskan secara tepat domain perilaku yang akan diukur dalm hal ini peneliti mengukur kemampuan berhitung pengurangan siswa kelas I SD Negeri 2 Ngrandu yang berjumlah 23 siswa pada tahun pelajaran 2009/2010 digunakan instrumen tes berhitung pengurangan.

G. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif Miles dan Huberman. Model analisis interaktif mempunyai tiga buah komponen pokok yaitu: Reduksi data, Sajian data, Penarikan kesimpulan atau verifikasi. Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan informasi data yang telah muncul dari beberapa catatan tertulis yang diperoleh di lapangan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, membuang yang tidak perlu, mengarahkan, menggolongkan, dan mengorganisasi data sehingga diperoleh suatu kesimpulan.

Dalam penelitian yang dilaksanakan di kelas I SD Negeri 2 Ngrandu peneliti memperoleh beberapa data berupa nilai tes berhitung pengurangan siswa, observasi kegiatan siswa, Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG), hasil wawancara guru. Semua data tersebut digunakan dalam hasil penelitian, tetapi data Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) tidak diolah dan tidak disajikan dalam penyusunan laporan.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang telah tersusun dan memberikan kemungkinan adanya penarikan suatu kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data tersebut dengan menggabungkan berbagai informasi yang telah didapat selama kejadian berlangsung.


(45)

commit to user

41 Dalam penelitian yang dilaksanakan di kelas I SD Negeri 2 Ngrandu, data yang disajikan meliputi data yang berasal dari nilai tes kemampuan berhitung pengurangan siswa, observasi kegiatan siswa, dan hasil wawancara guru.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan suatu proses peninjauan kembali pada benar tidaknya data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian. Setelah semua data disajikan dalam laporan, peneliti menarik simpulan yang merupakan jawaban dari hipotesis penelitian

Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan dengan skema pada gambar 3

Gambar 3

Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif Milles Huberman, (2000: 19)

H. Indikator Pencapaian

Dengan adanya penelitian, maka akan adanya peningkatan kemampuan berhitung pada pelajaran matematika, yaitu ;

Reduksi Data Sajian Data

Pengumpulan Data

Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)


(46)

commit to user

42 1. Siswa yang berjumlah 23 dengan KKM sebesar 60 pada materi pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam dengan cara panjang dan pendek pada siklus I sebesar 70% siswa mencapai KKM , dan pada siklus II siswa mampu pengurangan bilangan tanpa teknik meminjam dengan cara panjang sebesar 90% siswa mencapai KKM.

2. Meningkatnya kemampuan menghitung dengan ditunjukkan meningkatnya rata-rata kelas dengan rata-rata-rata-rata 70.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari siklus-siklus.Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan rendahnya kemampuan berhitung pada pelajaran matematika siswa kelas I SD Negeri 2 Ngrandu dilakukan observasi dan wawancara terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Melalui langkah-langkah tersebut akan dapat ditentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan kemampuan belajar matematika khususnya konsep pengurangan.

Berdasarkan hasil observasi, maka langkah yang paling tepat untuk meningkatkan kemampuan berhitung pengurangan adalah dengan penanaman konsep melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasai siswa. Sehubungan hal tersebut, maka tindakan yang diduga paling tepat adalah dengan menggunakan media bendakonkret dalam menjelaskan konsep berhitung pengurangan dalam pembelajaran matematika.

Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi; perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi, dalam setiap siklus.


(47)

commit to user

43 Secara rinci prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dijabarkan dalam uraian berikut:

Siklus I

1) Tahap perencanaan

a. Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi.

b. Merencanakan skenario pembelajaran matematika dengan cara membuat rencana pembelajaran (RPP)

c. Merencanakan kegiatan pembelajaran penggunaan media benda konkret. d. Merencanakan kegiatan pembelajaran penggunaan media benda konkret. e. Membuat media pembelajaran yang berhubungan dengan konsep berhitung

pengurangan yaitu media benda konkret. 2) Tahap pelaksanaan tindakan

a. Memberikan materi pembelajaran tentang berhitung pengurangan.

