Tabel 5.19 Tabel Anova Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau
Dari Status Kepegawaian
Sum of Squares df
Mean Square F
Sig. Between Groups
Within Groups Total
123.745 19723.738
19847.483 2
235 237
61.872 83.931
0.737 0.480
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho diterima. Artinya, tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi
guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Masa Kerja
Berdasarkan analisis data disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari masa kerja.
Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai F
hitung
= 0,283 lebih kecil dari F
tabel
= 2,42 atau nilai probabilitas = 0,979 lebih besar dari taraf signifikansi a = 5 atau = 0,05.
Berdasarkan diskripsi data tentang masa kerja guru diperoleh hasil sebagai berikut: guru yang yang mempunyai masa kerja kurang dari 2 tahun
sebanyak 9 responden, masa kerja 2-4 tahun sebanyak 27 responden, masa kerja 5-7 tahun sebanyak 26 responden, masa kerja 8-10 tahun sebanyak 2
responden, masa kerja 11-13 tahun sebanyak 7 tahun, masa kerja 14-16 tahun sebanyak 7 responden, masa kerja 17-19 tahun sebanyak 13 responden, masa
kerja 20-22 tahun sebanyak 17 responden, masa kerja 23-25 tahun sebanyak 39 responden, masa kerja lebih dari 25 tahun sebanyak 91 responden. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi positif terhadap sertifikasi guru dalam jabatan.
Hasil deskripsi data masa kerja menunjukkan sebagian besar mempunyai masa kerja lebih dari 20 tahun. Dalam sertifikasi, guru yang
mempunyai pengalaman pengalaman mengajar yang banyak berkesempatan lebih besar untuk lulus uji sertifikasi karena masa kerja lebih dari 25 tahun
akan mendapatkan poin 160 dari total 850 poin. Oleh sebab itu, diduga bahwa persepsi guru dengan pengalaman mengajar banyak akan memandang
positif terhadap sertifikasi dan sebaliknya dengan pengalaman yang sedikit akan memandang negatif terhadap sertifikasi.
Namun pada kenyataannya dalam penelitian ini ditemukan ada kesamaan persepsi antara guru dengan masa kerja banyak dan guru dengan
masa kerja sedikit, yaitu kesamaan persepsi yang positif terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan. Hasil penelitian ini ternyata tidak sejalan
dengan teori yang sebelumnya yang menyatakan bahwa sekalipun stimulus yang diterima sama tetapi karena pengalaman berbeda maka ada kemungkinan
hasil persepsi akan tidak sama Walgito,1994:53. Menurut peneliti adanya kesamaan persepsi guru ditinjau dari masa
kerja dik arenakan adanya kesamaan asumsi bahwa pengalaman guru mengajar menggambarkan kualitas mengajar guru yang baik. Dalam
portofolio penilaian terhadap pengalaman tidak hanya dilihat dari hitungan tahun, tetapi juga dari kegiatan-kegiatan pendukung bidang profesi guru,
seperti keikutsertaan dalam seminar, pelatihan, kejuaraan lomba, dan juga menulis karya ilmiah. Maka dalam mengajar diharapkan guru tidak hanya bisa
mengajar teori saja tapi juga bisa membuktikan keprofesionalannya. Program sertifikasi yang dicanangkan pemerintah pada dasarnya
mengarah pada upaya peningkatan hasil proses pembelajaran dengan mengkondisikan tenaga pendidik yang berkompeten. Oleh karena itulah, maka
agar proses sertifikasi benar-benar merupakan efektif untuk menuju peningkatan kualitas maka setiap guru harusnya mau dan mampu
meningkatkan kemampuan dirinya secara signifikan dengan kebutuhan proses pembelajaran. Karena pada dasarnya setiap guru mempunyai kemampuan
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan proses pembelajaran yang sebaik-baiknya pada anak didiknya.
http:enewsletterdisdik.wordpress.com20071202sertifikasi- menurut-guru- kreatif. Seorang guru harus percaya diri menunj ukkan dirinya pada profesi
dan kualitasnya. Dengan adanya pendapat seperti itu akan menimbulkan persepsi positif terhadap sertifikasi.
2. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan
Berdasarkan analisis data disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat
pendidikan. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai F
hitung
= 0,272 lebih kecil dari F
tabel
= 2,42 atau nilai probabilitas 0,896 lebih besar dari taraf signifikansi a = 5 atau = 0,05.
Berdasarkan deskripsi data tentang tingkat pendidikan guru diperoleh hasil sebagai berikut: guru berpendidikan D2 PGSD sebanyak 144 responden,
berpendidikan D3 sebanyak 6 responden, dan berpendidikan S1 sebanyak 73 responden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berpendidikan D2 PGSD. Sedangkan deskripsi data tentang persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan diperoleh hasil sebagai berikut: untuk
kriteria sangat positif sebanyak 40 responden, positif sebanyak 150 responden, cukup positif sebanyak 41 responden, negatif sebanyak 6
responden, dan sangat negatif sebanyak 1 responden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi positif
terhadap sertifikasi guru dalam jabatan. Hasil deskripsi data tingkat pendidikan guru menunjukkan sebagian
besar berpendidikan D2 PGSD. Hal ini menunjukkan bahwa guru SD tersebut belum bisa mengikuti program sertifikasi, karena syarat utama yang berhak
mengikuti program ini adalah mereka yang sudah berpendidikan formal S1. Dengan berpendidikan formal S1, seorang guru dirasa lebih menguasai teori,
materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Hal ini berbeda dengan yang berpendidikan di bawah S1, dengan jangka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
waktu pendidikan yang lebih singkat mereka tidak mendapatkan sebanyak apa yang didapat di program S1. Oleh sebab itu ada dugaan terdapat perbedaan
persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan.
Namun pada kenyataannya, hasil penelitian menunjukkan adanya kesamaan persepsi guru, yaitu persepsi yang positif terhadap sertifikasi.
Menurut peneliti adanya kesamaan persepsi tersebut disebabkan adanya kesamaan memahami informasi tentang sertifikasi sehingga membentuk pola
pikir yang sama. Faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi tidak hanya berasal dari dalam saja tetapi juga dipengaruhi dari faktor luar Thoha,
1988:149. Pola pikir seseorang tidak hanya berkembang melalui pendidikan formal yang melekat pada dirinya saja tetapi bisa didapat dari informasi media
dan perkembangan teknologi. Banyak opini masayarakat terhadap sertifikasi guru yang dituangkan
dalam tulisan baik media cetak maupun elektronik dapat membentuk persepsi guru terhadap sertifikasi. Oleh sebab itu, opini yang baik terhadap program
sertifikasi ini membentuk persepsi positif terhadap sertifikasi guru. Misalnya pernyataan bahwa program sertifikasi hendaklah janga n dipandang sebagai
proses legalisasi semata, akan tetapi harus dipandang sebagai ijtikat untuk meningkatkan kompetensi profesi guru. Karena itu proses ini harus dilakukan
secara teliti dan cermat agar tidak menurunkan mutu guru http:averroes.or.idcategoryopinionpage3. Sejalan dengan pendapat
tersebut, salah seorang dosen UIN Bandung dalam http:www.pikiran- rakyat.comcetak2007082007300901.htm berpendapat bahwa program
sertifikasi diharapkan berdampak positif terhadap berbagai hal. Profesi keguruan yang sementara ini masih dianggap kurang bergengsi secara
berangsur dapat merebut simpati masyarakat. Penghargaan masyarakat sebenarnya tidak hanya merujuk pada indikator kesejahteraan saja tetapi juga
pada pembuktian komitmen guru dalam meningkatkan unjuk kerja demi mutu pendidikan. Opini lain yang menunjukkan adanya persepsi positif terhadap
sertifikasi guru adalah dalam http:www.kabarindonesia.comberita.php?pil=20dn=2007521120708 yang
menuliskan bahwa langkah pemerintah dengan mengeluarkan Undang- undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, UU Guru dan Dosen,
patut diacungi jempol. Sertifikasi guru yang termuat dalam UU tersebut, selain bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dari sector guru juga
dibarengi naiknya gaji dan kesejahteraan meningkatnya kesejahteraan guru ini merupakan efek positif dari sertifikasi yang dipersyaratkan.
3. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Golongan Jabatan
Berdasarkan analisis data disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari golongan
jabatan. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai F
hitung
= 1,058 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lebih kecil dari F
tabel
= 2,42. Nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikansi a = 5 atau = 0,05.
Berdasarkan deskripsi data tentang golongan jabatan diperoleh hasil sebagai berikut: guru yang tidak mempunyai golongan jabatan sebanyak 54
responden, bergolongan IIa sebanyak 13 respoden, bergolongan IIb sebanyak 7 responden, bergolongan IIc sebanyak 3 responden, bergolongan IIIb
sebanyak 4 responden, bergolongan IIIc sebanyak 4 responden, bergolongan IIId sebanyak 16 orang dan bergolongan IVa sebanyak 137 responden. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden bergolongan IVa. Sedangkan deskripsi data tentang persepsi guru terhadap sertifikasi guru
dalam jabatan diperoleh hasil sebagai berikut: untuk kriteria sangat positif sebanyak 40 responden, positif sebanyak 150 responden, cukup positif
sebanyak 41 responden, negatif sebanyak 6 responden, dan sangat negatif sebanyak 1 responden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mempunyai persepsi positif terhadap sertifikasi guru dalam jabatan.
Hasil deskripsi data tentang golongan jabatan guru sebagian besar guru bergolongan IVa. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru
telah memiliki masa kerja lama dan sudah diangkat menjadi PNS sehingga mereka mempunyai golongan jabatan. Golongan jabatan seorang guru erat
kaitannya dengan tingkat pendidikan, masa kerja,dan prestasi seorang guru. Maka dari itu, semakin tinggi tingkat pendidikan, masa kerja, dan prestasi
maka semakin tinggi golongan jabatan seorang guru. Hal tesebut akan berdampak pada tunjangan yang diperoleh, semakin tinggi golongan jabatan
seseorang maka tunjangan yang didapatkan akan semakin tinggi. Hal ini yang diduga akan menimbulkan persepsi yang berbeda terhadap sertifikasi guru
dalam jabatan. Kenyataannya, hasil penelitian ini menunjukkan kesamaan persepsi
terhadap sertifikasi guru dalam jabatan. Hal ini berarti tidak sejalan dengan teori yang sebelumnya yang menyatakan bahwa sekalipun stimulus yang
diterima sama tetapi karena pengalaman berbeda maka ada kemungkinan hasil persepsi akan tidak sama Walgito,1994:53.
Menurut peneliti, adanya kesamaan persepsi tersebut disebabkan karena adanya kesamaan pola pikir terhadap sertifikasi. Dengan adanya
sertifikasi guru maka akan meningkatkan kesejahteraan guru seperti yang diungkapkan dalam salah satu tujuan sertifikasi. Seperti yang diungkapkan
Ikhwan Fauzi, salah satu anggota komisi E DPRD Jawa Barat dalam tulisannya di http:enewsletterdisdik.wordpress.com20071202sertifikasi-
menurut- guru-kreatif yang menuliskan bahwa sertifikasi guru dapat menjadi peluang dalam meningkatkan kesejahteraan guru. Kesejahteraan tersebut
dapat dicapai dengan menunjukkan prestasi yang baik dengan dan meningkatkan produktivitas kerja guru. Keikutsertaan seorang guru dalam
menghasilkan suatu karya ilmiah dirasa mampu meningkatkan produktivitas dalam bekerja karena akan lebih mampu menyelenggarakan pembelajaran
yang mendidik terkait dengan media pembelajarannya, lebih mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara melakukan tindakan
reflektif dan lebih mampu mengembangkan keprofesionalannya. 4. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Status
Kepegawaian Berdasarkan analisis data disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari 0,737 lebih kecil dari F
tabel
= 2,42. Nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikansi a = 5 atau = 0,05.
Berdasarkan deskripsi data tentang status guru diperoleh hasil sebagai berikut: guru yang berstatus PNS sebanyak 182 responden, berstatus guru
bantu sebanyak 2 responden, berstatus guru honorer sebanyak 53 responden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden berstatus PNS.
