PENGEMBANGAN PROFESI GURU DI SMA NEGERI 1 KASIHAN KABUPATEN BANTUL.

(1)

i

PENGEMBANGAN PROFESI GURU DI SMA NEGERI 1 KASIHAN KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Risma Kurnia Widati NIM 10101244026

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“Seorang profesional adalah seseorang yang dapat melakukan kesalahan sekecil mungkin dalam bekerja dan tetap dapat bekerja dengan baik sekalipun

menghadapi tugas yang paling tidak disukai” Alastair Cooke


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya papa Supri Kurniadi dan mama Sri Sujiati yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan dalam penyelesaian tugas akhir skripsi, serta adik-adik yang saya sayangi Anggit Arifka Rahmi dan Habibah Alvityas Bestari.


(7)

vii

PENGEMBANGAN PROFESI GURU DI SMA NEGERI 1 KASIHAN KABUPATEN BANTUL

Oleh

Risma Kurnia Widati NIM 10101244026

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pengembangan profesi

yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul, (2) pengembangan profesi guru yang dilakukan oleh kepala sekolah di SMA

Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul yang berjumlah 63 guru. Metode pengumpulan data berupa angket dan wawancara. Instrumen pengumpulan data menggunakan angket yang terdiri dari 28 butir item dengan 4 alternatif pilihan jawaban pada setiap itemnya, serta panduan wawancara. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru tergolong dalam kategori sedang. Aspek pengembangan profesi yang paling tinggi adalah aspek kegiatan MGMP, sedangkan aspek paling rendah adalah aspek kegiatan seminar pendidikan dan (2) pengembangan profesi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru di SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul tergolong dalam kategori sedang. Aspek pengembangan profesi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru paling tinggi adalah aspek kegiatan MGMP, sedangkan paling rendah adalah aspek pembuatan karya inovatif.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Pengembangan Profesi Guru di SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul” dengan baik dan lancar.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan sarana dan fasilitas selama pelaksanaan studi dan penelitian.

2. Bapak Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar, M.Pd selaku ketua Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah menyetujui dan memberikan kemudahan dalam melakukan penelitian sampai pada penyusunan tugas akhir skripsi.

3. Bapak Sudiyono, M.Si dan Ibu Meilina Bustari, M.Pd selaku dosen pembimbing tugas akhir skripsi yang telah bersedia memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, motivasi, saran, dan bantuan selama proses penulisan tugas akhir skripsi.

4. Bapak Dr. Arif Rohman, M.Si selaku penguji utama yang telah bersedia memberikan kritik dan saran sehingga penulis dapat menyempurnakan tugas akhir skripsi.

5. Bapak Mada Sutapa M.Si selaku sekretaris penguji yang telah bersedia memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyempurnakan tugas akhir skripsi.

6. Semua dosen Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang dengan sabar membimbing, mendidik, serta memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Batasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Guru ... 13

1. Pengertian Guru ... 13

2. Peran Guru ... 13

3. Kompetensi Guru ... 15

B. Pengembangan Profesi Guru ... 18

1. Pengertian Profesi Guru ... 18

2. Guru sebagai Profesi ... 19

3. Pengertian Pengembangan Profesi Guru ... 22


(11)

xi

C. Penelitian yang Relevan ... 33

D. Kerangka Berpikir ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 38

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

D. Populasi Penelitian ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 42

G. Uji Instrumen ... 42

H. Teknik Analisis Data ……… .... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 45

B. Hasil Penelitian ... 47

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

1. Pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru ... 72

2. Pengembangan profesi guru yang dilakukan oleh kepala sekolah... 80

D. Keterbatasan Penelitian ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(12)

xii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Kategorisasi pengembangan profesi guru ... 44 Tabel 2. Data Guru SMA Negeri 1 Kasihan ... .. 46 Tabel 3. Total skor perolehan pengembangan profesi yang dilakukan guru

pada aspek kegiatan seminar pendidikan ... 48 Tabel 4. Total skor perolehan pengembangan profesi yang dilakukan guru

pada aspek kegiatan MGMP ... 51 Tabel 5. Total skor perolehan pengembangan profesi yang dilakukan guru

pada aspek kegiatan diklat... 53 Tabel 6. Total skor perolehan pengembangan profesi yang dilakukan guru

pada aspek kegiatan studi literatur ... 55 Tabel 7. Total skor perolehan pengembangan profesi yang dilakukan guru

pada aspek pembuatan karya inovatif ... 57 Tabel 8. Total skor perolehan pengembangan profesi yang dilakukan oleh

kepala sekolah pada aspek kegiatan seminar pendidikan... 60 Tabel 9. Total skor perolehan pengembangan profesi yang dilakukan oleh

kepala sekolah pada aspek kegiatan MGMP ... 63 Tabel 10. Total skor perolehan pengembangan profesi yang dilakukan oleh

kepala sekolah pada aspek kegiatan diklat ... 65 Tabel 11. Total skor perolehan pengembangan profesi yang dilakukan oleh

kepala sekolah pada aspek kegiatan studi literatur... 68 Tabel 12. Total skor perolehan pengembangan profesi yang dilakukan oleh


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian ... 36


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 94

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 98

Lampiran 3. Data Guru SMA Negeri 1 Kasihan ... 103

Lampiran 4. Tabel Induk Data Hasil Penelitian ... 106


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia sampai dengan tahun 2014 telah menunjukkan berbagai perubahan. Salah satu perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan dapat dilihat dari kurikulum yang selalu berganti. Namun perubahan-perubahan yang terjadi mempunyai tujuan yang sama yaitu memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia agar semakin baik. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Pendidikan di Indonesia terbagi dalam berbagai jenjang, jalur, dan jenis pendidikan yang berbeda. Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui perserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Terdapat tiga jalur pendidikan yaitu, jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur


(16)

2

dan berjenjang. Dan yang terakhir pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggungjawab pemerintah dan seluruh pihak yang terkait di dalamnya. Sebagai pemegang keputusan tertinggi dalam pendidikan, pemerintah harus mampu mengelola pendidikan terutama pendidikan di sekolah dengan baik. Pengelolan tersebut meliputi pengelolaan personalia, sarana dan prasarana sekolah, kurikulum, peserta didik, serta organisasi yang ada di sekolah tersebut.

Dalam organisasi sekolah, kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam mencapai efektivitas dan efisiensi pendidikan di sekolah. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Pasal No 28 Tahun 2010 dijelaskan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru yang diberi tambahan tugas untuk memimpin sekolah. Selain itu pihak yang menjadi ujung tombak peningkatan kualitas pendidikan di sekolah adalah guru. Menurut Suparlan (2006: 10) guru merupakan seorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator agar siswa dapat belajar dan mengembangkan potensi dan kemampuannya secara optimal. Kepala sekolah dan guru bersama-sama berusaha meningkatkan kualitas layanan kepada siswa untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang lebih baik.

Seorang guru yang mengajar di sekolah sering disebut juga sebagai pendidik. Namun tugas utama seorang guru tidak hanya mendidik, hal ini dijelaskan dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan


(17)

3

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Maka dari itu seorang guru perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang kuat untuk menjalankan tugasnya.

Sebagai pendidik profesional, seorang guru dikatakan efektif jika guru tersebut mampu menguasai kemampuan sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan dan berhasil meningkatkan hasil belajar siswa (Suparlan, 2006: 80). Kompetensi menurut UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasi oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, seorang guru harus menguasai 4 kompetensi dasar yaitu, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dijelaskan dalam UU No 14 tahun 2005 Pasal 10 ayat 1 yaitu:

“Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.”

Pendidik profesional selain memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial yang baik, secara formal guru dipersyaratkan untuk memenuhi kualifikasi akademik minimal SI/D-IV dan bersertifikasi pendidik. Sehingga guru-guru yang telah memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi


(18)

4

yang ditetapkan, diharapkan dapat menjalankan tugas utamanya secara efektif dan efisien.

Guru memiliki tugas dan tanggungjawab yang sangat besar khususnya dalam menciptakan masyarakat yang sejahtera. Sebagai seorang pendidik profesional, pekerjaan guru merupakan suatu profesi yang ditunjuk sebagai ibu dari semua profesi. Untuk menjadi sebuah profesi, suatu pekerjaan memerlukan pendidikan yang tinggi baik secara teoritik maupun secara praktik. Selain itu perlu adanya pelatihan-pelatihan khusus yang mendalam mengenai pekerjaan tersebut. Guru merupakan salah satu profesi yang tidak semua orang dapat melakukannya. Sebagai salah satu persyaratan sebuah profesi, guru harus memiliki organisasi profesi seperti profesi lainnya. Untuk guru SMA organisasi profesi guru dapat diwujudkan dalam kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP).

SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul sejak tahun 2006 menjadi salah satu sekolah yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Menengah dan Non Formal Kabupaten Bantul sebagai Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Namun pada tahun 2013 muncul peraturan bahwa program RSBI dihapuskan dalam sistem pendidikan di Indonesia. SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul juga merupakan salah satu sekolah yang melepas status RSBI. Pada saat SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul menjadi salah satu sekolah RSBI tingkat SMA di Kabupaten Bantul, pengelolaan sekolahnya memang sedikit berbeda dengan sekolah reguler lainnya. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang pembelajaran RSBI serta program-program sekolah menjadi prioritas utama pengelolaan sekolah.


(19)

5

Pengelolaan sekolah di SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul ini mengalami perubahan dari yang sebelumnya kepala sekolah berusaha untuk mengelola sekolah menjadi sekolah global dengan dukungan dana yang cukup dari pemerintah, namun saat ini SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul mengembangkan sendiri program yang menjadi unggulannya tanpa bantuan dana dari pemerintah. Salah satu perubahan yang terjadi di SMA Negeri 1 Kasihan kabupaten Bantul adalah dalam hal pembiayaan program pengembangan sekolah. Saat ini masih ada beberapa program sekolah yang dahulu diwajibkan pada saat RSBI dan sekarang tetap dilaksanakan namun dengan biaya sendiri atau berasal dari orang tua siswa. Salah satu program yang masih berjalan adalah student exchange. Program tersebut masih dijalankan oleh kepala sekolah karena sudah ada Memorandum of Understanding (MoU) antara sekolah dengan pihak-pihak yang terkait sehingga sekolah tidak bisa memutuskan hubungan yang sudah terjalin selama beberapa waktu saat RSBI digalakkan. Selain itu dalam hal pengelolaan kurikulum di SMA Negeri 1 Kasihan saat ini sudah tidak menggunakan adopsi kurikulum dari luar. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 yang mulai diterapkan pada dunia pendidikan di Indonesia memaksa guru untuk cepat tanggap dalam melaksanakan kurikulum tersebut. Oleh karena itu guru dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuan serta keterampilan profesinya. Pada saat digalakkannya RSBI di SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul, kepala sekolah memberikan motivasi untuk meningkatkan kualifikasinya dengan cara melanjutkan studi S2. Hal ini dilakukan


(20)

6

karena pada saat RSBI sedikitnya 30% guru harus bergelar S2 atau S3. Saat ini guru SMA Negeri 1 Kasihan yang telah selesai dan sedang menempuh studi S2 ada 12 orang. Selain itu sebagai sekolah yang memiliki misi menciptakan siswa yang dapat bersaing di tingkat global, kepala sekolah terlebih dahulu memberikan pelatihan bagi guru dan staf sekolah dalam peningkatan berbahasa Inggris melalui kursus. Dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan, kepala sekolah seharusnya selalu aktif merancang kegiatan pengembangan terhadap guru dan disesuaikan dengan kebutuhan pada saat itu.

Menurut Sekretaris Jenderal Gerakan Indonesia Pintar (GIP) Alpha Amirrachman yang dikutip dalam Tribunnews.com (26/11/2014) menyatakan bahwa sampai tahun 2014 tingkat profesionalisme guru masih jauh dari harapan, program sertifikasi guru masih belum cukup mendorong kompetensi guru, sementara kesejahteraan pun masih belum merata dinikmati semua guru. Menurutnya, hanya 37 persen dari seluruh 3,5 juta guru yang memiliki kualifikasi minimum Sarjana atau Diploma-IV sebagaimana disyaratkan UU Guru dan Dosen 14/2005, sementara 25 persen lainnya, hanya memiliki ijasah SMA dan bahkan di bawahnya. Walaupun program sertifikasi guru telah meningkatkan kesejahteraan guru, namun dampaknya pada meningkatnya profesionalisme guru masih belum terlihat. Kementrian pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia mengumumkan hasil uji kompetensi awal (UKA) tahun 2014 yang dilaksanakan

pada bulan Februari 2014 ternyata hasilnya Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

memperoleh nilai rata-rata paling tinggi dibanding dengan daerah lain di


(21)

7

guru-guru di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendapat kesempatan untuk

mengikuti PLPG sebagai syarat sertifikasi. Selanjutnya guru yang telah

bersertifikasi tersebut dituntut untuk selalu mengembangkan diri sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi dan situasi yang ada menjadi sebab masing-masing guru memiliki perbedaan dalam penguasaan kompetensi yang disyaratkan. Untuk mengetahui kondisi penguasaan kompetensi seorang guru harus dilakukan uji kompetensi guru (UKG) yang dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan guru khususnya pada kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Peta penguasaan kompetensi guru tersebut akan digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pemberian program pembinaan dan pengembangan profesi guru. (http://sakeena.net/sertifikasi-guru/)

Sementara itu untuk memperbaiki kondisi yang ada sekarang, pemerintah dapat memberikan penguatan melalui pelatihan guru, namun pelatihan guru konvensional yang ada sekarang sangat boros karena mahal biayanya. Untuk memberikan pelatihan kepada 3,5 juta guru membutuhkan biaya kurang lebih Rp 5 juta per orang, jadi untuk seluruh guru akan membutuhkan Rp. 17,5 triliun. Program pengembangan diklat yang dilakukan bukan berarti tanpa kendala. Salah satu kendala yang terjadi yaitu pembengkakan biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan diklat. Untuk melaksanakan kegiatan diklat secara konvensional diperlukan biaya yang banyak, sehingga untuk mengikutsertkan seluruh guru di Indonesia dalam kegiatan diklat memerlukan anggaran biaya yang banyak dan waktu yang panjang. Oleh karena itu saat ini pemerintah menerapkan terobosan baru, misalnya melakukan pelatihan guru online (e-training). Dengan diklat


(22)

8

online guru tidak perlu pergi jauh untuk melaksanakan diklat secara fisik, tetapi bisa dilakukan di rumah di depan laptop secara online.

Dalam situs salah satu lembaga pelatihan yaitu PPPPTK Matematika menyebutkan bahwa PPPPTK Matematika yang merupakan unit pelaksana teknis di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mulai menapak lebih serius dalam pemberdayaan guru matematika se-Indonesia dengan mengambil jalur yang non-konvensional, dimana kegiatan diklat dilaksanakan secara online. Untuk mengikuti diklat peserta tidak harus datang secara fisik tapi dengan mengakses situs web yang telah disediakan, yaitu etraining.p4tkmatematika.org. Dengan adanya diklat online ini jangkauan guru untuk mengikuti kegiatan diklat lebih banyak.

Berdasarkan observasi awal di SMA Negeri 1 Kasihan diketahui bahwa kepala sekolah sudah berusaha mengembangkan profesi guru salah satunya dengan mengikutsertakan guru dalam kegiatan diklat. Pengembangan tersebut dilakukan secara berkelompok dan dipandu oleh seorang widyaiswara. Selain mendapat pengetahuan baru, guru-guru juga dapat melakukan praktik sesuai dengan tema diklat. Guru-guru di SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul sebagian besar telah mengikuti diklat yang terkait dengan proses pembelajaran, pembuatan media pembelajaran, kurikulum, serta pengembangan keprofesian berkelanjutan. Diklat merupakan wadah yang tepat untuk mengembangkan kompetensi dan pengetahuan guru. Hal ini dipertegas dengan salah satu hasil penelitian Andita Fitriana tahun 2013 yang berjudul “Upaya Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Bantul,


(23)

9

Kabupaten Bantul” bahwa upaya pengembangan yang dipandang paling efektif yakni melalui diklat. Hal ini terjadi karena diklat memberikan ruang bagi guru-guru TK untuk menambah ilmu pengetahuan dengan disertai pelatihan atau praktik dengan ahli yang berkompeten di bidangnya. Sejalan dengan yang dilakukan oleh guru-guru TK, guru di SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul juga mengikuti diklat sebagai usaha pengembangan profesi.

Selain kegiatan diklat, pengembangan profesi lain yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah dengan menyediakan buku-buku yang dibutuhkan oleh guru di perpustakaan. Dengan ketersediaan buku referensi yang ada di perpustakan SMA Negeri 1 Kasihan guru dapat menambah wawasan dan pengetahuannya dalam dunia pendidikan selain itu juga guru akan mendapat referensi baru untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Namun pada kenyataannya, masih jarang sekali guru yang memanfaatkan koleksi buku untuk menambah ilmu, wawasan, dan pengetahuan yang berdampak pada pengembangan profesi guru. Hal ini dapat dilihat dari daftar kunjungan guru ke perpustakaan yang tidak banyak.