Menerangkan materi tentang berhitung pengurangan dengan menentuan , dengan menjelaskan pengurang dengan cara pendek dan cara panjang. Dengan menerangkan pengurangan dengan cara pendek dan cara panjang maka siswa mempunyai gambaran tentang konsep pengurangan dengan cara pendek dan cara panjang

b. Menerapkan pembelajaran dengan penggunaan media benda konkret

Setelah guru menerangkan tentang konsep pengurangan, kemudian guru menerapkan atau mendemonstrasikan penggunaan media benda konkret, supaya siswa lebih paham tentang cara penggunaan media benda konkret. Dalam demonstrasi media benda konkret yang dilaksanakan oleh guru, sebagian siswa diajak langsung menggunakan media benda konkret.

c. Siswa belajar dengan menggunakan media benda konkret.

Setelah guru mendemonstrasikan penggunaan media benda konkret, kemudian secara berkelompok siswa melaksanakan pembelajaran matematika tentang konsep pengurangan dengan menggunakan media benda konkret. Setelah siswa sudah mampu menggunakan media benda konkret dengan benar,


(48)

commit to user

44 kemudian guru memberikan soal tentang konsep pengurangan dengan pemecahan masalah menggunakan media benda konkret.

d. Membantu siswa jika menemui kesulitan

Mendekati siswa jika terlihat kesulitan dalam menggunakan media untuk mengerjakan soal, Kemudian guru membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa.

e. Menilai hasil dari kemampuan siswa menggunakan media benda konkret Melaksanakan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menggunakan media benda konkret dari pelaksanaan mengerjakan soal matematika tentang konsep berhitung pengurangan.

3) Tahap observasi

a. Melakukan pengamatan pada proses pembelajaran

Melaksanakan pengamatan ketika siswa menggunakan media benda konkret dalam mengerjakan soal. Saat melaksanakan pengamatan guru biasa menyimpulkan bahwa siswa sudah tepat atau belum dalam menggunakan media benda konkret. Dan juga mengamati proses pembelajaran yang dilaksanankan guru apakah sudah sesuai dengan rencana pembelajaran

b. Mengarahkan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran

Memberikan pengarahan kepada semua siswa ketika siswa merasa kesulitan dalam menerapkan media benda konkret. Dengan pengarahan dari guru siswa melanjutkan menggunakan media benda konkret dalam mengerjakan soal. c. Mengobservasi hasil penilaian

4) Tahap refleksi

Mengadakan refleksi dan evaluasi dari pembelajaran bila hasil refleksi dan evaluasi siklus I menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berhitung pengurangan tanpa teknik meminjam dengan cara pendek dan panjang. Siswa kelas I tidak perlu dilanjutkan dengan menggunakan siklus II. Namun apabila belum memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan berhitung pengurangan baik cara pendek maupun panjang maka dilanjutkan dengan siklus II yang


(49)

commit to user

45 meliputi tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi. Selanjutnya sampai kemampuan menghitung pengurangan matematika meningkat

Siklus II

1) Tahap perencanaan

a. Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi.

b. Merencanakan skenario pembelajaran matematika dengan cara membuat rencana pembelajaran (RPP)

c. Merencanakan kegiatan pembelajaran penggunaan media benda konkret. d. Merencanakan kegiatan pembelajaran penggunaan media benda konkret. e. Membuat media pembelajaran yang berhubungan dengan konsep berhitung

pengurangan yaitu media benda konkret. 2) Tahap pelaksanaan tindakan

a. Memberikan materi pembelajaran tentang pengurangan. Dengan media benda konkret siswa pengurangan dengan cara panjang. Dengan pengunaan media benda konkret maka siswa mempunyai gambaran tentang pengurangan dengan cara panjang.

b. Menerapkan pembelajaran dengan penggunaan media benda konkret tentang konsep pengurangan dengan cara panjang kemudian guru menerapkan atau mendemonstrasikan penggunaan media benda konkret, supaya siswa lebih paham tentang cara penggunaan media benda konkret. Dalam demonstrasi media benda konkret yang dilaksanakan oleh guru, sebagian siswa diajak langsung menggunakan media benda konkret.

