Latar Belakang Makna kerja pada Pegawai Negeri Sipil yang menjelang pensiun dan tidak memanfaatkan program MPP (Masa Persiapan Pensiun)
dibanggakan dari dirinya. Mereka merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh instansi tempat mereka bekerja, karena menurut mereka sudah kalah saing
dengan generasi yang lebih muda dan lebih baik dari dirinya. Persepsi dan stigma negatif dari masyarakat mengenai pensiun perlu disikapi dengan
bijaksana agar tidak menimbulkan atau menambah kecemasan. Dari penelitian jurnal yang berjudul “Dukungan Sosial dan Tingkat Kecemasan Pada
Kelompo k Pekerja PNS yang Mennghadapi Masa Pensiun” menunjukkan
bahwa sebesar 34,5 dari total subjek yang ada mengalami kecemasan dari tingkat kecemasan yang rendah sampai tingkat kecemasan yang tinggi dalam
menghadapi masa pensiun Santi dan Mu’in, 2013.
Dengan timbulnya berbagai macam bentuk kecemasan, pegawai menjelang pensiun yang mengalami kecemasan akan cenderung menunjukkan
perilaku-perilaku yang menganggu dan mempengaruhi semangat kerja dikantor. Semangat kerja menurut Siswanto dalam Yuliarti, 2014 merupakan
suatu keadaan psikologis seseorang yang bisa menciptakan kesenangan yang akhirnya bisa mendorong seseorang tersebut untuk bekerja lebih giat dan lebih
baik lagi. Adanya penelitian yang membahas mengenai hubungan antara kecemasan menghadapi pensiun dengan semangat kerja, yang menunjukkan
kedua variabel tersebut memiliki korelasi yang signifikan Yuliarti, 2014. Dengan adanya penelitian diatas kemudian dipertegas oleh teori bahwa
seseorang pegawai yang mempunyai semangat kerja tinggi akan selalu memberikan sikap positif kepada pekerjaan dan juga lingkungan kerjanya
Djui dalam Yuliarti, 2014. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut Nawawi dalam Yuliarti, 2014 mengatakan bahwa seseorang biasanya mengalami penurunan semangat kerja bila seseorang
tersebut akan menjelang pensiun. Penurunan semangat ini dipengaruhi oleh adanya kecemasan. Menurut Yuliarti 2014 pegawai yang mengalami
kecemasan dalam menhadapi pensiun biasanya menjadi malas-malasan saat melakukan suatu pekerjaan. Reaksi cemas seseorang sering merubah sikap
pegawai dari yang tadinya rajin menjadi malas dalam bekerja, bersikap santai dan cenderung tidak peduli dengan pekerjaan, serta sering membolos kerja
dengan berbagai alasan. Nitisemito dalam Yuliarti, 2014 menambahkan bahwa gejala-gejala yang nampak saat seseorang pegawai mengalami
penurunan semangat kerja diantaranya yaitu, rendahnya produktivitas kerja, tingkat absensi yang tinggi, tingkat perpindahan karyawan yang tinggi, tingkat
kerusakan yang meningkat, kegelisahan dimana-mana, tuntutan yang sering terjadi, dan mogok kerja. Semangat kerja didalamnya meliputi motivasi
seseorang dalam bekerja. Hal ini didukung oleh Anoraga 1992 motif adalah yang melatarbelakangi individu untuk berbuat berperilaku kerja dan
mencapai tujuan tertentu. Motivasi seseorang dalam bekerja secara otomatis akan mempengaruhi semangat kerja dan pemaknaan kerja seseorang saat
melakukan aktifitas kerja. Hal ini disebabkan oleh sumber terbentuknya makna kerja salah satunya adalah motivasi dari dalam diri Rosso, Dekas, and
Wrzesniewski, 2010. Oldham dalam Rosso, et all, 2010 mendefinisikan motivasi kerja sebagai derajat dimana seseorang mengalami perasaan yang
positif saat bekerja dengan efektif. Sedangkan Hackman Oldham dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rosso, et all, 2010 mengatakan bahwa ketika seseorang mengalami suatu hal yang disebut kebermaknaan dalam bekerja
meaningfulness of work
, hal ini dapat menjadi hal yang penting dalam perkembangan motivasi kerja. Dengan
kata lain, ketika seseorang merasa bahwa bekerja sebagai sesuatu yang bermakna maka motivasi kerja akan tumbuh, sehingga orang tersebut dapat
memaknai kerja dan muncullah makna kerja bagi dirinya. Makna kerja adalah suatu perasaan bahwa pekerjaan yang mereka pilih tidak dapat dipisahkan dari
kehidupannya, tidak mengutamakan aspek finansial atau kemajuan karir. Makna kerja mencangkup kepercayaan kita tentang peran kerja dalam
kehidupan kita, dan merefleksikannya dalam perasaan kita mengenai pekerjaan kita, perilaku kita dalam bekerja, dan tipe-tipe tujuan yang kita
perjuangkan terdapat dalam pekerjaan Wrzesniewski, 1999. Untuk menambahkan informasi dan fenomena yang ada saat ini
peneliti mencoba mewawancarai calon informan mengenai kinerjanya sebelum pensiun. Dapat dikatakan bahwa kinerja dan semangat kerja informan
baik, ini dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan. Informan menuturkan bahwa mendekati masa pensiun dirinya tambah semakin rajin dan semangat
dalam bekerja untuk menyelesaikan tugasnya. Ini dikarenakan ketika subjek sudah benar-benar pensiun, subjek tidak merasa terbebani lagi oleh pekerjaan-
pekerjaan dikantor. Hal ini didukung juga oleh Pines Aronson dalam Santrock, 2002 menyatakan bahwa orang dewasa tengah baya mungkin
memfokuskan pada beberapa banyak waktu yang tersisa sebelum pensiun dan kecepatan mereka mencapai tujuan pekerjaan mereka.
