dikarenakan informan rajin menjaga kesehatan dengan cara berolahraga rutin dan
check up
ke dokter.
“bagaimana kondisi kesehatan bu U sekarang?
Sehat. Tidak ada yang dikeluhkan bu?
Tidak ada mas. Terus bu, kondisi fisik seperti apa yang ibu U rasakan ketika akan menghadapi
masa pensiun? Biasa-biasa aja, tidak ada yang dikeluhkan.
Kalau untuk psikis, apa yang ibu rasakan ketika akan menghadapi masa pensiun?
Psikisnya ya di nikmati aja, dinikmati aja, tidak ada psikis yang apa tidak ada, makanya jadi
sehat.” Informan 2, line 1-12.
“
Ya namanya orang pernah stres, karena itu manusiawi, terus ya karena semua yang kita hadapi kita sikapi dengan senang itu
bikin sehat, sama olahraga sedikit lah dirumah, olahraganya senam di kantor setiap jumat. Biarpun kita sehat, tiap bulan kita
cek ke dokter. Saran dokter kalau umur segini harus cek ke
dokter.” Informan 2, line 229-233.
Atasan dan rekan kerja informan 2 juga memberikan pernyataan yang sama mengenai kesehatan informan 2 bahwa
memiliki kesehatan yang baik, rajin berolahraga, dan masih enerjik di umur yang sudah tua.
“
Sehat kalau orangnya, karena rajin olahraga. Maksudnya rajin
olahraga itu karena dia merasa usianya sudah itu, badannya… dia sering “saya olahraga bu, saya datengnya agak, saya
olahraga dulu pagi jogging”, yaudah begitu aja, maksudnya dalam arti pagi berusaha jalan.” Atasan informan 2, line 22-
25.
“Sepengetahuan ibu, bu U itu kondisi kesehatannya
bagaimana saat ini? Bu U itu kesehatannya masih enerjik dan
bagus mas dari pada saya. Bu U masih lincah juga. Kok ibu bisa bilang bu U enerjik tuh kenapa bu?
Bu U tu kan sudah tua tapi
masih sehat dan enerjik. Masih semangat untuk bekerja.” Rekan Kerja informan 2, line 1-7.
Selain melihat kondisi fisik dan psikis menjelang pensiun, peneliti juga menemukan bahwa dalam menjelang pensiun yang
akan datang informan 1 mengalami kecemasan sedangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
informan 2 tidak mengalami kecemasan. Informan 1 mengalami kecemasan karena disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan,
dan pergaulan anaknya.
“Kecemasan itu saya rasa hal manusiawi ya mas, karena
biasanya dulu saya menerima gaji 100 sekarang maksimal 75. Sedangkan untuk kebutuhan kehidupan itu sekarang
menuntut dan tidak bisa di bantah lagi mas. Kecemasan itu
timbul pada semua orang mas.” Informan 1, line 25-28. “Yaa saya rasa kecemasan itu maksimal ya pendapatan yang
dipotong 25 itu mas. Karena kan kita ibaratnya dulu menerima 3 juta, sekarang setelah pensiun menerima 1 juta. Cukup kah
uang segitu mas untuk hidup? 1 bulan untuk biaya sekolah, kan
itu kan kita harus selalu ada to mas.” Informan 1, line 37-40. “Yaa karena sekara
ng yang perlu kita cemaskan untuk kehidupan ya, yang satu pendidikan. Kita juga perlu pendidikan,
mencemaskan pendidikan mas, karena apa? Sekarang saat ini pendidikan sangat penting. Kita mencemaskan anak mas, kita
kadang-kadang perlu mencemaskan anak kan? Dari segi
pergaulan, itu juga masuk dalam teori kecemasan.” Informan 1, line 46-50.
Selain itu, informan 1 juga mengalami kecemasan yang diakibatkan karena dirinya tidak mengambil pekerjaan sampingan
untuk menambah
biaya kehidupan
sehari-hari. Hal
ini mengakibatkan informan 1 merasa putus asa.
