84
d. Pengembangan profesi guru oleh kepala sekolah pada aspek kegiatan
studi literatur
Pengembangan profesi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru SMA Negeri 1 Kasihan termasuk dalam sedang dengan perolehan nilai sebanyak
2,4 pada rentang skala 1,76 - 2,5.
Kepala sekolah SMA Negeri 1 Kasihan telah berusaha menyediakan buku- buku yang dibutuhkan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis skor pada
indikator kepala sekolah memfasilitasi bahan pustaka yang dibutuhkan guru di perpustakaan yang mendapat nilai 2,9 yang terletak pada rentang skala 2,51
– 3,25 tergolong dalam kategori tinggi. Kepala sekolah mengadakan buku yang
diperlukan oleh guru pada awal tahun pelajaran. Untuk perangkat komputer yang disediakan memang masih terbatas, namun kepala sekolah telah berupaya dengan
menyediakan jaringan wifi yang dapat diakses oleh semua warga sekolah termasuk guru di seluruh area sekolah. Menurut Momon Sudarma 2013: 68
dengan adanya teknologi informasi seperti internet dapat merangsang guru untuk senantiasa terus melakukan pembaharuan, inovasi dan kreasi dalam pemberian
layanan pendidikan. Dengan adanya jaringan internet wifi di sekolah guru dapat mengakses informasi dengan laptop atau alat komunikasi lain untuk mendapatkan
informasi maupun referensi yang dibutuhkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah telah berusaha
memfasilitasi guru untuk mendukung kegiatan pengembangan profesi melalui kegiatan studi literatur.
85
e. Pengembangan profesi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap
guru pada aspek pembuatan karya inovatif
Pengembangan profesi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru SMA Negeri 1 Kasihan termasuk dalam kategori rendah dengan perolehan nilai
sebanyak 1,7 pada rentang skala 1-1,75.
Pengembangan profesi pada aspek pembuatan karya inovatif guru tersebut belum didukung penuh oleh kepala sekolah. Hal ini dapat dilihat dari analisis
skor pada item nomor 27 yaitu kepala sekolah memberi bantuan dana dalam pembuatan media pembelajaran, memodifikasi alat pelajaran, dan pembuatan soal
ujian dalam kategori kurang baik. Indikator tersebut mendapat nilai 1,6 yang terletak pada rentang skala 1
–1,75. 33 responden menyatakan bahwa guru tidak pernah mendapat bantuan dana untuk membuat maupun memodifikasi alat
pelajaran dari kepala sekolah. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kepala sekolah kurang mendukung upaya pengembangan profesi guru SMA Negeri 1
Kasihan. Jika dalam pembuatan karya inovatif kepala sekolah ikut memberikan bantuan dan dukungan, guru akan termotivasi untuk terus mengembangkan
kreatifitasnya dalam pembuatan karya inovatif. Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepala
sekolah SMA Negeri 1 Kasihan kurang mendukung usaha guru dalam pengembangan profesi pada aspek pembuatan karya inovatif.
86
D. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini hanya fokus pada pengembangan profesi dengan indikator
kegiatan semminar pendidikan, MGMP, kegitan diklat, kegiatan studi literatur, dan pembuatan karya inovatif. Selain kelima indikator tersebut
masih banyak aspek yang bisa diteliti khususnya dalam hal pengembangan profesi guru.
2. Penelitian ini berfokus pada seluruh guru di SMA Negeri 1 Kasihan sehingga
tidak dapat membedakan pengembangan profesi guru yang dilakukan oleh guru pada mata pelajaran tertentu, status kepegawaian PNS non PNS,
jenis kelamin, pangkat dan golongan, serta masa kerja guru. 3.
Pengembangan profesi dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok. Untuk pengembangan secara berkelompok dalam penelitian ini
belum membahas lebih dalam mengenai peran MGMP dalam pengembangan profesi guru.