c. Siswa belajar dengan menggunakan media benda konkret.Setelah guru mendemonstrasikan penggunaan media benda konkret, kemudian secara berkelompok siswa melaksanakan pembelajaran matematika tentang pengurangan dengan menggunakan media benda konkret. Setelah siswa sudah mampu menggunakan media benda konkret dengan benar, kemudian guru


(1)

commit to user


(2)

commit to user

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan media benda konkret yang dilaksanakan pada siklus I sudah memperlihatkan peningkatan kemampuan siswa pada pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam dengan cara panjang dan cara pendek. Hal ini secara klasikal dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata kelas diatas jumlah yang diharapkan yaitu 64,21 sehingga perlu dilanjutkan pada siklus II. Untuk materi pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam dengan cara panjang secara klasikal dilihat dari nilai rata-rata kelas belum memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan berhitung pengurangan dengan cara panjang. Meskipun peningkatan tersebut belum berhasil sesuai dengan indikator pencapaian dalam penelitian ini, siklus I dikatakan berhasil untuk materi pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam dengan cara pendek. Dengan demikian penelitian dilanjutkan pada siklus II untuk materi pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam dengan cara panjang.

Setelah dilaksanakan tindakan untuk materi pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam dengan cara panjang pada siklus II yang menekankan pada pemahaman cara melakukan operasi hitung selama dua kali pertemuan, terlihat adanya peningkatan kemampuan berhitung pengurangan dibandingkan dengan siklus I.

Dari tabel 10 di atas pembelajaran melalui media benda konkret yang dilaksanakan pada siklus II untuk materi pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam dengan cara panjang dinyatakan berhasil, karena secara klasikal diperoleh rata-rata kelas 74,26 untuk pertemuan I, dan rata-rata kelas 82,95 pada pertemuan II, dan 78,82 untuk rata-rata keseluruhan pertemuan pada siklus II.

Dari keseluruhan tindakan atau siklus yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berhitung pengurangan siswa kelas I dapat dilakukan melalui media benda konkret. Hal ini nampak jelas dengan adanya peningkatan aktifitas siswa, dan peningkatan nilai rata-rata kelas pada setiap siklus sebagaimana terlihat pada tabel 9.


(3)

commit to user

Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran dengan menggunakan media benda konkret dapat meningkatkan kemampuan berhitung pengurangan pada siswa kelas I SD Negeri 2 Ngrandu Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan.


(4)

commit to user

68 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus selama 4 kali pertemuan dengan menerapkan pembelajaran menggunakan media benda konkret dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas I SD Negeri 2 Ngrandu Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan

kemampuan menghitung pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik

meminjam dengan ditandai meningkatnya hasilbelajar Matematika untuk materi

pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam dengan cara panjang dan cara pendek yang nilai rata-rata siswa mencapai 64,21 dengan persentase siswa yang mencapai nilai di atas 6.0 sebanyak 53,7%. Namun untuk Materi pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam dengan cara panjang nilai rata-rata baru mencapai 63,17 dengan persentase siswa memperoleh nilai diatas 6.0 sebanyak 13 siswa atau 56,52 % sehingga untuk materi pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam dengan cara panjang harus diulang pada siklus II. Hasil pada siklus II telah menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, semula nilai rata-rata pada siklus I 64,21 dengan persentase siswa yang mendapat nilai diatas 6,0 hanya 53,7% pada akhir siklus II nilai rata-rata mencapai 82,95 dengan persentase siswa yang memperoleh nilai di atas 6,0 sebanyak 91,25%.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan

2 siklus selama 4 kali pertemuan yang terdiri dari 2 kali pertemuan pada siklus I dan 2 kali pertemuan pada siklus II tersebut di atas, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya, artinya bahwa ternyata dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media benda konkret dalam pembelajaran


(5)

commit to user

matematika dapat meningkatkan kemampuan berhitung pengurangan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas I SD Negeri 2 Ngrandu tahun pelajaran 2009/2010. Dengan demikian pembelajaran Matematika dengan menggunakan media benda konkret dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pembelajaran matematika di kelas I sehingga kemampuan berhitung dapat meningkat.