“Yaa mau nggak mau, kelanjutan anak didik kita itu bagaimana? Ya itulah, masalah kecemasan itu memang semuanya pasti “oh
iya yak ok ak wingi kok ra sambil buka usaha ya?” merasa
cemas to mas. Kenapa saya tidak ambil sampingan untuk menambah supaya besok setelah pensiun ada kerja sampingan
umpamanyakan begitu, itu juga suatu kecemasan menurut saya.
Itu gak tau lahh…” Informan 1, line 54-59
Dengan adanya rasa cemas yang timbul pada diri informan 1, kemudian dirinya mulai melakukan
coping
kecemasannya dengan cara menjadi pengurus sosial kemasyarakatan dengan
menjadi ketua RT. Kegiatan ini juga membuat informan 1 tidak merasa kesepian dan memiliki teman untuk berbincang-bincang
dan saling bertukar wawasan.
“Saya kerjaan sampingan tidak punya, tapi kalau pekerjaan
sosial kemasyarakatan saya ada mas. Ya mengurusi bagian kepemerintahan. Kerja sosial kemasyarakatan ada mas itu
malah lebih berat mas. Saya kan menjabat sebagai RT disini mas. Itu lah untuk menutup supaya nantinya saya tidak was-was
dan cemas setelah lepas dari pegawai. Menjabat sebagai ketua RT itu hal yang membuat hiburan buat bapak supaya tidak
stress atau seperti apa pak?
Yaa itu tadi dengan adanya kegiatan itu ya mas, mau nggak mau kan ada komunikasi antar
sesama, kan bisa tukar pendapat dan komunikasi pada masyarakat, jadi ada timbal balik, supaya saya tidak merasa
kesepian dan punya hiburan, biarpun hiburannya hanya sambil bercanda-
canda.” Informan 1, line 62-72
Masing-masing individu pasti memiliki rencana kedepan ketika sudah purna tugas dari aktifitasnya sebagai pegawai
dikantor. Untuk mengisi waktu dimasa pensiunnya informan 1 kurang menyukai aktifitas yang berkaitan denga pekerjaan
lamanya. Informan 1 berencana untuk menekuni bidang kerja yang lain, secara kebetulan peneliti menemukan bahwa informan 1
memiliki rencana untuk berwirausaha. Hal ini dilakukan informan 1 untuk mendorong dan memulihkan kondisi ekonomi
keluarganya. Ini juga salah satu cara agar sedikit demi sedikit menghilangkan rasa cemas yang di deritanya. Rencana
berwirausaha ini juga sudah dipikirkan oleh informan 1. Dirinya juga memiliki prinsip bagaimana seseorang ingin membuka usaha
agar apa yang dikerjakan menjadi seimbang dan akhirnya mendapat kesuksesan.
“Yaa persiapa
nnya mau apa lagi to mas, usia sudah segini. Kalau keinginan sih ya muluk-muluk inigin persiapan
pensiunnya buka usaha, usaha apa ya? Ya itu tadi 2 tahun menjelang pensiun sudah di berikan hak itu, untuk melangkah
mempersiapkan kelulusan. Kita terima saja jangan dipikir pusing. Ya nanti kalo ada keinginan buka usaha ya kalau ingin
saja, ingin mengisi waktu umpamanya, nanti buka warung jual
rokok, umpamanya buat kebutuhan sehari hari.” Informan 1, line 97-103
“Itu tadi to mas, saya punya keinginan untuk m
embuka warung sembako, kalo mau buka konsultan, siapa yang mau datang mas,
gak payu mas. Kalau mau ikut kursus itu pasti gak bakal diterima karena sudah tua. Kalau saya mau menggeluti
pekerjaan yang sama saya kurang senang, karena itu pekerjaan lama, kalau bisa itu bergelut dengan pekerjaan yang lain. Ya
nanti bagaimanalah, setelah pensiun nanti kita buka usaha kecil- kecilan untuk mengisi waktu, kalau enggak mengabdi di
masyarakat sosial mas itu juga gak ada jeleknya.” Informan 1, line 272-279
“Jadi kala
u mau melakukan sesuatu ada 3 yang tidak bisa dilepaskan, fisiknya, pola pikirnya, dan finansial. Tanpa ini
nonsense mas. Tiga hal ini haru ada mas, fisiknya sudah tidak ada kok mau bekerja, nihil to mas? Mau buka usaha nggak ada
modal, nol to mas? Fisik ada, modal ada, kemampuan pengelolaan kurang ya pincang mas. Jadi untuk suatu keinginan
di capai 3 serangaki tidak bisa dipisahkan.” Informan 1, line 129-135
Hal ini juga sempat diutarakan oleh rekan kerja informan 1 yang menyatakan bahwa informan 1 ingin membuka usaha atau
berwirausaha.