Kegiatan pengembangan profesi guru di SMA Negeri 1 Kasihan juga dilakukan melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, namum belum semua guru SMA Negeri 1 Kasihan mengikuti kegiatan MGMP. Hal tersebut terjadi karena pada waktu sekolah belum dipimpin oleh kepala sekolah yang sekarang menjabat guru-guru tidak diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan MGMP oleh kepala sekolah. Dampak dari hal tersebut pada saat ini hanya sebagian guru yang aktif dalam kegiatan MGMP.


(24)

10

Kegiatan MGMP ini merupakan suatu wadah bagi guru untuk bertukar cerita tentang pengalaman mengajar dan mendiskusikan masalah-masalah proses pembelajaran dengan teman seprofesi. Selain itu guru juga dapat mendapat banyak informasi yang up to date tentang dunia pendidikan dari kegiatan MGMP.

Dalam keseluruhan kegiatan pengelolaan sekolah seperti yang sudah dipaparkan di atas terkait dengan pengembangan profesi guru, usaha pengembangan profesi guru maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengembangan profesi guru baik yang dilakukan oleh guru maupun yang dilakukan oleh kepala sekolah di SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Kepala sekolah sudah melakukan upaya dalam pengembangan profesi guru namun belum semua program berjalan secara optimal.

2. Kepala sekolah sudah berupaya memfasilitasi kebutuhan pengembangan guru namun belum semua fasilitas dimanfaatkan dengan baik.

3. Guru belum memanfaatkan fasilitas perpustakaan yang ada di sekolah sebagai alat pengembangan profesi guru.

4. Pengembangan profesi guru melalui kegiatan MGMP belum dilaksanakan oleh seluruh guru di SMA Negeri 1 Kasihan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka penelitian ini hanya dibatasi pada pengembangan profesi guru di SMA Negeri 1


(25)

11

Kasihan Kabupaten Bantul yang dilihat dari aspek pengembangan yang dilakukan oleh guru dan yang dilakukan oleh kepala sekolah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu:

1. Bagaimana pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul?

2. Bagaimana pengembangan profesi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru di SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul.

2. Pengembangan profesi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru di SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan yang terkait dengan konsep manajemen personalia yaitu kepala sekolah serta kompetensi-kompetensi manajerial kepala sekolah dan juga tentang konsep pengembangan profesi guru.


(26)

12

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan kajian teori mengenai konsep manajemen pendidikan khususnya kepala sekolah, kompetensi manajerial kepala sekolah, serta konsep pengembangan profesi guru bagi peneliti sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Pendidikan Menengah dan Non Formal Kabupaten Bantul

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pertimbangan bagi pengambil keputusan terkait dengan pengembangan profesi guru.

b. Bagi Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kasihan

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan maupun peningkatan kompetensi manajerial kepala sekolah SMA Negeri 1 Kasihan pengembangan profesi guru.


(27)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Guru 1. Pengertian Guru

Dalam dunia pendidikan seseorang yang menjadi ujung tombak keberhasilan pendidikan di Indonesia adalah guru. Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurut Suparlan (2006: 9) guru dapat diartikan sebagai seorang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspek pengembangan peserta didik baik ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang pendidik profesional yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik dalam semua aspek baik kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam penelitian ini objek penelitian adalah guru pendidikan menengah atas (SMA).

2. Peran Guru

Tugas dan tanggungjawab utama guru yaitu mendidik siswa dalam kegiatan pembelajaran. Namun demikian guru tidak dapat terlepas dari peran guru laiannya. Guru berperan banyak dalam kegiatan pembelajaran siswa. Menurut Momon Sudarma (2013: 135) seorang guru memainkan peran dalam beberapa


(28)

14

peran yaitu sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, dan pelatih. Guru sebagai pendidik hendaknya pandai bergaul dengan peserta didik, sabar, memiliki sikap kasih sayang, dan memberi keteladanan dalam bersikap, perperilaku, dan berbahasa. Sebagai pengajar guru hendaknya dapat membuat perangkat program pengajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan penilaian belajar, membuat daftar nilai, menyusun program perbaikan, dan membuat catatan kemajuan belajar siswa. Sebagai seorang pembimbing, guru berfungsi sebagai pemberi layanan bimbingan bagi siswa agar dapat mengenali dirinya, lingkungannya, memberi bantuan pada siswa yang mengalami hambatan, memberikan pembinaan siswa, serta membuat laporan bimbingan siswa. Yang terakhir guru berperan sebagai pelatih yaitu memberi latihan pada siswa sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan praktis dan psikomotorik.

Menurut Suparlan (2006:34) guru sering dicirikan memiliki peran sebagai EMASLIMDEF (Educator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, Motivator, Dinamisator, Evaluatuor, and Facilitator). Peran guru sebagai educator berfungsi untuk mengembangkan kepribadian siswa, membimbing, membina budi pekerti, dan memberikan pengarahan. Peran guru sebagai manager yaitu berfungsi untuk mengawal pelaksanaan tugas dan fungsi berdasarkan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku. Peran guru sebagai administrator berfungsi untuk membuat daftar presensi siswa, membuat daftar penilaian, dan melaksanakan kegiatan teknis administratif sekolah. Peran guru sebagai supervisor berfungsi untuk memantau, menilai, dan memberikan bimbingan teknis. Peran guru sebagai leader yaitu untuk mengawal pelaksanaan


(29)

15

tugas pokok dan fungsi guru. Peran guru sebagai inovator berfungsi untuk melakukan kegiatan kreatif, menemukan strategi, metode, cara, dan konsep dalam pembelajaran. Sebagai motivator guru berfungsi untuk memberi dorongan kepada siswa, dan memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan kemampuan individu siswa. Peran guru sebagai dimanisator yaitu berfungsi untuk memberikan dorongan kepada siswa dengan cara menciptakan suasana lingkungan pembelajaran yang kondusif. Peran guru sebagai evaluator yaitu menyusun instrumen penilaian, dan melaksanakan penilaian pekerjaan siswa. Yang terakhir peran guru sebagai facilitator berfungsi untuk memberikan bantuan teknis, arahan, atau petunjuk kepada peserta didik.

Dari kedua pendapat ahli di atas peneliti mengambil pendapat Momon Sudarma bahwa peran seorang guru yaitu sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, dan pelatih. Untuk dapat menjalankan perannya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, dan pelatih seorang guru perlu menguasai beberapa kompetensi yang diperlukan.

3. Kompetensi Guru

Guru sebagai pendidik profesional dituntut untuk menguasai beberapa kompetensi yang berguna untuk pelaksanaan tugas. Menurut Mulyana (2010: 110) kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, atau keahlian tertentu yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan A. M. Lilik Agung (2007: 132) merumuskan kompetensi sebagai karakteristik seseorang yang terkait dengan kinerja terbaik dalam sebuah pekerjaan tertentu. Karakteristik ini terdiri atas lima hal yaitu motif, sifat bawaan, konsep diri, pengetahuan, dan keahlian. Selanjutnya menurut


(30)

16

Nurfuadi (2012: 73) kompetensi guru adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan guru dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkannya menjadi kompeten atau berkemampuan.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, karakteristik, dan nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan bertindak.

Menurut Suparlan (2006: 86) standar kompetensi guru dibedakan dalam 3 komponen yaitu pengelolaan pembelajaran, pengembangan profesi, dan penguasaan akademik. Dari ketiga komponen tersebut, standar kompetensi guru dirincikan sebagai berikut:

a. Penyusunan rencana pembelajaran b. Pelaksanaan interaksi belajar-mengajar c. Penilaian prestasi belajar peserta didik

d. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik e. Pengembangan profesi

f. Pemahaman wawasan kependidikan

g. Penguasaan bahan kajian akademik (sesuai mata pelajaran yang diajarkan)

Lebih lanjut, dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 dijelaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh guru ada 4 yaitu, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Menurut Syaiful Sagala (2011: 32) kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam mengelola peserta didik meliputi:

a. Pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan. b. Guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik sehingga


(31)

17

c. Guru mampu mengembangkan kurikulum/silabus baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar. d. Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembeljaran berdasarkan

standar kompetensi dan kompetensi dasar.

e. Mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengna suasana dialogis, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

f. Mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan

g. Mampu mengembangakan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler.