B. Implikasi

Penetapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan penggunaan media benda konkret dalam pembelajaran Matematika. Model yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model siklus, adapun prosedur penelitiannya terdiri dari 2 (dua) siklus. Siklus I dilaksanakan selama 2 (dua) minggu untuk materi pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam dengan cara panjang dan cara pendek, sedangkan siklus II dilaksanakan selama 1(satu) minggu untuk mengulang satu materi yaitu pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam dengan cara panjang yang belum berhasil pada siklus I. Dalam setiap tindakan atau siklus tediri dari 4 (empat) tahapan kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang.

Sebelum melaksanakan tindakan dalam tahap siklus, perlu perencanaan. Perencanaan ini selalu memperhatikan setiap perubahan yang dicapai pada siklus sebelumnya terutama pada setiap tindakan yang dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa. Hal ini didasarkan pada hasil analisis perkembangan dari pertemuan yang satu ke pertemuan yang lain dalam satu siklus pertama sampai kedua.

Berdasarkan kreteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini layak dipergunakan untuk membantu guru dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan media benda konkret pada hakikatnya layak digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang


(6)

commit to user

sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan kemampuan berhitung siswa, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan media benda konkret harus diatasi semaksimal mungkin. Oleh karena itu kreativitas dan keaktifan guru sangat diperlukan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sebagai bahan uraian penutup skripsi ini antara lain :

1. Bagi Guru

Peneliti menyarankan kepada para guru untuk mempertimbangkan menggunakan media benda konkret dalam pembelajaran matematika pada materi pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam dengan cara pendek dan cara panjang pada Sekolah Dasar.

2. Bagi Siswa

Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan penggunaan media benda konkret dan selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru serta meningkatkan usaha belajar sehingga kemampuan berhitung pengurangan pada pembelajaran matematika dapat tercapai dengan baik.

3. Bagi Sekolah

Peneliti menyarankan penyediaan media benda konkret sebagai media alternatif materi berhitung pengurangan pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar.


Dokumen yang terkait

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS III SD NEGERI BANARAN 2 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 5 42

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGALIKAN BILANGAN CACAH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK SISWA KELAS II SD NEGERI CENGKAWAKREJO TAHUN 2009 2010

0 3 50

PENDAHULUAN Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Matematika Melalui Penggunaan Media Sempoa Pada Siswa Kelas VD SDLB N Margorejo Tahun Pelajaran 2013/ 2014.

0 1 6

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA SEMPOA PADA Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Matematika Melalui Penggunaan Media Sempoa Pada Siswa Kelas VD SDLB N Margorejo Tahun Pelajaran 2013/ 2014.

0 2 14

PENDAHULUAN Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Awal Dalam Pembelajaran Tematik Matematika IPA Pkn Melalui Penerapan media Kelereng Dan Batu Kerikil Pada Siswa Kelas I Sd N I sumurgede Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2012 / 2013.

0 3 7

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PENJUMLAHANDAN PENGURANGAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Penjumlahan Dan Pengurangan Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Bantuan Benda-Benda Konkret Pada Siswa Kelas I SDN 2 Gatak TP

0 2 13

PENDAHULUAN Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Penjumlahan Dan Pengurangan Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Bantuan Benda-Benda Konkret Pada Siswa Kelas I SDN 2 Gatak TP. 2012/2013.

0 3 6

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PENJUMLAHANDAN PENGURANGAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Penjumlahan Dan Pengurangan Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Bantuan Benda-Benda Konkret Pada Siswa Kelas I SDN 2 Gatak TP

1 1 13

Peningkatan kemampuan membilang banyak benda mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan melalui media benda konkret siswa kelas 1 MI Bahrul Ulum Bulu Kediri.

1 5 144

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG DENGAN MEDIA BENDA KONKRET PADA SISWA KELAS II SD NEGERI GEMBONGAN, SENTOLO.

0 0 177