“Dia itu orangnya pengen menekuni bidang lain mas. Contone
pengen usaha mas, berwirausaha tadi, tapi belum kepikiran mau
usaha apa.” Rekan Kerja Informan 1, line 94-96
Selain dari itu, informan 1 juga mempersiapkan masa pensiunnya dengan cara tetap bekerja dan melakukan rutinitas
sehari-har dikantor di sisa waktu kerjanya.
“
Sekarang masih menjadi koordinator? Iya masih, untuk
mencermati pekerjaan itu sesuai dengan langkah-langkah dan
peraturannya atau tidak.” Informan 1, line 177-178
Sedangkan informan 2 tidak ingin membuka usaha, karena menurut informan 2 berwirausaha akan menambah beban. Jadi
informan 2 memilih untuk merencanakan kegiatan masa pensiunnya dengan cara bepergian bersama teman dan keluarga,
menambah relasi interpersonal dan beribadah.
“Nah gini mas, kalau menurut saya, orang lain kan pendapatnya
lain-lain. Kalau menurut pendapat saya kalau usia sudah masa pensiun, baik fisik maupun pikiran sudah lemah nanti
kebebanan. Semisal saya usaha terus usahanya gak begitu berhasil, nanti malah membikin pikiran semakin susah terus bisa
sakit. Tapi kalau kita nikmati dengan olahraga, dirumah, jalan- jalan, sudah pasti nikmat, pengen jalan-jalan kemana gitu,
pengen jalan-jalan sama temen lagi yang sudah lama terus gabung lagi. Nanti kalau bikin usaha malah pusing gitu ya bu?
Iya, ada yang sebagian kaya gitu, dan menurut saya itu membebani mas, karena kita sudah ndak, misalnya anak-anak
sudah tidak ada biaya lagi, terus kita sudah punya pensiun dah dinikmati gitu aja apa adanya, tinggal ibadah sama jalan-jalan
dan nengok anak.” Informan 2, line 34-45
Hal senada juga diungkapkan oleh rekan kerja informan 2 yang menyebutkan bahwa informan 2 tidak mempersiapkan
pensiun yang akan datang.
“Ya kalau bu U itu orangnya ke
cukupan to mas. Karena suaminya kerja juga to mas, anak-anaknya juga sudah pada
mentas semuanya. Suami mbak U itu juga gak mau usaha kok mas setelah pensiun, pokoknya bu U tuh kalau sudah pensiun
tidak mau usaha, maunya menikmati hasil pensiunnya tok kok m
as.” Rekan Kerja Informan 2, line 26-30
MPP Masa Persiapan Pensiun merupakan suatu kesempatan baik untuk para pegawai yang menjelang pensiun
dalam mempersiapkan masa pensiunnya dengan matang. Dikalangan PNS kebanyakan para pegawai tidak mengambil MPP
dan lebih memilih untuk tetap bekerja di masa sisa kerjanya sebagai PNS. Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang
mendukung para pegawai tidak mengambil MPP. Kondisi menjelang pensiun ini para informan tidak memanfaatkan MPP
dikarenakan informan 1 masih merasa memiliki tanggung jawab pekerjaan yang belum terselesaikan.
“Kalau kita mengambil MMP itu gak enak mas, mlebu ra mlebu
entuk bayar dan dapet bayar, apa enak mas, padahal pekerjaan
belum selesai. Kalau pensiun kan masa tugasnya sudah selesai.” Informan 1, line 287-289
“Artinya setahu
n sebelumnya dia sudah bebas walaupun haknya masih tetap, tapi kewajibannya dia sudah diberikan kesempatan
untuk mempersiapkan diri menjelang pensiun. Teman-teman di BPN kelihatanya karena mungkin penuh dengan kegiatan
mereka malah lebih fokus kepada pekerjaan dikantor, bahkan
kayaknya lebih giat lagi.” Atasan Informan 1, line 128-132
Tidak hanya itu saja, alasan lainnya adalah informan 1 ingin membagikan ilmu yang dimiliki kepada orang lain yang
membutuhkan.