Sedangkan deskripsi data tentang persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan diperoleh hasil sebagai berikut: untuk kriteria sangat positif
sebanyak 40 responden, positif sebanyak 150 responden, cukup positif sebanyak 41 responden, negatif sebanyak 6 responden, dan sangat negatif
sebanyak 1 responden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi positif terhadap sertifikasi guru dalam
jabatan. Hasil deskripsi data menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berstatus PNS. Hal tersebut menunjukkan sebagian besar guru diangkat dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bekerja dalam instansi milik pemerintah yang digaji oleh negara. Status guru menggambarkan prestasinya. Guru yang berstatus Non PNS dipandang akan
menjalankan tugas lebih berat untuk bisa menaikkan statusnya dibanding guru yang berstatus PNS. Hal ini dikarenakan, meskipun jam mengajar guru PNS
lebih sedikit dan kurang berprestasi tidak akan mengubah statusnya dan akan tetap memperoleh kenaikan pangkat yang berkala.
Berbeda dengan guru yang berstatus non PNS, mereka perlu kerja keras menunjukkan keprofesionalnnya
untuk mendapatkan kenaikan pangkat. Berarti guru honorer atau guru bantu
yang diangkat menjadi PNS dianggap telah memiliki kompetensi gur yang baik. Oleh sebab itu, hanya guru dengan status PNS dan tetap saja yang dapat
mengikuti program sertifikasi selain syarat-syarat lain yang harus dipenuhi. Sama halnya dengan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam
jabatan ditinjau dari masa kerja, tingkat pendidikan, golongan jabatan, persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari status kepegawaian guru
juga menunjukkan adanya kesamaan persepsi positif. Berarti hasil penelitian ini menolak teori yang ada yang menyebutkan bahwa sekalipun stimulus yang
diterima sama tetapi karena pengalaman, kerangka acuan kemampuan berpikirnya tidak sama akan menghasilkan persepsi yangberbeda pula.
Dari persamaan asumsi bahwa pengalaman menunjukkan kualitas seseorang masa kerja, kesamaan memahami informasi tingkat pendidikan,
hal tersebut menunjukkan bahwa guru-guru memandang pentingnya diadakan sertifikasi guru. Program sertifikasi sangat penting karena program ini adalah
upaya menata proses pendidikan dari aspek tenaga pendidiknya, menjadi tantangan bagi tenaga pendidik saat ini yaitu bagaimana untuk selalu
mengembangkan diri, meningkatkan kualitas diri dan terus mau belajar. Karena tanpa adanya sertifikasi para guru tidak akan tahu apakah mereka
sudah cukup berkompeten untuk mengajar atau belum http:www.sampoernafoundation.orgcontentview81748lang,id. Berarti
para guru telah memandang positif tujuan dari program sertifikasi guru dalam jabatan yang mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujuan menentukan
kelayakan guru dalam melaksanakan tugasnya, meningkatkan proses dan mutu pendidikan dengan keprofesionalan guru dan untuk meningkatkan
kesejahteraan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN
A. Kesimpulan
Dari analisis yang telah dibahas pada Bab V maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari masa kerja. Hal ini didukung dengan hasil perhitunga n nilai
F
hitung
= 0,238 lebih kecil dari F
tabel
= 2,42 dan nilai probabilitasnya 0,979 lebih besar dari taraf signifikansi a = 5 atau 0,05.
2. Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan
nilai F
hit ung
= 0,272 lebih kecil dari F
tabel
= 2,42 dan nilai probabilitasnya 0,896 lebih besar dari taraf signifikansi a = 5 atau 0,05.
3. Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari golongan jabatan. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan
nilai F
hitung
= 1,058 lebih kecil dari F
tabel
= 2,42 dan nilai probabilitasnya 0,392 lebih besar dari taraf signifikansi a = 5 atau 0,05.
4. Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari masa kerja. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan nilai
F
hitung
= 0,737 lebih kecil dari F
tabel
= 2,42 dan nilai probabilitasnya 0,480 lebih besar dari taraf signifikansi a = 5 atau 0,05.
87 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI