Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

suatu keharusan karena tugas membaca referensi berbahasa Inggris diberikan oleh dosen, sehingga mau tidak mau mahasiswa harus membaca agar dapat mengerjakan tugas yang diberikan dosen. Selain itu disebaban pula oleh buku yang tersedia memang berbahasa Inggris, jadi mau tidak mau mahasiswa harus membaca yang berbahasa Inggris tersebut. Motivasi internal atau dorongan dari dalam diri individu sendiri untuk membaca referensi berbahasa Inggris cukup rendah, yaitu 13. Subjek ini beranggapan bahwa membaca adalah sesuatu kebutuhan individual untuk menambah pengetahuan. Sebanyak 86 mahasiswa mengalami kesulitan dalam membaca referensi berbahasa Inggri. Hal ini disebabkan oleh lemahnya pengetahuan bahasa Inggris, khususnya kurangnya kosakata yang dimiliki dan ketidakmampuan dalam memahami kalimat bahasa Inggris. Sebanyak 31 subjek juga menganggap bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa yang tidak mudah untuk dimengerti karena bahasanya sangat komplek dan mengandung banyak arti. Hal ini membuat mahasiswa menjadi bingung dan takut dalam mengartikannya. Saat mengalami kesulitan 41 mahasiswa akan membuka kamus supaya dapat mengerti arti suatu kata dalam bahasa Indonesia, 31 mahasiswa akan bertanya pada teman yang lebih mengerti bahasa Inggris, 22 mahasiwa akan mencari referensi lain dengan tema yang sama dalam bahasa Indonesia, sedangkan 7 mahasiswa akan berhenti membaca. Usulan mahasiswa dalam menyikapi penggunaan referensi berbahasa Inggris pada saat kuliah terbagi dalam tiga bagian. Yaitu usulan untuk mahasiwa sendiri, usulan untuk dosen, serta usulan untuk fakultas. Delapan puluh lima persen responden mengusulkan agar mahasiswa tetap bersemangat, menerima, dan membiasakan diri untuk membaca referensi berbahasa Inggris. Karena dengan membaca, akan banyak nilai positif yang didapat. Selain itu, nampak pula usulan agar mahasiswa giat belajar bahasa Inggris supaya tidak mengalami kesulitan dalam membaca referensi berbahasa Inggris. Hal ini serupa dengan penelitian Santoso 2005 yang menyebutkan bahwa kurangnya kemampuan dalam menggunakan bahasa Inggris karena kurangnya latihan berbahasa Inggris sehingga mengakibatkan rasa gugup dan menimbulkan rasa tidak percaya diri. Tiga puluh delapan persen subjek mengusulkan kepada dosen agar mewajibkan mahasiswa untuk menggunakan referensi berbahasa Inggris dalam perkuliahan. Sementara 41 mahasiswa mengusulkan dalam penggunaan referensi jangan digunakan secara terus menerus akan tetapi diselingi juga dengan referensi berbahasa Indonesia. Lima puluh persen subjek mengusulkan kepada pihak fakultas agar menambah koleksi buku-buku mutakhir sehingga dapat mendukung proses perkuliahan. Sedangkan 25 mahasiswa mengusulkan agar fakultas menyediakan fasilitas untuk menunjang dalam belajar berbahasa Inggris, seperti mengadakan program latihan bahasa Inggris secara gratis, menyelenggarakan English day, menambah jam matakuliah kompetensi berbahasa Inggris, membuat pengumuman dengan bahasa Inggris, dan mempermudah prosedur peminjaman buku diruang baca atau perpustakaan. Tiga persen subjek mengusulkan kedua hal tersebut diatas, yaitu memperbanyak koleksi buku dan menyediakan fasilitas serta program bahasa Inggris. Sementara 0.05 subjek mengusulkan agar fakultas memperhatikan kualitas dosen agar dapat membantu mahasiswa dalam memahami materi yang akan disampaikan. Dari seluruh penjelasan diatas nampak bahwa secara umum mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengalami kesulitan dalam hal penggunaan referensi berbahasa Inggris. Mahasiswa menyadari bahwa hal ini terutama disebabkan oleh kurangnya kemampuan mahasiswa. Namun demikian, sebagian besar mahasiswa merasa mendapatkan manfaat yang positif setelah membaca referensi berbahasa Inggris. Referensi berbahasa Inggris cenderung lebih baru dan mutakhir sehingga dirasa dapat menambah pengetahuan. Hal ini terutama berkaitan dengan penelitian- penelitian dari luar negeri yang dapat lebih membuka wacana mahasiswa Carrell dan Grabe dalam Us ǒ-Juan, 2006. Membaca referensi bahasa Inggris dirasa merupakan suatu hal yang harus dijalani. Sebagian besar mahasiswa menganggap bahwa membaca referensi berbahasa Inggris merupakan suatu kewajiban karena merupakan tugas yang diberikan dosen. Selain itu buku yang tersedia memang menggunakan bahasa Inggris. Jadi, mahasiswa tidak mempunyai pilihan lain. Keadaan seperti ini oleh mahasiswa dipandang baik dan dijadikan sebuah motivasi. Motivasi ini terlihat dari usulan mahasiswa kepada fakultas untuk menambah koleksi bukunya. Selain itu juga nampak dari usulan kepada dosen untuk mengajar dalam bahasa Inggris dan mengharuskan mahasiswanya untuk menggunakan referensi berbahasa Inggris. Terdapat dua hal yang berlawanan namun dapat dimaknai sebagai suatu hal yang saling mendukung. Mahasiswa mengakui bahwa membaca referensi berbahasa Inggris itu tidak mudah. Mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam memahami referensi berbahasa Inggris. Akan tetapi di sisi lain, mahasiswa menyadari bahwa banyak manfaat positif yang diperoleh ketika membaca referensi berbahasa Inggris. Maka dari itu, kesulitan ini cenderung dimaknai sebagai suatu motivasi. Namun demikian, mahasiswa merasa membutuhkan bantuan pihak lain, seperti rekan mahasiswa sendiri, para dosen, serta fakultas guna meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam membaca serta memahami referensi berbahasa Inggris.