“… saya bisa memberikan informasi ini kepada orang lain saya
bangga, jadi ilmu itu tidak putus. Kenapa saya ingin terus bekerja karena saya ingin memberikan ilmu saya kepada orang
lain. Orang lain sangat membutuhkan informasi saya, soale belum tentu orang lain tahu langkah-langkah yang ditempuh
saya beri tahukan informasinya. Motivasinya saya tetap bekerja adalah memberikan informasi kepada masyarakat dan teman
yang membutuhkan.” Informan 1, line 247-253
Disisi lain, informan 2 memiliki alasan yang cenderung unik. Faktor yang membuat informan 2 tetap memilih untuk
bekerja dari pada mengambil MPP yakni rumah informan 2 dekat dengan kantor, masih ingin menjalin relasi dengan rekan kerja,
masih merasa sehat dan sebentar lagi akan pensiun dan libur panjang.
“Motivasinya karena kondisi saya masih sehat yang pertama,
yang kedua adalah karena jarak rumah saya dengan kantor dekat, jadi menambah motivasi saya menjadi kuat. Jadi tidak
perlu transportasi yang repot, kalau saya di sleman pasti saya sudah mengambil MPP. Jadi sekarang dekat kan tidak ada
terlambat. Ada motivasi lain selain kedua hal itu? Motivasi lainnya karena masih senang bergaul dengan teman kantor
mas.” Informan 2, line 105-111 “Ohh gini, motivasinya kalau kita pensiun, itu kan kita mau libur
seterusnya, kenapa mau libur seterusnya kok ndadak cari MPP
dan mencari libur awal.” Informan 2, line 176-178
Kondisi menjelang pensiun juga ditandai dengan melihat semangat dan performansi kerja informan menjelang pensiun. Kondisi
performansi dan semangat kerja informan 1 cenderung meningkat dibandingkan dengan informan 2 yang cenderung biasa saja, tidak
ada kenaikan ataupun penurunan kinerja.
“Itu hal yang biasa mas. Ya kadang
-kadang ya gini ya, saya tambah teliti dengan pekerjaan saya, saya harus meneliti dengan
cermat warkah-warkah yang belum dijahit, ya saya tegas kapada petugas itu. Saya kembalikan lagi terus saya suruh dia menjahit.
Padahal saya mau naikan berkasnya, kalau belum dijahit ya saya kembalikan. Kalau dulu saya males, biar pimpinan aja yang
langsung mbalekke ke orangnya. Kalau sekarang ya enggak,
saya lebih teliti dan tegas mas.” Informan 1, line 319-325
Rekan kerja dan atasan dari informan 1 juga berpendapat bahwa informan 1 lebih giat dalam bekerja ketika akan pensiun.
Semangat kerja yang ditunjukkan informan 1 mengalami peningkatan.
“
Kalau beberapa bulan terakhir ini adalah semakin giat. Indikatornya sederhana ternyata produk penyelesaian kita
dibanding dengan permohonan yang masuk, itu jauh lebih tinggi produk penyelesaian dan trendnya naik terus. Contoh terakhir di
2 bulan terakhir ini ya, dibulan September kita jauh melampaui
dari permohonan yang masuk. Dibulan Oktober juga kemarin sama naik terus trendnya. Padahal pak W satu-satunya
koordinator dan tidak ada koordinator lain, jadi kita bisa melihat bahwa memang kinerja dia justru malah semakin
meningkat.” Atasan Informan 1, line 47-54 “Eeeee sekarang dia juga orangnya cepat tanggap mas, kalau
atasannya pak A itu maunya seperti ini dan ndang di rampungke seperti itu, pasti langsung saat itu juga diproses sama pak
waldiman. Teman-teman kerja yang kurang disiplin langsung ditanyain sama dia dengan gojekan, tapi juga menyinggung
masalah kerja mas.” Rekan Kerja Informan 1, line 72-76 “Semangat juga tidak, nglokro juga tidak, seperti
biasanya gak
lebih, masih sama seperti beberapa tahun yang lalu.” Informan 2, line 184-185
Pernyataan informan 2 diatas juga dirasakan oleh atasan dari informan 2. Atasannya berpendapat bahwa informan 2 tidak
mengalami peningkatan kinerja dan peningkatan semangat kerja.
