Pengembangan profesi guru pada aspek pembuatan karya inovatif

70

e. Pengembangan profesi guru pada aspek pembuatan karya inovatif

Pengembangan profesi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru pada aspek pembuatan karya inovatif terdiri dari 3 item penyataan. Masing- masing item penyataan yang telah dijawab memiliki skor yang berbeda-beda. Selanjutnya, untuk mengetahui analisis perolehan nilai pada aspek pembuatan karya inovatif dihitung dengan rumus: x = �� x �� �� Hasil analisis perolehan nilai dari masing masing item ditampilkan dalam tabel total skor perolehaan sebagai berikut: Tabel 12. Total Skor Perolehan pada Aspek Pembuatan Karya Inovatif Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa masing-masing item pada aspek pembuatan karya inovatif mendapat skor total perolehan sebesar 334 dan mendapat nilai sebesar 5,3. Selanjutnya untuk mengetahui rata-rata perolehan nilai pada aspek kegiatan diklat dihitung dengan: = 109+105+120 63x1x3 = 334 189 = 1,7 No Item Alternatif Jawaban Skor Total Perolehan Nilai Kategori 1 2 3 4 26 30 24 5 4 109 1,7 Rendah 27 33 21 6 3 105 1,6 Rendah 28 31 16 7 9 120 1,9 Sedang Jumlah 334 71 Dengan demikian tingkat pengembangan profesi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru SMA Negeri 1 Kasihan pada aspek pembuatan karya inovatif tergolong pada kategori rendah dengan nilai 1,7 pada rentang skala 1 - 1,75. Skor tertinggi dalam indikator pembuatan karya inovatif adalah item nomor 28 yaitu kepala sekolah membantu guru dalam pembuatan soal. Indikator ini mendapat skor sebesar 120 dengan nilai 1,9 sehingga termasuk dalam kategori sedang pada rentang skala 1,76 – 2,5. Sedangkan yang mendapat skor paling rendah yaitu item nomor 27 yaitu kepala sekolah memberi dana untuk memodifikasi alat pelajaran. Indikator ini mendapat nilai sebesar 105 dengan nilai 1,6 yang tergolong dalam kategori rendah pada rentang skala 1 - 1,75. Setelah dilakukan cross-check melalui wawancara dengan kepala sekolah SMA Negeri 1 Kasihan pada tanggal 10 November, kepala sekolah menyatakan telah berusaha untuk membantu guru dalam pembuatan karya inovatif dengan mengadakan kegiatan pelatihan untuk guru terkait dengan pembuatan alat dan media pembelajaran berbasis TI. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil analisis skor dapat disimpulkan bahwa tingkat pengembangan profesi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru di SMA Negeri 1 Kasihan pada aspek pembuatan karya inovatif termasuk dalam kategori rendah dengan nilai sebesar 1,7 pada rentang skala 1 - 1,75. Hal ini didukung dengan hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah yang menyatakan bahwa masih jarang guru yang membuat karya inovatif, di luar dari hal tersebut kepala sekolah telah berusaha memberikan pelatihan-pelatihan 72 kepada guru seperti pelatihan pembuatan media berbasis TI maupun alat pelajaran tetapi hasilnya belum maksimal.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri 1

Kasihan Kabupaten Bantul Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dianalisis bahwa tingkat pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri 1 Kasihan dalam kategori sedang dengan total nilai 2,5 pada rentang skala 1,76 – 2,5. Pengembangan dilihat profesi guru di SMA Negeri 1 Kasihan dari 5 indikator dengan masing-masing nilai yaitu indikator kegiatan seminar pendidikan sebesar 1,6 pada rentang skala 1 - 1,75, musyawarah guru mata pelajaran MGMP sebesar 3,3 pada rentang skala 3,26 - 4, kegiatan dikat sebesar 2,4 pada rentang skala 1,76 - 2,5, kegiatan studi literatur sebesar 2,6 pada rentang skala 2,51 -3,25, dan pembuatan karya inovatif 2,9 pada rentang skala 2,51 -3,25. Pembahasan dari setiap aspek pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru pada aspek kegiatan

seminar pendidikan Berdasarkan hasil analisis skor rata-rata pengembangan profesi guru melalui kegiatan seminar pendidikan termasuk dalam kategori rendah dengan nilai 1,6 pada rentang skala 1 - 1,75. Menurut Sudarman Danim 2011: 96 seminar merupakan model pembinaan berkelanjutan bagi peningkatan keprofesian guru karena kegiatan tersebut memberi peluang guru untuk berinterkasi secara ilmiah