BAB V ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN
Penilaian kinerja Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan metode Balanced Scorecard terdiri dari empat perspektif,
yaitu, perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
A. Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan dinilai berdasarkan rasio efisiensi belanja, pertumbuhan belanja, dan varians belanja. Data tersebut diambil dan diolah
dari DPPA SKPD dan rekapitulasirealisasi pengadaan barang dan jasa. Kemudian data dianalisis dengan cara menghitung rasio pengadaan barang
dan jasa tahun 2014-2016. 1. Analisis Efisiensi Belanja
Rumus = x 100
Tabel 5. Perhitungan Rasio Efisiensi Belanja Tahun 2014-2016
Tahun Anggaran Rp
Realisasi Rp Rasio
2014 74.616.327.900
15.783.713.688 21,15
2015 54.939.201.400
4.870.295.210 8,86
2016 44.514.740.000
11.687.286.362 26,25
Tabel 5 menunjukkan bahwa rasio efisiensi belanja untuk pengadaan barang dan jasa biro umum tahun 2014-2016 adalah sangat
efisien karena ≤ 60. Belanja barang dan jasa yang sangat efisien terjadi
pada tahun 2015 dengan rasio sebesar 8,86. Hal ini dipengaruhi karena ada kegiatan yang belum selesai atau dibayarkan, sehingga anggaran
38
dianggap belum terealisasi pada tahun 2015 dan harus dilanjutkan pada tahun anggaran 2016. Selain itu, karena barang pada tahun 2014 masih
memadai, biro umum tidak mengadakan barang yang sudah ada lagi untuk tahun 2015. Kecilnya angka realisasi belanja karena terdapat kegiatan yang
tidak jadi dilaksanakan yang disebabkan oleh kesalahan perencanaan dan perubahan kebijakan pemerintah daerah atau pusat. Pengalihan anggaran
tersebut contohnya, biro umum telah menganggarkan untuk membeli videotron, hanya saja setelah berjalannya waktu pengadaan videotron tidak
terlalu dibutuhkan dan dana anggaran tersebut dialihkan untuk membeli televisi. Biro umum sudah berusaha untuk melakukan efisiensi belanja
sehingga anggaran belanja diangkakan tinggi agar tidak terjadi defisit saat pelaksanaan. Anggaran biro umum sudah efisien hanya saja masih kurang
efektif karena anggaran yang digunakan tidak maksimal dan masih terdapat kesalahkan atau ketidaktepatan perencanaan.
2. Pertumbuhan Belanja Analisis pertumbuhan belanja barang dan jasa bermanfaat untuk
mengetahui perkembangan pengadaan barang dan jasa setiap tahunnya. Pertumbuhan belanja biasanya relatif semakin meningkat atau mengalami
kenaikan tiap tahunnya. Meski relatif meningkat, tidak menutup kemungkinan juga terjadi penurunan yang disebabkan oleh faktor ekonomi
dan konsumsi yang dibutuhkan. Pertumbuhan belanja biro umum dipengaruhi oleh besarnya PAD Kalimantan Tengah dan juga kebutuhan
barang dan jasa yang diperlukan untuk kegiatan operasional biro umum.
Jika barang tersebut masih memadai dan layak digunakan maka tidak perlu membeli barang yang baru setiap tahunnya. Begitu juga dengan jasa jika
tidak ada perbaikan atau kebutuhan maka tidak dilakukan. Rumus =
x100
Tabel 6. Pertumbuhan Belanja Tahun 2014-2016
Tahun Realisasi Rp
Kenaikan Penurunan Rp
Persentase 2014
15.783.713.688 -
- 2015
4.870.295.210 10.913.418.478
69,14 2016
11.687.286.362 6.816.991.152
139,97 Sumber: data olah
Pertumbuhan belanja berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa pada tahun 2015 pertumbuhan belanja bernilai negatif defisit sebesar -
69,14. Hal itu membuat rasio pertumbuhan belanja tahun 2015 mendapat penilaian tidak baik. Pengadaan barang dan jasa relatif kurang pada tahun
2015 karena barang pada tahun 2014 masih layak dan memadai sehingga pertumbuhan belanja pada tahun tersebut bernilai negatif. Kemudian pada
tahun 2016, pertumbuhan belanja biro umum mengalami kenaikan sebesar Rp6.816.991.152 sehingga rasio menjadi positif kembali, yaitu sebesar
139,97 yang berarti pertumbuhan belanja barang dan jasa tahun 2016 adalah baik. Terjadi kenaikan yang signifikan dari angka -69,14 menjadi
139,97 menunjukkan bahwa biro umum banyak melakukan pengadaan barang dan jasa pada tahun 2016. Kenaikan pertumbuhan belanja pada
tahun 2016 disebabkan Setda membutuhkan barang-barang dan perbaikan sebagian gedung kantor yang rusak akibat terjadi musibah kebakaran pada
akhir tahun 2015.