“Kayaknya gak ada ngaruhnya juga bagi dia, karena sebelum
masih lama dia kalau siang pulang. Karena kayaknya memang kondisi rumah yang dekat jadi ya mempermudah apa ya? Ya itu,
tapi pekerjannya dia nggak ada perubahan deh, ya karena dia selalu ketika, ya karena mungkin dia sudah tau sebentar lagi
akan pensiun sehingga tidak ada lagi yang dicapai. Jadi ya sudah, mengerjakan sesuai rutinitas sehari-hari. Apa yang harus
dikerjakan ya dikerjakan. Rutinitas pekerjaankan sesuai dianya saja, apa yang dia kerjakan sesuai dengan jobnya aja. Jadi
nggak ada peningkatan gitu ya?
Nggak ada. Karena tugasnya pengadministrasian, cuma dikantor tugasnya ya gitu-gitu aja,
ibaratnya kan hanya mengagendakan surat, kalau diloket kan berhubungan dengan masyarakat, semakin berkas banyak kan
semakin meningkat, kalau Bu U kan enggak, kalau surat masuk
terus mengagendakan. Itu kalau membuat surat tugas.” Atasan Informan 2, line 96-109
c. Deskripsi Kerja.
Kedua informan memiliki tugas pekerjaan yang berbeda- beda. Pada poin ini akan dijabarkan deskripsi kerja dari masing-
masing informan. Informan 1 bekerja sebagai koordinator petugas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ukur sedangkan informan 2 bekerja sebagai administrator dan pemberi penyuluhan kepada masyarakat.
“Paling kalau sirkulasi kurang lancar nanti di tegur kasupsi
mas, kalau saya sendiri kan tidak enak soalnya teman sejawat mas. Yaa kadang-kadang saya juga bertanya kepada mereka,
“pie gaweanmu wis rampung opo durung?” sambil bercanda
mas. Karena di dalam sirkulasi saya tidak di struktur sebenarnya. Saya hanya membantu meringankan tugas kasupsi.
Jadi tanggungjawabnya tidak 100. Saya emang gak bisa mengoyak-oyak
rekan-rekan untuk
cepat menyelesaikan
tugasnya. Ya sebenarnya distruktura l organisasi mereka bawahan saya, karena sudah terbiasa saya yo nggak enak nek
negur gitu. Karena saya itu tidak dilantik mas, hanya penunjukan mas. Kalau kasi dan kasupsi di lantik, kalo saya
ditunjuk, jadi beban tanggung jawab berbeda mas, saya dilantik
sebagai pegawai.” Informan 1, line 306-316 “Saya kan analisis pemberdayaan, untuk yang sekarang itu kita
eee… jadi membuat masyarakat cerdas tertib sadar pertanahan.
Kita menghimbau kepada masyarakat kita mengadakan penyuluhan itu untuk menyampaikan informasi masalah
pertanahan. Lalu masyarakat dihimbau untuk menjadi sadar
hukum.” Informan 2, line 65-69
d. Pengalaman Kerja yang Dimiliki.
Setelah adanya penjabaran tugas kerja yang dilakukan oleh para informan, selanjutnya peneliti ingin menjabarkan pengalaman
kerja yang dimiliki para informan. Informan dalam konteks penelitian ini memiliki berbagai pengalaman kerja yang sudah
mereka lalui selama puluhan tahun. Pengalaman kerja yang didapatkan informan biasanya di muali dari saat informan meniti
karir dari awal bekerja sampai kejenjang atau pangkat tertinggi yang mampu informan capai. Sekarang tugas kerja informan 1
menjabat sebagai koordinator pengendali mutu kinerja. Jabatan ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diberikan oleh atasan karena pengalaman dan kinerja informan 1 yang baik.
