Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja

12 Menuru Payaman Simanjuntak 2003 Serikat Pekerja merupakan salah satu sarana dan pelaksana utama hubungan industrial. Sebagai pelaksana utama hubungan industrial, Serikat Pekerja mempumyai peranan dan fungsi berikut ini: 1. Menampung aspirasi dan keluhan pekerja, baik anggota maupun bukan anggota Serikat Pekerja yang bersangkutan 2. Menyalurkan aspirasi dan keluhan tersebut kepada manajemen atau pengusaha baik secara langsung atau melalui Lembaga Bipartit 3. Mewakili pekerja di Lembaga Bipartit 4. Mewakili pekerja di Tim Perunding untuk merumuskan Perjanjian Kerja Bersama 5. Mewakili pekerja di lembaga-lembaga kerjasama ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya seperti Lembaga Tripartit, P4D dan P4P, Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Dewan Latihan Kerja, dll 6. Memperjuangkan hak dan kepentingan anggota baik secara langsung kepada pengusaha maupun melalui lembaga-lembaga ketenagakerjaan 7. Membantu menyelesaikan perselisihan industrial 8. Meningkatkan disiplin dan semangat kerja anggota 9. Aktif mengupayakan menciptakan atau mewujudkan hubungan industrial yang aman dan harmonis 10. Menyampaikan saran kepada manajemen baik untuk penyelesaian keluh kesah pekerja maupun untuk penyempurnaan system kerja dan peningkatan produktivitas perusahaan Dari sepuluh peran tersebut jika disimpulkan peran Serikat Pekerja adalah sebagai berikut : 1. Menampung aspirasi dan keluhan Pekerja. 2. Perwakilan Pekerja. 3. Memperjuangkan hak dan kepentingan anggota. 4. Membantu menyelesaikan perselisihan hubungan industrial. 5. Meningkatkan disiplin dan semangat kerja anggota. 6. Menyalurkan aspirasi dan saran kepada manajemen.

2.2 Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja

Perjanjian kerja berdasarkan Undang-Undang No 13 Tahun 2003, Pasal 1 angka 14 memberikan pengertian: “Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerjaburuh dan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak 13 dan kewajiban kedua belah pihak”. Berdasarkan pengertian perjanjian kerja tersebut, dapat ditarik beberapa unsur dari perjanjian kerja yakni: 1. Adanya unsur work atau pekerjaan Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan obyek perjanjian, pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin pengusaha dapat menyuruh orang lain. 2. Adanya unsur perintah Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh pengusaha adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diperjanjikan. 3. Adanya unsur upah Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja perjanjian kerja, bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama seorang pekerja bekerja pada pengusaha adalah untuk memperoleh upah. Sehingga jika tidak ada unsur upah, maka suatu hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kerja. Sebagai bagian dari perjanjian pada umumnya, maka perjanjian kerja harus memenuhi syarat syahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar: 1. Kesepakatan kedua belah pihak; 2. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum; 3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan; 4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keempat syarat tersebut bersifat kumulatif artinya harus dipenuhi semuanya baru dapat dikatakan bahwa perjanjian tersebut sah. Perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk tertulis atau lisan Pasal 51 ayat 1 Undang-Undang No 13 Tahun 2003. Secara normatif bentuk tertulis menjamin kepastian hak dan kewajiban para pihak, sehingga jika terjadi perselisihan akan sangat membantu proses pembuktian. 14 Dalam Pasal 54 Undang-Undang No 13 Tahun 2003 menyebutkan bahwa perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang-kurangnya memuat keterangan : 1. Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha; 2. Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerjaburuh; 3. Jabatan atau jenis pekerjaan; 4. Tempat pekerjaan; 5. Besarnya upah dan cara pembayaran; 6. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja atau buruh; 7. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja; 8. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; 9. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

2.3 Perjanjian Kerja Bersama