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Secara rinci kompetensi kepribadian meliputi:

a. Kepribadian mantap dan stabil yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku b. Dewasa yang berarti memiliki kemandirian untuk bertindak sebagai

pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

c. Arif dan bijaksana yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta didik, sekolah, dan masyarakat dengan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak

d. Berwibawa yaitu perilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik.

e. Memiliki akhlak mulia dan sesuai norma religius, jujur, ikhlas, dan suka menolong. (Nurfuadi 2012: 78)

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Dalam lampiran PERMENDIKNAS No 16 Tahun 2007 dijelaskan bahwa kompetensi profesional guru meliputi:

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.


(32)

18

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Dari beberapa pendapat di atas peneliti memilih kompetensi yang harus dimiliki guru sesuai dengan Undang-Undang No 14 Tahun 2005 yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

B. Pengembangan Profesi Guru 1. Pengertian Profesi

Menurut Suparlan (2006: 71) profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggungjawab, dan kesetiaan terhadap pekerjaan itu. Sedangkan menurut Sudarman Danim (2011: 102) secara terminologi profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya. Perlu pengetahuan teoritis terlebih dahulu untuk melaksanakan kegiatan praktis. UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 2 menyatakan bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai


(33)

19

dengan peraturan perundang-undangan. Kunandar (2008: 45) menambahkan bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu, artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut keahlian dari pelakunya melalui pendidikan dan pelatihan khusus.

2. Guru Sebagai Profesi

Kunandar (2007: 46) menjelaskan guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran secaraa efektif dan efisien. Jamal (2011:27) menambahkan bahwa guru sebagai profesi harus memiliki gagasan-gagasan baru untuk selalu mengembangkan kreativitas, memiliki ide cemerlang yang mengiringi daya cipta dalam berkarya, menghabiskan waktu untuk menyelesaikan tugas profesional dan administrasi, bertanggungajwab terhadap tugas yang diemban, ikhalas dan tidak pernah putus asa. Guru sebagai profesi memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Syarat guru sebagai profesi menurut Suparlan (2006:76) yaitu:

a. Memiliki fungsi dan signifikansi sosial sebagai ladang pengabdian guru kepada masyarakat.

b. Menuntut adanya keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.


(34)

20 c. Didukung oleh suatu disiplin ilmu.

d. Memiliki organisasi profesi dan kode etik bagi anggotanya dalam berperilaku disertai dengan sanksi tertentu.

e. Berhak untuk memperoleh imbalan finansial atau materiil.

Momon Sudarma (2013: 29) menjabarkan 6 komponen yang membentuk profesionalisme guru yaitu (a) menjadi sumber penghasilan kehidupan, (b) memerlukan keahlian, (c) memerlukan kemahiran, (d) memerlukn kecakapan, (e) adanya standar mutu atau norm tertentu, dan (f) memerlukan pendidikan profesi.

Menurut Sudarwan Danim (2011: 106) karakteristik profesi yang dimiliki oleh guru meliputi:

a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan yang tinggi dan lama. Termasuk dengan pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan guru.

b. Memliliki pengetahuan spesialisasi atau kekhususan penugasan bidang keilmuan tertentu.

c. Menjadi anggota dari organisasi profesi. Hal ini dibuktikan dengan kepemilikan kartu anggota, pemahaman terhadap norma-norma organisasi, melaksanakan kewajiban, dan mentaati tata tertib yang berlaku dalam organisasi.

d. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien. Pengetahuan khusus tersebut bersifat aplikatif dimana aplikasi didasari atas teori yang jelas dan teruji.


(35)

21

e. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan. Guru dapat mengkomunikasikan tujuannya dengan baik sehingga dapat dipahami oleh siswa.

f. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self organizer. Artinya guru dapat mengelola pekerjaannya sendiri dengan baik. g. Mementingkan kepentingan orang lain. Guru akan memberikan layanan

pendidikan kepada siswa baik di dalam kelas, di lingkungan sekolah, bahkan di luar sekolah.

h. Memiliki kode etik yang berupa norma-norma yang mengikat guru dalam bekerja.

i. Memiliki sanksi dan tanggung jawab.

j. Mempunyai sistem upah yaitu berupa gaji yang diberikan kepada guru atas pekerjaannya secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain gaji seorang guru berhak mendapat penghasilan secara finansial sebagai imbalan telah melaksanakan tugas keprofesiannya sebagai guru. k. Budaya profesional yaitu memiliki simbol yang berbeda dengan profesi lain

misalnya pakaian seragam.

l. Melaksanakan pertemuan profesional yang dapat dilakukan dalam bentuk seminar, diskusi, atau workshop.

Selanjutnya sesuai dengan Undang-Undang No 14 tahun 2005 prinsip profesionalitas seorang guru meliputi:

a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme

b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia


(36)

22

c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas

d. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat

h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan

i. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa guru sebagai profesi harus memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Menuntut keahlian intelektul yang diperoleh melalui pendidikan tinggi. b. Memerlukan persiapan melalui pelatihan-pelatihan.

c. Memiliki organisasi profesi yang kuat. d. Memiliki kode etik yang mengikat pekerjaan.

e. Berhak mendapat penghargaan berupa penghasilan atas keprofesiannya. 3. Pengertian Pengembangan Profesi Guru

Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin modern juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Mulai dari media pembelajaran yang digunakan, SDM baik guru maupun siswa, maupun kurikulum yang digunakan. Maka dari itu sebagai pendidik profesional, guru diwajibkan untuk terus mempertahankan dan mengembangkan keprofesiannya.

Kaswan (2011: 3) menjelaskan bahwa pengembangan merupakan upaya memberi kemampuan kepada karyawan yang akan diperlukan organisasi di masa yang akan datang. Menurut Udin Syaefudin Saud (2011: 101) pengembangan guru dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kualitas


(37)

23

staf dalam memecahkan masalah-masalah keorganisasian. Pengembangan guru dilaksanakan berdasarkan kebutuhan guru dalam menjalani proses profesionalisasi. Marihot Tua Efendi Hariandja (2005: 168) menambahkan, pengembangan ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang, dan dilakukan dengan pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dalam melaksanakan tugas seseorang yang disesuaikan dengan kebutuhan saat ini dan kebutuhan di masa yang akan datang.

Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya. Pekerjaan tersebut tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan tersebut. (Udin Syaefudin. S. 2011:6).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan profesi guru adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan seorang guru dalam melakukan tugas dan tanggungjawabnya. Menurut Sudarman Danim (2011: 84) pengembangan profesi guru dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, serta budaya. Kegiatan pengembangan tersebut dapat dilakukan baik selagi dalam pendidikan maupun setelah bertugas (dalam jabatan).


(38)

24 4. Kegiatan Pengembangan Profesi Guru

Ada beberapa cara yang digunakan dalam mengembangkan profesi guru. Menurut Soetjipto dan Kosasi (2004: 54) pengembangan sikap profesional dapat dilakukan selama dalam pendidikan pra jabatan maupun dalam jabatan.

a. Pengembangan profesional selama pendidikan pra jabatan

Dalam pendidikan pra jabatan, calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan pada pekerjaannya. b. Pengembangan profesional selama dalam jabatan

Pengembangan sikap profesional tidak terhenti apabila calon guru selesai mendapatkan pendidikan pra jabatan. Banyak usaha yang dilakukan dalam peningkatan sikap profesional guru selama dalam jabatan, misalnya dengan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya. Secara informal dapat melalui tv, radio, koran, majalah, dan media massa lainnya.

Beberapa teknik pelatihan dan pengembangan yang sudah umum digunakan menurut Sondang P. Siagian (2002: 191) adalah :

a. Pelatihan dalam jabatan

Pelatihan dalam jabatan berarti pelatihan dimana para peserta dilatih langsung di tempatnya bekerja. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan peserta latihan dalam mengerjakan tugasnya. Dalam hal ini yang bertindak sebagai pelatih yaitu atasan langsung atau rekan kerja yang lebih senior.