“Pada saat ini saya menjadi petugas ukur, tetapi
menjabat sebagai koordinator petugas ukur. Sebenarnya saya masuk di
kulonprogo terus pindah dikota jogja, baban tanggung jawab saya selalu tidak menyimpang sebagai koordinator, karena
pimpinan mempercayakan saya untuk membenahi kinerja rekan- rekan sesuai dengan metode cara pengukuran yang benar. Jadi
semenjak pindah ke kota dibebani koordinatori untuk membenahi pola pengukuran dan peraturan sesuai dengan cara yang benar.
Disamping itu juga hal-hal masalah itu dibebani juga untuk mengoreksi berkas. Dari tahun 1999-2010 saya diloket dan
mengkoreksi pekerjaan rekan-rekan, jadi dobel pekerjaan saya,
jadi petugas loket dan korektor.” Informan 1, line 156-166. “…karena pimpinan mempercayakan saya untuk membenahi
kinerja rekan-rekan sesuai dengan metode cara pengukuran yang benar. Jadi semenjak pindah ke kota dibebani koordinatori
untuk membenahi pola pengukuran dan peraturan sesuai dengan
cara yang benar”. Informan 1, line 159-163
Informan 1 juga memiliki pengalaman kerja di divisi loket. Divisi yang hampir setiap hari bertemu dan bertatap muka dengan klien
kerja.
“Dari tahun 1999
-2010 saya diloket dan mengkoreksi pekerjaan rekan-rekan, jadi dobel pekerjaan saya, jadi petugas loket dan
korektor.” Informan 1, line 164-166
Disisi lain, pengalaman kerja yang didapat informan 1 adalah sering kali dirinya di utus untuk mewakili perusahaan untuk
mengikuti pelatihan dan berurusan dengan eksternal perusahan.
“Iya masih, untuk mencermati pekerjaan itu sesuai dengan
langkah-langkah dan peraturannya atau tidak. Dan saya sering di kirim kemana untuk pelatihan, bukannya saya menonjolkan
diri tidak, tapi saya tidak tahu kenapa kok saya yang selalu
dikirim.” Informan 1, line 177-180 “Yaa saya hanya merasa senang mas dikasih tugas oleh
pimpinan diutus untuk mewakili kantor, ya itu saja. Berati saya dipercaya saya lebih mampu dari pada yang lainnya, ya saya
percaya saja mas. Yaa saya sukuri saja mas, sesuai kemampuan
saya.” Informan 1, line 185-188
Tidak hanya pengalaman positif saja yang informan 1 dapat selama bekerja, tapi juga ada pengalaman negatif yang pernah
menimpa informan 1. Ketidaknyamanan saat bekerja di kulonprogo menjadi suatu pembelajaran informan 1 untuk tetap senang dalam
bekerja ketika masalah dan hambatan melanda.
“Lain dengan orang yang bekerja di 1 tempat terus. Di
kulonprogo itu medannya berat, saya jadi petugas ukur dan juga
petugas pembukuan dobel pekerjaan saya.” Informan 1, line 226-228
“Melaukan tugas haru
s senang mas, kalau enggak repot mas. Yang sangat jadi ingatan saya sampai saat ini pada waktu saya
melakukan pengukuran di guo keskendo. Melakukan pengukuran dengan teodolit dengan mata telanjang kelihatan mas, terus
kalau pake tele lebih dekat dan bisa di fokuskan, yang terjadi apa mas, tanda rambunya hilang seketika mas, tahu-tahu rambu-
rambunya hilang mas angkanya. Alam gaib ada yang jahil atau tidak. Gangguan alam gaib ada dan gangguan dari masyarakat
juga ada mas.” Informan 1, line 229-236
Informan juga pernah mendapatkan kesulitan kerja ketika harus menyelesaikan hal yang sukar. Dengan pengalaman yang informan
1 punya, dirinya menyelesaikan masalah harus didukung oleh data yang valid.