D. Keabsahan Data

Dalam penelitian ini dapat dilihat jawaban responden saat memberikan jawaban dalam kuesioner mempunyai konsistensi dalam menjawab. Selama selang waktu ini, terlihat bahwa responden memberikan jawaban sama dan tidak jauh beda antara pemberian kuesioner pertama dan kedua. Hal ini mencerminkan bahwa jawaban responden dalam memberikan jawaban pada kuesioner dapat dipertanggung jawabkan. Jarak waktu antara pemberian kuesioner pertama dan kedua adalah 4 bulan lihat di lampiran reliabilitas. Untuk setiap item pertanyaan responden mempunyai konsistensi jawaban dalam menjawab pertanyaan. Sebagai contoh item no 1 sebagai bentuk item yang bersifat tertutup, subyek memberikan jawaban sama antara tes pertama dan tes kedua. Dalam pertanyaan yang bersifat terbuka, subjek memberikan alasaan yang sama antara tes pertama dan tes kedua. Hal ini ditunjukan dibawah ini Item no 3 subjek 106: Tes pertama “pengetahuan bertambah karena menurut saya buku-buku artikel atau apa sajalah yang menggunakan berbahasa Inggris isinya lebih lengkap dari pada buku dengan bahasa Indonesia. Tapi saya juga mendapatkan pengalaman bingung dan mumet apalagi kalau ada tugas yang harus kejar tayang hehe...”. Tes ke dua “bahannya lebih lengkap sekali, tapi sering kesulitan memaknai isinya”. Item no 5 subjek 33: Tes pertama “ya gimana lagi kalau ga dipaksa gitu ya ga dapat nilai padahal emang kepaksa banget” Tes kedua “ya kalau tidak dipaksa lebih enak yang berbahasa Indonesia intinya perlu pemaksaan”. Dari contoh di atas, jawaban responden pada tes pertama dan kedua memiliki inti jawaban yang sama. Hal ini dapat disimpulkan bahwa reliabilitas mengenai jawaban responden tidak berubah antara tes pertama dan kedua, hal ini menunjukan bahwa reliabilitas jawaban responden pada penelitian ini dapat dikatakan memiliki konsistensi dan dapat dipertanggung jawabkan.

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum mahasiswa dalam penelitian ini memiliki tanggapan yang baik atau positif terhadap penggunaan referensi berbahasa Inggris. Mahasiswa dapat merasakan banyak sekali manfaat yang didapatkan saat menggunakan referensi berbahasa Inggris dalam perkuliahan. Penggunaan referensi berbahasa Inggris sangat membantu dalam proses perkuliahan dan disisi lain mahasiswa melihat bahwa pengunaan referensi berbahasa Inggris adalah sebuah sarana yang sangat baik untuk belajar bahasa Inggris. Selain tanggapan positif ini mahasiswa mempunyai pendapat bahwa saat menggunakan referensi berbahasa Inggris mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahaminya. Kesulitan ini bukan menjadi hal yang negatif akan tetapi kesulitan tersebut menjadi suatu motivasi yang sangat besar untuk mahasiswa dalam menggunakan referensi berbahasa Inggris. Kesimpulan mengenai tanggapan mahasiswa terhadap referensi berbahasa Inggris adalah sebagai berikut: 1. Referensi berbahasa Inggris dinilai lebih baik dari referensi berbahasa Indonesia karena referensi berbahasa Inggris penyajian dan penyampaiannya lebih detail dan up to date sehingga mahasiswa banyak menemukan pengetahuan yang baru ketika membaca referensi berbahasa Inggris. Pengetahuan tidak selalu didapat dari hasil membaca tetapi didapatkan juga dari pengalaman dan hasil berinteraksi dengan orang lain. 2. Motivasi membaca referensi berbahasa Inggris didorong karena oleh suatu keharusan yang diberikan dosen. Selain itu buku yang tersedia memang berbahasa Inggris sehingga mau tidak mau mahasiswa membaca referensi berbahasa Inggris. 3. Kesulitan yang dihadapi mahasiswa saat membaca referensi berbahasa Inggris adalah lemahnya pengetahuan terhadap bahasa Inggris itu sendiri. Mahasiswa merasa kurang mampu dalam menerjemahkan dan menerjemahkan dalam bahasa Indonesia karena pengetahuan kosa kata bahasa Inggris masih kurang. 4. Sebagian besar mahasiswa merasa senang dan takut dalam mengunakan referensi berbahasa Inggris. Mahasiswa senang menggunakan referensi berbahasa Inggris karena mahasiswa mendapatkan banyak pengetahuan dari membaca referensi berbahasa Inggris, akan tetapi perasaan senang ini diimbangi dengan perasaan takut karena mahasiswa merasa bahwa pengetahuan dalam bahasa Inggris masih kurang sehingga menghambat dalam proses menerjemahkannya. 5. Usulan yang diberikan mahasiswa dalam menyikapi penggunaan referensi berbahasa Inggris dalam perkuliahan adalah fakultas tetap mendukung program penggunaan referensi berbahasa Inggris dalam perkuliahan. Usulan untuk mahasiswa sendiri adalah tetap bersemangat dan terus meningkatkan kemampuan bahasa Inggris sebab referensi berbahasa