(39)

25 b. Sistem magang

Dalam program pengembangan karyawan sistem ini sering diterapkan melalui berbagai bentuk. Bentuk pertama seorang pegawai belajar dari pegawai lain yang lebih berpengalaman. Bentuk kedua adalah coaching dimana seorang pemimpin mengajarkan cara kerja yang benar kepada bawahannya. Bentuk ketiga yaitu dengan menjadikan pegawai baru sebagai asisten pejabat yang lebih tinggi, karena dengan menjadikannya asisten, pegawai tersebuat akan mengetahui tugas-tugas orang yang dibantunya. Yang terakhir menugaskan pegawai baru untuk menduduki posisi dalam kepanitiaan, hal ini dilakukan agar pegawai dapat meningkatkan keterampilannya dalam bekerja serta berinteraksi dengan pegawai lainnya.

c. Sistem ceramah

Sistem ceramah yang digunakan dalam pengembangan pegawai dapat diberikan dengan variasi seperti tanya-jawab, dan alat peraga seperti slide, film, video.

d. Vestibule training

Metode pelatihan ini untuk meningkatkan keterampilan pegawai terutama dalam hal teknikal, di tempat pekerjaan, tanpa mengganggu kegiatan organisasi.

e. Role playing

Teknik ini sering dilakukan apabila yang menjadi sasaran pengembangan adalah peningkatan kemampuan menyelesaikan konflik dan melakukan interaksi positif dengan orang lain.


(40)

26 f. Studi kasus

Metode ini digunakan untuk mengembangkan kerampilan calon manajer dalam mengambil keputusan yang benar dan menyelesaikan problematika yang terjadi dalam organisasi.

g. Simulasi

Pelatihan dengan teknik ini menggunakan alat mekanikal yang nantinya akan digunakan peserta pelatihan dalam menjalankan tugasnya.

h. Pelatihan laboraturium

Pelatihan ini digunakan untuk meningkatkan pegawai dalam tukar menukar pengalaman, pemahaman perilaku, persepsi, dan perasaan.

i. Belajar sendiri

Pegawai melakukan pengembangan dengan cara belajar sendiri namun tetap terkendali atau dengan pembelajaran terprogram.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional (2005) menyebutkan beberapa alternatif program pengembangan profesionalisme guru adalah sebagai berikut :

a. Program Peningkatan Kualifikasi Pendidikan Guru

Sesuai dengan peraturan yang berlaku kualifikasi pendidikan guru adalah minimal S1 dari program keguruan. Untuk meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan guru, guru melakukan studi lanjutan S2 dan S3 sebagai program tugas belajar.


(41)

27 b. Program Penyetaraan dan Sertifikasi

Program ini diperuntukkan bagi guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya atau bukan berasal dari program pendidikan keguruan. Keadaan ini terjadi karena sekolah mengalami keterbatasan atau kelebihan guru mata pelajaran tertentu. Sering terjadi kualifikasi pendidikan mereka lebih tinggi dari kualifikasi yang dituntut namun tidak sesuai, misalnya berijazah S1 tetapi bukan kependidikan. Mereka bisa mengikuti program penyetaraan atau sertifikasi.

c. Program Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi

Guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan usaha belum cukup, diperlukan pelatihan guna meningkatkan profesionalismenya. Program pelatihan yang diusulkan adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan guru, yaitu mengacu kepada tuntutan kompetensi.

d. Program Supervisi Pendidikan

Dalam praktik pembelajaran di kelas masih sering ditemui guru-guru yang ditingkatkan profesionalismenya dalam proses belajar mengajarnya. supervisi dilakukan agar terjadi perubahan ke arah yang lebih baik dan proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Di lingkungan sekolah, supervisi mempunyai peranan cukup strategis dalam meningkatkan prestasi kerja guru, yang pada gilirannya akan meningkatkan prestasi sekolah.

e. Program Pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Maya Pelajaran)

MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru-guru mata pelajaran baik guru SMP maupun SMA. Dengan MGMP diharapkan guru


(42)

28

dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bermutu sesuai kebutuhan peserta didik. Wadah profesi ini sangat diperlukan dalam memberikan kontribusi pada peningkatan keprofesionalan para anggotanya.

f. Simposium Guru

Selain MGMP ada forum lain yang dapat digunakan sebagai wadah untuk saling berbagi pengalaman dalam pemecahan masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran yaitu simposium. Melalui forum simposium guru ini diharapkan para guru dapat bertukar pikiran mengenai upaya-upaya kreatif dalam pemecahan masalah. Forum ini selain sebagai media untuk sharing pengalaman juga berfungsi untuk kompetisi antar guru, dengan menampilkan guru-guru yang berprestasi dalam berbagai bidang, misalnya dalam penggunaan metode pembelajaran, hasil penelitian tindakan kelas atau penulisan karya ilmiah.

g. Program Pelatihan Tradisional Lainnya

Program pelatihan ini merupakan suatu kombinasi antara materi akademis dengan pengalaman praktik lapangan untuk pengembangan kompetensi guru. h. Membaca dan Menulis Jurnal atau Karya Ilmiah

Jurnal atau karya ilmiah merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dipertanggungjawabkan seperti buku. Jurnal atau bentuk karya ilmiah lainnya juga mudah untuk ditemukan misalnya pada internet dan di perpustakaan. Walaupun artikel dalam jurnal cenderung singkat, tetapi dapat mengarahkan pembacanya kepada konsep-konsep baru dan pandangan untuk menuju


(43)

29

kepada perencanaan dan penelitian baru. Dengan membaca dan memahami isi jurnal atau makalah ilmiah lainnya dalam bidang pendidikan guru dapat memperoleh pengalaman baru yang berguna untuk pengembangan profesinya.

i. Berpartisipasi dalam Pertemuan Ilmiah

Kegiatan ini dapat dilakukan oleh masing-masing guru secara mandiri. Yang diperlukan adalah bagaimana motivasi dirinya sendiri untuk berpartisipasi dalam berbagai pertemuan ilmiah. Tujuan utama kebanyakan konferensi atau pertemuan ilmiah adalah menyajikan berbagai informasi dan inovasi terbaru di dalam suatu bidang tertentu.Partisipasi guru minimal pada kegiatan konferensi atau pertemuan ilmiah setiap tahun akan memberikan kontribusi yang berharga dalam membangun profesionalisme guru dalam melaksanakan tanggungjawabnya. Penyampaian makalah utama, kegiatan diskusi kelompok kecil, pameran ilmiah, pertemuan informal untuk bertukar pikiran atau ide-ide baru, dan sebagainya saling berintegrasi untuk memberikan kesempatan pada guru untuk tumbuh sebagai seorang profesional.

j. Melakukan Penelitian (Khususnya Penelitian Tindakan Kelas)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan studi sistematik dapat dilakukan baik sendiri atau berkerjasama dengan guru lain dalam rangka merefleksikan dan meningkatkan praktik pembelajaran secara terus menerus. Berbagai kajian dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional guru, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan dalam


(44)

30

melaksanakan tugasnya, memperbaiki kondisi praktik pembelajaran dan sebagai inovasi baru dalam pendidikan.

k. Magang

Magang ini dilakukan bagi para guru pemula. Bentuk pelatihan pre-service atau in-service bagi guru junior untuk secara gradual menjadi guru profesional melalui proses magang di kelas tertentu dengan bimbingan guru bidang studi tertentu. Berbeda dengan pendekatan pelatihan yang konvensional, fokus pelatihan magang ini adalah kombinasi antara materi akademis dengan suatu pengalaman lapangan di bawah supervisi guru yang senior dan berpengalaman (guru yang lebih profesional).

l. Mengikuti Berita Aktual dari Media Pemberitaan

Pemilihan program radio dan televisi, dan sering membaca surat kabar juga akan meningkatkan pengetahuan guru mengenai pengembangan mutakhir dari proses pendidikan. Berbagai bentuk media tersebut seringkali memuat artikel-artikel maupun program-program yang berkaitan dengan berbagai isu atau penemuan terkini menganai pendidikan yang disampaikan dan di bahas secara mendalam oleh para ahli pendidikan. Oleh karena itu, penggunaan media pemberitaan secara selektif yang terkait dengan bidang yang ditekuni guru akan dapat membantu proses peningkatan profesionalisme guru.

m. Berpartisipasi dan Aktif dalam Organisasi Profesi

Ikut serta menjadi anggota organisasi profesional juga akan meningkatkan profesionalisme seorang guru. Dengan keikutsertaan guru dalam Organisasi profesional, guru dapat selalu mengembangkan dan memelihara


(45)

31

profesionalismenya dengan membangun hubungan yang erat dengan masyarakat (swasta, industri, dan sebagainya). Dalam hal ini yang terpenting adalah guru harus pandai memilih suatu bentuk organisasi profesional yang dapat memberi manfaat utuh bagi dirinya melalui bentuk investasi waktu dan tenaga.

n. Menggalang Kerjasama dengan Teman Sejawat

Kerjasama dengan teman seprofesi sangat menguntungkan bagi pengembangan profesionalisme guru. Banyak hal dapat dipecahkan dan dilakukan berkat kerjasama, seperti: penelitian tindakan kelas, berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah, dan kegiatan-kegiatan profesional lainnya. Pertemuan secara formal maupun informal untuk mendiskusikan berbagai isu atau permasalahan pendidikan termasuk kerjasama dalam berbagai kegiatan lain dapat menambah wawasan guru sehingga guru akan termotivasi untuk selalu mengembangkan dirinya. Disamping itu dengan menjalin hubungandengan teman sejawat di luar sekolah guru dapat memperoleh informasi terkini dalam rangka proses pengembangan profesional guru maupun informasi yang terkait dengan pembelajaran.

Dalam PERMENDIKNAS No 35 Tahun 2010 dijelaskan bahwa beberapa jenis kegiatan untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) guru yaitu dengan cara:

a. Pengembangan diri 1) Diklat fungsional 2) Kegiatan kolektif guru


(46)

32 b. Publikasi ilmiah

1) Publikasi ilmiah hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal seperti diterbitkan dalam jurnal ilmiah, dipublikasikan di majalah ilmiah/koran, atau disimpan di perpustakaan.

2) Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan dan pedoman guru c. Karya inovatif

1) Menemukan teknologi tepat guna

2) Menemukan atau menciptakan karya seni 3) Membuat atau memodifikasi alat pelajaran

4) Mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal, dan sejenisnya

Dari beberapa pendapat di atas, sesuai dengan PERMENDIKNAS No 35 Tahun 2010 maka kegiatan pengembangan profesi guru dalam penelitian ini hanya fokus pada pengembangan diri yang dilakukan melalui kegiatan seminar, mengikuti musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), kegiatan diklat, dan kegiatan studi literatur, serta karya inovatif yang dilakukan melalui kegiatan pembuatan karya inovatif.

Pengembangan profesi guru, selain dilakukan sendiri oleh guru, juga menjadi tanggung jawab kepala sekolah sebagai seorang manajer. Tugas kepala sekolah sebagai manajer salah satunya adalah mampu mengelola pengembangan profesi guru. Pengembangan tersebut dapat dilakukan oleh kepala sekolah misalnya dengan cara memberikan surat penugasan guru untuk mengikuti diklat atau dengan memberikan bantuan dana guru untuk mengikuti seminar pendidikan.


(47)

33

Dengan demikian maka penelitian ini dilaksanakan untuk mendeskripsikan kegiatan pengembangan profesi guru yang dilakukan oleh guru sendiri dan yang dilakukan oleh kepala sekolah.

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis laksanakan yaitu penelitian Vera Pradina Putri UNY 2009 yang berjudul “Upaya Pembinaan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Profesionalitas Guru Di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Se-Kecamatan Bonorowo Kabupaten Kebumen”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan profesionalitas guru oleh kepala sekolah di SDN se-Kecamatan Bonorowo Kabupaten Kebumen masuk dalam kategori baik dengan capaian persentase 75,61%. Hal ini dikarenakan kepala sekolah rutin dalam melaksanakan pembinaan guru khususnya pembinaan melalui supervisi, serta memfasilitasi guru untuk berpartisipasi aktif dalam KKG, seminar atau workshop, dan pendidikan dan pelatihan.

Dari hasil penelitian Vera Pradina Putri di atas dapat diketahui bahwa upaya pengembangan profesionalitas guru oleh kepala sekolah di SDN Se-Kecamatan Bonorowo Kabupaten Kebumen sudah dilaksanakan dengan baik. Hal ini dikarenakan kepala sekolah rutin memberikan pembinaan kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas guru. Maka dari itu peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai pengembangan profesi guru dilihat dari aspek pengembangan yang dilakukan oleh kepala sekolah yang di SMA Negeri 1 Kasihan.


(48)

34

Berbeda dengan penelitian Vera Pradina Putri, penelitian Andita Fitriana tahun 2013 yang berjudul “Upaya Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul” mengungkap bahwa (1) kompetensi profesional yang dimiliki guru TK di Kecamatan Bantul rata-rata berkategori sangat baik namun ada indikator dalam pemanfaatan teknologi informasi dan penelitan tindakan kelas masih kurang, (2) upaya pengembangan kompetensi profesional yang telah dilakukan guru TK di kecamatan bantul dilakukan melalui diskusi denganteman sejawat, (3) upaya pengembangan yang dipandang paling efektif yakni melalui diklat, karena diklat memberikan ruang bagi guru TK untuk menabah ilmu pengetahuan dengan disertai pelatihan atau praktik dengan ahli yang berkompeten di bidangnya.

Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa upaya pengembangan profesi yang dilakukan guru TK Kecamatan Bantul paling efektif adalah dengan mengikuti diklat. Selain kegiatan diklat, pengembangan profesi guru lainnya dapat dilakukan guru melalui kegiatan seminar pendidikan, musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), kegiatan studi literatur, serta pembuatan karya inovatif. Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan kegiatan pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru dan yang dilakukan oleh kepala sekolah di SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul.

D. Kerangka Pikir

Dalam organisasi pendidikan di lingkup sekolah, peran guru sangat penting dalam menentukan arah dan keberhasilan peningkatan mutu siswa. Maka


(49)

35

dari itu seorang guru harus mampu menguasai kompetensi-kompetensi yang mendukung tugas, fungsi, dan perannya sebagai guru.

Kompetensi-kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi profesional. Kemampuan profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kemampuan tersebut dapat dibuktikan dengan memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas, memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan memiliki organisasi profesi.

Pekerjaan guru yang tidak bisa dipegang oleh sembarang orang menjadikan pekerjaan guru menjadi sebuah profesi. Seperti halnya profesi lain, guru juga memiliki apa yang dipersyaratkan untuk menjadi profesi seperti melalui pendidikan yang tinggi secara teori maupun praktis, mengikuti pelatihan-pelatihan, serta memiliki organisasi profesi.

Seiring dengan perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia, mau tidak mau memaksa guru untuk selalu mempertahankan dan


(50)

36

mengembangkan profesinya. Pengembangan profesi guru dalam penelitian ini hanya fokus pada pengembangan diri yang dilakukan melalui kegiatan seminar, mengikuti musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), kegiatan diklat, dan kegiatan studi literatur, serta karya inovatif yang dilakukan melalui kegiatan pembuatan karya inovatif.

Dengan demikian peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru dan yang dilakukan oleh kepala sekolah di SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul.

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Pengembangan Profesi Guru

1. Pengembangan Diri a. Kegiatan Seminar b. Kegiatan MGMP c. Kegiatan Diklat d. Studi Literatur 2. Karya Inovatif

a. Pembuatan Karya Inovatif


(51)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dapat dibedakan dalam beberapa kelompok, seperti pada pendapat Sugiyono (2010: 6) jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut bidang, tujuan, metode, tingkat eksplanasi, dan waktu. Menurut bidang, penelitian dibedakan menjadi penelitian akademis, profesional, institusional. Dari segi tujuan, penelitian dapat dibedakan menjadi penelitian murni, dan penelitian terapan. Berdasarkan metode, penelitian dibedakan menjadi penelitian survey, expost facto, eksperimen, naturalistik, policy research, action research, evaluasi, sejarah, R&D. Dari tingkat eksplanasi penelitian dapat dibedakan menjadi penelitian deskriptif, komparasi, dan asosiatif. Dari segi waktu penelitian dapat dibedakan menjadi penelitian Cross Sectional, dan Longitudinal. Dilihat dari tingkat eksplanasinya penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

Menurut tingkat eksplanasinya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis, karena hanya menggambarkan hasil penelitian dengan presentase. Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 234) penelitian deskriptif adalah penelitian yang tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa yang ada tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Dilihat dari judul dan fokus penelitian, pendekatan ini dipilih karena dalam proses pengumpulan data, pengolahan, dan penyajian data penelitian ini


(52)

38

menggunakan angka. Penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2007: 14) adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, dan analisis datanya bersifat kuantitatif atau statistik.