Selain itu, performansi kerja subjek meningkat dan banyak mendapat apresiasi dari pimpinan dan teman-teman sekantornya. Hal ini
membuat subjek puas dan bangga atas hasil kerjanya. Santrock 2002 mendukung kalimat diatas, bahwa terdapat komitmen kerja yang lebih besar
seiring dengan bertambahnya umur seseorang. Menurut subjek, menjelang pensiun tidak mempengaruhi kinerjanya dikantor. Dari beberapa pernyataan
informan, ada kecenderungan dirinya memiliki makna kerja yang baik karena dipengaruhi oleh iman. Bekerja juga salah satu ungkapan iman yang sangat
penting dan istimewa. Kejujuran dan rasa bersyukur subjek yang membuat subjek merasa siap untuk memasuki masa pensiun Kristiadi, komunikasi
pribadi, 5 Desember 2015. Membahas kinerja yang lainnya terlihat dari fenomena yang terjadi bahwa informan lainnya mengalami penurunan gairah
kerja karena dirinya beranggapan bahwa dirinya sebentar lagi akan pensiun. Performansi kerja informan juga tidak begitu baik karena informan
beranggapan bahwa tidak akan ada orang yang menilai dan menegur kinerjanya. Informan juga merasa kalah bersaing dengan pegawai-pegawai
yang berusia muda karena keadaan fisik informan juga mempengaruhi kinerjanya Gatot, komunikasi pribadi, 7 Desember 2015.
Dengan adanya kedua fenomena yang berbeda diatas bisa dikatakan bahwa ketika seseorang mempunyai motivasi kerja yang didasari
pada semangat kerja akan menimbulkan performansi kerja yang baik menjelang pensiun. Sebaliknya jika semangat kerja pegawai menurun maka
akan bisa menyebabkan menurunnya tingkat produktivitas kerja. Hal ini juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
didukung oleh Anoraga 1992 banyak asumsi dan hipotesis yang dibuat menyatakan bahwa dengan pemaknaan kerja yang tepat, maka produktivitas
akan meningkat. Penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang mengalami
kecemasan, maka akan mempengaruhi semangat kerja dan produktivitas kerja yang menurun Yuliarti, 2014. Perusahaan perlu untuk menjaga semangat
kerja pegawainya, terutama pada saat pegawai mengalami kecemasan menjelang pensiun. Kesiapan para pegawai negeri sipil dalam mengahadapi
masa pensiun bergantung pada presepsi pegawai negeri sipil mengenai pensiun itu sendiri bagi kehidupan mereka. Maka dari itu untuk mengurangi
permasalahan-permasalahan menjelang dan pasca pensiun pemerintah telah menyediakan program masa persiapan pensiun atau yang lebih sering dikenal
dengan singkatan MPP Masa Persiapan Pensiun bagi pegawai negeri sipil yang akan memasuki masa pensiun.
Menurut Partini 2011, program pensiun merupakan penghargaan atau imbalan jasa dari pemerintah kepada karyawan yang telah berjasa dan
membaktikan dirinya untuk bekerja selama bertahun-tahun. Pada tahap MPP karyawan diberikan program-program pelatihan untuk mempersiapkan masa
pensiun Rivai dalam Kadarisman, 2012. Adanya program MPP yang diterapkan di instansi BPN adalah dengan membebastugaskan pegawai yang 1
tahun kedepan akan pensiun dan tetap menerima gaji pokok. Fungsi dan kegunaan dari diadakannya program MPP di instansi BPN Badan Pertanahan
Nasional adalah untuk memberikan keleluasaan kepada para pegawai yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ingin mempersiapkan pensiun. Fenomena yang terjadi di instansi negeri BPN kebanyakan pegawai tidak mengambil MPP dan memilih untuk tetap bekerja
di sisa-sisa waktu sebelum masuk masa pensiun. Hal ini dikarenakan, mereka memilih untuk menyelesaikan kewajiban dan tanggungjawab yang masih ada
sebelum mereka pensiun. Selain itu, supaya mereka tetap beraktifitas sehari- harinya dan juga mendapat uang tambahan dari pekerjaan lapangan.
Pemilihan untuk tetap bekerja dengan giat walaupun sebentar lagi memasuki masa pensiun merupakan salah satu penerapan prinsip hidup agar
terus berkembang untuk menentukan langkah hidup yang tepat kedepannya. Namun tanggungjawab untuk tetap bekerja masih ada meskipun berbagai
masalah sering muncul. Konsekuensi dari perilaku tersebut ternyata tidak dapat menghentikan semangat subjek untuk tetap bekerja meskipun akan
memasuki masa pensiun, hal ini mungkin dikarenakan subjek memegang makna kerja yang baik dalam kehidupannya. Selain itu, juga ada pegawai
yang memilih untuk bekerja tetapi performansi kerja, semangat kerja, dan kinerjanya di perusahan menurun karena subjek mempunyai anggapan bahwa
dirinya sudah tua dan kalah bersaing dengan pegawai yang lebih muda. Dengan adanya kedua peristiwa ini, kemudian menarik perhatian dan peneliti
termotivasi untuk melihat pemaknaan kerja pegawai yang menjelang pensiun. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI