Pembahasan Hasil Penelitian Makna kerja pada Pegawai Negeri Sipil yang menjelang pensiun dan tidak memanfaatkan program MPP (Masa Persiapan Pensiun)
relasi sosial yang terbentuk juga berpengaruh pada pegawai yang menjelang pensiun dan tidak memanfaatkan program masa persiapan pensiun dalam
memaknai pekerjaan. Kerja dimaknai sebagai sebuah panggilan. Dengan kata lain hal ini
melebihi dari sekedar kerja sebagai kebutuhan memenuhi kondisi ekonomi dan kerja sebagai alat untuk membangun relasi. Pembahasan pada pemaknaan
ini jauh lebih mendalam dibandingkan makna yang lainnya. Hal ini dikarenakan banyak cakupan aspek yang membentuk suatu pekerjaan yang
dimaknai sebagai sebuah panggilan. Pekerjaan diartikan sebuah panggilan karena menurut Wrzesniewski dkk 2003 pekerjaan sebagai sebuah panggilan
adalah sumber kebermaknaan diri. Individu yang memandang pekerjaan sebagai sebuah panggilan akan mengenali dan percaya bahwa pekerjaan yang
mereka lakukan mampu memberikan kontribusi kepada lingkungan sosial atau pekerjaan sebagai sarana untuk melayani diri sendiri dan orang lain.
Memaknai pekerjaan sebagai panggilan ini dapat dijabarkan sebagai penerapan nilai-nilai kerja yang informan miliki saat bekerja dikantor.
Nilai kerja adalah salah satu aspek pembentukan makna kerja. Aspek nilai kerja yang diterapkan oleh informan adalah bagaimana menanggapi masalah
tanggungjawab kerja yang harus mereka hadapi dan mereka selesaikan, kemudian bekerja sebagai wujud untuk menyalurkan ilmu atau membagikan
ilmu yang sudah pernah didapat kepada rekan kerja yang membutuhkan bantuan. Bukan hanya dikalangan lingkungan kantor saja, tetapi kedua
informan membagi informasi dan ilmu mereka kepada masyarakat sekitar yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memerlukan. Pada penelitian ini para informan juga membahas mengenai motivasi mereka untuk tetap bekerja meski memiliki kesempatan untuk
mempersiapkan masa pensiun mereka. Hal ini dikarenakan mereka masih ingin melakukan aktivitas kerja, masih memiliki tugas kerja yang belum
terselesaikan, dan masih ingin bersosialisasi dengan rekan kerja. Tidak lupa juga, bahwa mereka melakukan aktivitas kerja adalah wujud nyata mereka
untuk melayani dan menghargai diri mereka sendiri. Menghargai diri sendiri dengan cara menerima upahgaji sebagai bentuk dari hak mereka selama
bekerja. Selain itu, bisa mengaktualisasikan diri mereka dengan cara bekerja. Hal ini terlihat pada informan 1 yang sudah berhasil mencapai aktualisasi diri
sebagai pegawai pemerintahan, sudah mencapai batas maksimal kemampuan diri yang informan 1 punya.
Menurut Rosso, et all dkk 2010 spiritualitas sebagai sumber kebermaknaan berbagi kesamaan dengan sumber-sumber lain, seperti
hubungan interpersonal dan konteks budaya, di mana hasil kebermaknaan menghubungkan keentitas diluar diri. Beberapa ahli mempunyai teori tentang
hubungan antara spiritualitas dan makna pekerjaan gema teori berpengaruh Victor Frankl, berpikir positif bahwa melalui hidup untuk dan mencari setelah
itu yang berada di luar diri manusia yang menemukan makna dan tujuan hidup dan bekerja. Penelitian menunjukkan bahwa karyawan spiritual memandang
pekerjaan mereka berbeda dari karyawan non-spiritual, melihat perilaku pekerjaan mereka dalam hal spiritual peduli, layanan, dan transendensi. Oleh
karena itu, ketika karyawan merasa pekerjaan dalam cahaya spiritual, pekerjaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mereka cenderung mengambil sensasi yang lebih bermakna. Adanya teori diatas bisa menggambarkan temuan yang muncul di penelitian ini. Sumber
makna kerja yang berasal dari kehidupan spiritualitas ini ditunjukkan oleh informan 1 saja. Dirinya selalu mengucap rasa syukur ketika mendapatkan
sesuatu tugas dari kantor yang menjadikan dirinya berperan aktif didalam tugas tersebut. Selain itu, informan 2 juga memiliki hal berbeda ketika memaknai
sebuah pekerjaan. Menurut informan 2 kerja adalah sesuatu yang mengasyikan dikarenakan bekerja adalah kegiatan yang membuat dampak yang
menyenangkan bagi orang lain disekitar tempat informan 2 bekerja.