Dengan demikian, penelitian ini hanya mendeskripsikan pengembangan profesi guru dilihat dari aspek pengembangan yang dilakukan oleh guru dan yang dilakukan oleh kepala sekolah di SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul. B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Suharsimi Arikunto (2010: 118) menjelaskan bahwa variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Cholid Narbuko & Abu Achmadi (2007: 118) menambahkan bahwa variabel penelitian itu meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel penelitian adalah objek khusus yang meliputi faktor-faktor yang akan menjadi fokus pada penelitian. Dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel yaitu pengembangan profesi guru di SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan terarah tentang maksud dari judul, sehingga tidak terjadi kesalah pahaman terhadap masalah yang diteliti. Pengembangan profesi guru merupakan suatu proses peningkatan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan guru


(53)

39

dalam melaksanakan tugasnya yang disesuaikan dengan kebutuhan saat ini dan kebutuhan di masa yang akan datang. Pengembangan profesi guru dapat dilakukan melaui kegiatan-kegiatan yang menunjang peningkatan profesi guru. Maka dari itu penelitian ini pengembangan profesi guru dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru di SMA Negeri 1 Kasihan yang meliputi kegiatan seminar pendidikan, musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), kegiatan diklat, kegiatan studi literatur, dan pembuatan karya inovatif .

C. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 dan bertempat di SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul.

D. Populasi Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 174) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Penelitian hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subjeknya tidak terlalu banyak. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SMA Negeri 1 Kasihan Kabupaten Bantul sebanyak 64 orang yang selanjutnya disebut dengan responden. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini adalah penelitian populasi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2006: 224) teknik pengumpulan data merupakan langkah paling utama dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah memperoleh data yang memenuhi standar yang ditetapkan. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 193) jenis-jenis metode pengumpulan data ada enam yaitu tes,


(54)

40

angket (kuesioner), interview (wawancara), observasi, rating scale, dan dokumentasi. Sesuai dengan jenis penelitiannya maka peneliti memilih metode angket dan wawancara sebagai teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. Selanjutnya, Zainal Mustafa E.Q (2009: 99) menjelaskan metode kuesioner adalah suatu cara untuk mengumpulkan data primer dengan menggunakan seperangkat daftar pertanyaan mengenai variabel yang diukur melalui perencanaan yang matang, disusun dan dikemas sedemikian rupa sehingga jawaban dari semua pertanyaan benar-benar dapat menggambarkan keadaan variabel yang sebenarnya. Metode angket dipilih oleh peneliti untuk mendapatkan data utama, sedangkan metode wawancara tidak terstruktur dipilih untuk mendapatkan data pendukung dalam penelitian ini.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 195) dilihat dari cara menjawabnya metode angket dibedakan menjadi dua yaitu angket terbuka dan angket tertutup. Dalam penelitian ini metode angket dibuat dalam bentuk pernyataan. Angket yang digunakan adalah angket tertutup. Menurut Zainal Mustafa E.Q (2009: 103) angket tertutup (closed questions) merupakan suatu pertanyaan atau pernyataan yang telah disediakan beberapa pilihan jawaban yang dapat dipilih oleh responden.

Untuk menjawab setiap butir instrumen perlu adanya skala pengukuran, skala pengukuran ini ditetapkan peneliti sebagai alternatif jawaban yang dipilih oleh responden. Skala pengukuran menurut Sugiyono (2007: 133) merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan


(55)

41

dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian pendidikan antara lain skala Likert, skala Guttman, rating scale, semantic deferential. Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah rating scale. Skala ini digunakan untuk mengukur tingkah laku tertentu dari seseorang atau kelompok. Skala ini menghasilkan data kuantitatif kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Pemilihan angka pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen memiliki arti tersendiri. (Sugiyono, 2013: 98).

Untuk memperkuat data dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan teknik wawancara sebagai alat pengumpulan data pendukung. Wawancara hanya dilakukan pada kepala sekolah SMA Negeri 1 Kasihan dengan teknik wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. (Sugiyono 2007: 140)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini menggunkan dua teknik pengumpulan data, yang pertama dengan angket tertutup yang diberikan kepada guru sebagai teknik pengumpulan data utama, dan yang kedua dengan teknik wawancara tidak terstuktur kepada kepala sekolah SMA Negeri 1 Kasihan sebagai teknik pengumpulan data pendukung.


(56)

42 F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2005: 101), adalah alat bantu yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan sangat ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket (kuesioner). Angket merupakan instrumen pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis pada responden untuk dijawab. (Sugiyono, 2007: 199)

Untuk mempermudah pembuatan instrumen maka perlu disusun kisi-kisi instrumen penelitian terlebih dahulu. Adapun kisi-kisi instrumen penelitian pengembangan profesi guru di SMA Negeri 1 Kasihan dapat dilihat pada lembar lampiran halaman 95. Untuk teknik pengumpulan data dengan wawancara, hanya menggunakan pedoman wawancara yang sebatas garis besar saja karena wawancara dilakukan dengan tidak terstruktur.

G. Uji Instumen

Agar instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan maka instrumen tersebut harus valid sehingga data yang diperoleh adalah data valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan validitas konstruk (construct validity) karena instrumen ini merupkan instrumen non test yang hanya digunakan untuk


(57)

43

mengukur sikap. Menurut Sugiyono (2011:123) construct validity dalam hal ini berarti instrumen penelitian dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu.

Dengan demikian maka instrumen dalam penelitian ini menggunakan validitas konstruk dan dikonsultasikan pada para ahli. Setiap item pernyataan pada instrumen penelitian ini disusun berdasarkan pada teori pengembangan profesi guru. Setelah dikonstruksi, selanjutnya instrumen penelitian dikonsultasikan dengan para ahli (expert judgment) yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing yaitu Sudiyono, M. Si dan Meilina Bustari, M.Pd.

H. Teknik Analisis Data

Menurut Ali Muhson (2006: 1) analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan setelah semua data yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang diteliti sudah diperoleh secara lengkap. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Agus Purwoto (2007: 1) menjelaskan bahwa analisis data deskriptif adalah cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis ini hanya berupa akumulasi data dasar dalam bentuk deskripsi semata dalam arti tidak mencari atau menerangkan saling hubungan maupun menguji hipotesis. Untuk menentukan tingkat pengembangan profesi guru maka setiap jawaban dari reponden diberi skor. Cara menentukan skor yaitu dengan menjumlahkan semua hasil kali skor dengan frekuensi dibagi dengan jumlah frekuensi. (Darmadi Durianto, 2003: 11)


(58)

44 x = �� x ��

�� Keterangan :

x = rata-rata bobot fi = frekuensi wi = skor

Selanjutnya untuk menentukan rentang skala dihitung dengan rumus:

Rs = � ( �� ) � Keterangan :

Rs = rentang skala

R (skor) = skor terbesar – skor terkecil M = banyaknya kategori

Bobot alternatif jawaban dalam penelitian ini berkisar antara 1 – 4 maka dari itu didapat rentang skala:

Rs = 3

4 = 0,75.

Tabel 1. Tabel Kategorisasi Pengembangan Profesi Guru Kategori Rentang Skala

Rendah 1 – 1,75

Sedang 1,76 – 2,5

Tinggi 2,51 – 3,25


(59)

45 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tempat Penelitian

SMA Negeri 1 Kasihan adalah sekolah yang berada di kawasan Kabupaten Bantul Utara, daerah perbatasan Kota, tepatnya ada di Jalan Bugisan Selatan Yogyakarta. SMA Negeri 1 Kasihan memiliki visi sekolah yaitu bertaqwa, berprestasi, berkepribadian, dan ramah lingkungan. Adapun misi SMA Negeri 1 Kasihan yaitu:

1. Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan agamanya, sehingga kehidupan beragama di Sekolah dapat tercipta manusia yang agamis penuh toleransi. 2. Menumbuhkan semangat berprestasi baik akdemik maupun non akademik

dengan pembinaan, pendampingan, pembimbingan dalam kegiatan intra kurikuler dan ekstrakurikuler sesuai dengan minat dan bakat siswa sehingga dapat bersaing di tingkat nasional mapun global.

3. Membina, mendidik, mengarahkan, dan memberi contoh implementasi 20 nilai-nilai akhlaq mulia dalam kegiatan sehari-hari di sekolah sehingga siswa dapat memiliki dan menerapkan nilai-nilai akhlaq mulya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Membina, mendidik, mengarahkan, dan memberi contoh implementasi sikap ramah lingkungan dalam kegiatan sehari-hari di sekolah sehingga siswa dapat memiliki dan menerapkan sikap ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.


(60)

46

SMA Negeri 1 Kasihan memiliki guru sebanyak 63 orang yang terdiri dari guru PNS dan non PNS. Adapun rincian kualifikasi guru di SMA Negeri 1 Kasihan sebagai berikut:

Tabel 2. Data Guru SMA Negeri 1 Kasihan

Jumlah Guru

Jenis Kelamin Status Kepegawaian

Pendidikan Terakhir

L P PNS Non PNS S1 S2

63 30 33 56 7 51 12

Tabel di atas mendeskripsikan mengenai kondisi umum pendidikan, status kepegawaian, dan jumlah guru di SMA Negeri 1 Kasihan. Guru yang diteliti diketahui sudah memiliki pendidikan akhir sarjana (S1), dan beberapa guru sudah magister (S2). Peneliti menggali tentang pendidikan terakhir guru dikarenakan syarat menjadi guru profesional minimal harus memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1). Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua guru yang mengajar di SMA Negeri 1 Kasihan telah memenuhi syarat dalam pencapaian kompetensi profesional dalam hal kualifikasi akademik.Berdasarkan PP Nomor 74 Tahun 2008, kualifikasi akademik guru minimum diperoleh dari pendidikan tinggi program S1 atau program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga kependidikan dan/atau program non kependidikan. Untuk status kepegawaaian guru SMA Negeri 1 Kasihan, sebagian besar guru sudah berstatus PNS dan beberapa guru masih belum PNS.


(61)

47 B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini mendeskripsikan pengembangan profesi guru di SMA Negeri 1 Kasihan yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah. Penelitian ini menggunakan metode angket dan wawancara tidak terstruktur. Angket diisi oleh responden yaitu seluruh guru SMA Negeri 1 Kasihan sebanyak 63 responden dan untuk memperkuat data, dilakukan wawancara tidak terstruktur dengan kepala sekolah SMA Negeri 1 Kasihan. Hasil olah data angket digunakan untuk mendeskripsikan pengembangan profesi guru yang dilakukan oleh guru dan yang dilakukan oleh kepala sekolah, sedangkan hasil wawancara tidak terstruktur digunakan untuk mendukung data utama.

1. Pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri 1 Kasihan

Pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri 1 Kasihan dalam penelitian ini dilihat dari 5 aspek meliputi kegiatan seminar pendidikan, musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), kegiatan diklat, kegiatan studi literatur, dan pembuatan karya inovatif. Total skor hasil penelitian yaitu sebesar 2407 yang terdiri dari indikator kegiatan seminar pendidikan 438, musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) 420, kegiatan dikat 313, kegiatan studi literatur 680, dan pembuatan karya inovatif 556. Rata-rata perolehan skor dihitung dengan membagi total hasil skor penelitian dengan jumlah alternatif skor minimal

dikali jumlah soal dikali jumlah responden, jadi 2407 63x1x15 =

2407

945 = 2,5. Berdasarkan jumlah tersebut dikaitkan dengan tabel pengkategorian yang telah


(62)

48

ditetapkan pada halaman 44 maka pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri 1 Kasihan tergolong dalam kategori sedang.

Selanjutnya hasil perolehan skor pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri 1 Kasihan dari masing-masing aspek dijabarkan sebagai berikut:

a. Pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru pada aspek kegiatan seminar pendidikan

Tingkat pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru pada aspek kegiatan seminar pendidikan terdiri dari 4 item penyataan. Masing-masing item penyataan yang telah dijawab memiliki skor yang berbeda-beda. Selanjutnya, untuk mengetahui analisis perolehan nilai pada aspek kegiatan seminar pendidikan dihitung dengan rumus:

x = �� x �� ��

Hasil analisis perolehan nilai dari masing masing item ditampilkan dalam tabel total skor perolehan sebagai berikut:

Tabel 3. Total Skor Perolehan pada Aspek Kegiatan Seminar Pendidikan No

Item

Alternatif Jawaban Skor Total

Perolehan Nilai Kategori

1 2 3 4

1 19 30 12 4 125 1,9 Sedang

2 21 25 7 10 132 2.0 Sedang

3 21 30 6 6 123 1,9 Sedang

4 56 6 1 0 71 1,1 Rendah

Jumlah 438

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa masing-masing item pada aspek kegiatan seminar pendidikan mendapat skor total perolehan sebesar 438 dan


(63)

49

mendapat nilai sebesar 6,7. Selanjutnya untuk mengetahui rata-rata perolehan nilai pada aspek kegiatan seminar pendidikan dihitung dengan:

= 125+115+123+71 63x1x4

=

438 252

= 1,6

Dengan demikian tingkat pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri 1 Kasihan pada kegiatan seminar pendidikan termasuk pada kategori rendah dengan skor 1,6 pada rentang skala 1 - 1,75.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai tertinggi dalam aspek kegiatan seminar pendidikan adalah item nomor 2 yaitu guru mengikuti seminar pendidikan tingkat provinsi. Sub indikator ini mendapat skor sebesar 132 dan mendapat nilai 2,0 dan termasuk dalam kategori sedang pada rentang skala1,76 – 2,5. Sedangkan skor terendah pada indikator kegiatan seminar pendidikan adalah item nomor 4 yaitu guru mengikuti seminar pendidikan tingkat internasional. Sub indikator ini mendapat skor sebesar 71 dan mendapat nilai 1,1 sehingga termasuk dalam kategori rendah pada rentang skala 1 – 1,75.

Hasil penelitian tersebut didukung oleh wawancara dengan kepala sekolah SMA Negeri 1 Kasihan pada tanggal 10 November yang mengatakan bahwa, “Jarang mbak guru yang mengikuti seminar baik di tingkat provinsi, nasional, maupun internasional. Jika ada guru yang mengikuti seminar ya hanya seminar yang diadakan di dalam provinsi. Hal ini dikarenakan jam mengajar guru sudah banyak yaitu 24 jam. Kegiatan mengajar 24 jam sudah menyita banyak waktu bapak ibu guru dari hari senin sampai sabtu full sehingga untuk mengikuti seminar pendidikan mereka tidak punya waktu.”


(64)

50

Selanjutnya, dari pernyataan kepala sekolah melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti, dapat dilihat bahwa kepala sekolah menyatakan tidak banyak guru yang melakukan pengembangan profesi melalui kegiatan seminar pendidikan. Hal ini terkendala dengan jam mengajar guru yang banyak yaitu 24 jam sehingga guru tidak memiliki waktu untuk mengikuti kegiatan seminar pendidikan. Hasil wawancara dengan kepala sekolah tersebut menunjukkan hasil penelitian di atas benar bahwa kegiatan seminar pendidikan tergolong dalam kategori rendah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri 1 Kasihan melalui kegiatan seminar pendidikan tergolong dalam kategori rendah. Hal ini terbukti pada hasil analisis perolehan nilai sebesar 1,6 pada rentang skala 1 - 1,75 serta hasil wawancara dengan kepala sekolah bahwa tidak banyak guru yang mengikuti seminar pendidikan baik di tingkat provinsi, nasional, maupun internasional. Dan jika mengkuti seminar kebanyakan guru hanya mengikuti seminar di tingkat provinsi saja.

b. Pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru pada aspek kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

Pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru pada aspek MGMP terdiri dari 2 item penyataan. Masing-masing item penyataan yang telah dijawab memiliki skor yang berbeda-beda. Selanjutnya, untuk mengetahui analisis perolehan nilai pada aspek kegiatan MGMP dihitung dengan rumus:

x = �� x �� ��


(65)

51

Hasil analisis perolehan nilai dari masing masing item ditampilkan dalam tabel total skor perolehaan sebagai berikut:

Tabel 4. Total Skor Perolehan pada Aspek Kegiatan MGMP No

Item

Alternatif Jawaban Skor Total

Perolehan Nilai Kategori

1 2 3 4

5 1 9 15 38 216 3,4 Sangat

tinggi

6 2 12 18 31 204 3,2 Sangat

tinggi

Jumlah 420

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa masing-masing item pada aspek kegiatan MGMP mendapat skor total perolehan sebesar 420 dan mendapat nilai sebesar 6,6. Selanjutnya untuk mengetahui rata-rata perolehan nilai pada aspek kegiatan MGMP dihitung dengan:

= 216+204 63x1x2

=

420

126

= 3,3

Dengan demikian tingkat pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru SMA Negeri 1 Kasihan pada aspek kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) tergolong pada kategori sangat tinggi dengan nilai 3,3 pada rentang skala 3,26 - 4.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui skor tertinggi dalam musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) yang mendapat skor tertinggi adalah item nomor 5 yaitu guru mengikuti kegiatan MGMP sesuai bidang mata pelajaran. Item ini


(1)

106

LAMPIRAN 4 TABEL INDUK


(2)

113

LAMPIRAN 5

SURAT IJIN PENELITIAN DAN SURAT BUKTI PENELITIAN


(3)

(4)

(5)

(6)