4   HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Penelitian Pendahuluan
Penelitian  pendahuluan  meliputi  formulasi  melorin  terbaik  yang  akan digunakan pada penelitian utama. Formulasi melorin dilakukan dengan pengujian
berbagai  perbandingan  komposisi  nangka  dan  susu  kedelai.  Karakterisasi karagenan  dilakukan  terlebih  dahulu  untuk  mengetahui  standar  mutu  karagenan
yang digunakan.
4.1.1 Karakterisasi karagenan
Karagenan  yang  digunakan  dalam  penelitian  diperoleh  dari  CV  Dinar. Karagenan  tersebut  dianalisis  terlebih  untuk  mengetahui  mutu  karagenan  yang
akan  dipakai  dalam  penelitian  utama.  Hasil  analisis  karakterisasi  karagenan meliputi  kadar  air,  kadar  abu,  viskositas  dan  kekuatan  gel  dapat  dilihat  pada
Tabel 5. Tabel 5 Hasil analisis karakteristik karagenan
Parameter Hasil uji
Standar
Kadar Air 14,75 ± 0,12
Max. 12 Kadar Abu
14,00 ± 0,67 15-40
Viskositas Gel strength
350,00 ± 0,00 385,63 ± 13,87
Min. 5 cPs -
Keterangan:  = FAO 2007
Tabel  5  memperlihatkan  bahwa  secara  keseluruhan  mutu  karagenan  telah memenuhi standar mutu  karagenan komersil, terutama  untuk parameter kekuatan
gel  dan  viskositas.  Karagenan  yang  digunakan  merupakan  hasil  ekstraksi campuran antara rumput laut jenis Euchema cottonii dan Euchema spinosum.
Viskositas  karagenan  hasil  penelitian  dari  kombinasi  kappa  dan  iota karagenan  berada  di  atas  standar  viskositas  yang  ditetapkan  oleh  FAO  dan  EU,
yaitu  minimal  5  cPs.  Hal  tersebut  kemungkinan  dipengaruhi  oleh  kandungan sulfat  yang  ada  pada  karagenan.  Kandungan  sulfat  dapat  menyebabkan  larutan
menjadi kental. Adanya sulfat akan menyebabkan terjadinya  gaya tolak menolak antar kelompok ester yang bermuatan sama dengan molekul air yang terikat dalam
karagenan.  Viskositas  larutan  terutama  disebabkan  oleh  sifat  karagenan  sebagai
polielektrolit
.
Gaya  tolakan  antar  muatan  negatif  sepanjang  rantai  polimer,  yaitu gugus sulfat, akan mengakibatkan rantai molekul menegang Warkoyo 2007.
Hasil  analisis  kekuatan  gel  karagenan  adalah  385,63  gcm
2
.  Konsistensi gel  dipengaruhi  oleh  beberapa  faktor,  antara  lain  yaitu  jenis  dan  tipe  karagenan,
kosentrasi  dan  adanya  ion-ion  serta  pelarut  yang  menghambat  pembentukan hidrokoloid.  Hal  lain  yang  dapat  mempengaruhi  gel  karagenan  yaitu  letak  gugus
sulfat pada struktur molekulnya. Kadar gugus sulfat tersebut dapat mempengaruhi kekuatan  gel  dari  karagenan  karena  tingginya  kadar  sulfat  dapat  menyebabkan
terputusnya  ikatan  3,6-anhidro-D-galaktosa  sehingga  kekuatan  gelnya  menurun. Ester  sulfat  terkandung  dalam  karagenan  berkisar  25  untuk  kappa  karagenan,
serta 32 untuk iota karagenan, sedangkan lambda karagenan mengandung 35 ester sulfat Imeson 2010.
Kadar abu karagenan hasil analisis adalah sebesar 14,00. Kadar abu yang didapat lebih rendah dari standar yang ditetapkan oleh FAO 2007 yang berkisar
antara  15-40.  Menurut  Winarno  1996,  tingginya  kadar  abu  karagenan dipengaruhi oleh adanya garam dan mineral lain yang menempel pada rumput laut
seperti natrium, kalsium dan kalium. Nilai kadar air karagenan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebesar
14.75. Kadar air suatu produk sangat penting karena terkait dengan daya simpan produk dan kualitasnya. Kadar air hidrokoloid yang diinginkan rata-rata di bawah
20 untuk standar pasaran internasional Angka dan Suhartono 2000.
4.1.2 Karakteristik sensori