“Ya kita harus supaya kita bisa memecahkan masalah itu harus
ada data otentik dan bermusyawarah dengan masyarakat. Kalau tidak ada data saya juga tidak berani mas, sama saja buhuh diri
itu mas. Sengketa apapun kalau punya bukti otentik pasti akan
menang.” Informan 1, line 366-369
Sedangkan pengalaman kerja informan 2 berbeda dengan informan 1. Pengalaman perjalanan karir informan 2 sempat
berpindah-pindah kantor dan akhirnya informan 2 di tempatkan di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
wilayah kantor kota sampai dengan sekarang. Informan menceritakan tugas kerjanya dan pengalaman selama bekerja di
BPN.
“Sekitar 4 tahun, sebelumnya di Tata usaha sejak tahun 1985
sampai 2005 itu berapa? 20 tahun ya. Itu disengketa sekitar 4 tahun juga, lalu pindah kesini dibagian pemberdayaan
masyarakat.” Informan 2, line 87-89
Selama bekerja di perusahaan negara ini informan 2 juga mengalami pengalaman susah dan senang. Salah satu pengalaman
negatif yang dialamai informan 2 adalah kerap kali mendapat tugas untuk pindah ke divisi lainnya. Tantangannya yang dihadapi adalah
proses adaptasi dengan tugas kerja yang baru.
“Kalau susah tu saya lupakan e mas sambil tertawa, jadi
seneng aja. Senangnya ya waktu kita di sleman itu 18 tahun, itu kita nglaju naik bus sambil tidur-tidur. Ya susah nya kalau
misalnya terlambat karena jauh rumahny
a. Eee… kalau
susahnya itu waktu pindah ke seksi lain jadi harus belajar lagi. Jadi kita belajar, belaja itu kan memerlukan, yahhh kok belajar
lagi ya…” Informan 2, line 91-96
“Ketika belajar itu ada kesulitan?
Iya mas pasti-pasti.
Adaptasinya ibu seperti apa? Kita belajar lagi sama temen yang
sudah ada adaptasinya.” Informan 2, line 97-100
e. Sumber Makna Kerja yang Muncul.
Berdasarkan teori yang ada bahwa sumber makna kerja muncul dari diri sendiri, orang lain, konteks kerja, dan kehidupan
spiritual. Dari beberapa aspek diatas memiliki cabang spesifikasi lagi, yaitu sumber makna kerja dari diri sendiri meliputi nilai kerja,
motivasi, dan kepercayaan. Dari orang lain meliputi rekan kerja, atasan, komunitas, dan keluarga. Dari segi konteks kerja adalah
desain kerja, budaya kerja, dan visi misi. Kemudian yang terakhir adalah membahas sumber makna kerja yang muncul dari
kehidupan spiritual. Hal tersebut akan dibahas dan dijabarkan
dibahwah ini. 1. Sumber makna kerja dari dalam diri.
Dari data penelitian yang diperoleh dari temuan dilapangan menunjukkan bahwa adanya kesamaan antar informan dilihat dari
sumber makna kerja yang ada pada dalam diri mereka. Sumber makna kerja dari dalam diri meliputi, nilai kerja dan motivasi kerja.
Kedua informan memiliki kesamaan dalam hal memberikan bantuan
kepada orang
lain dan
memunculkan konsep
tanggungjawab dalam bekerja. Memberikan bantuan kepada orang lain ini disebabkan karena mereka ingin membagikan dan
menyalurkan ilmu yang mereka punya kepada orang lain.
“Yang ketiga saya ditugaskan sebagai penguji tim eksternal di
SMK membantu kasupsi menguji di SMK dari tahun 1999, di bidang survei dan pemetaan di SMK Negri 2. Sampai tahun 2010
saya masih menguji. Itulah riwayat pekerjaan saya sampai sekarang, saya banyak di mejanya sebagai koordinator dan
korektor.” Informan 1, line 170-175 “Yaa sepanjang rekan sekerja bertanya, katakanlah data di kota
jogja itu krusial sekali, seseorang itu kadang-kadang tidak memahami, ada yang ingin bertanya ya saya ber itahu, karena
ada peta yang peninggalan belanda jadi agak susah.” Informan 1, line 262-265
“Kalau ada masalah sengketa
-sengketa itu kalau saya bisa mengatasi saya ya mengatasi, kalau tidak ya ada ranahnya yang
lain. Yang penting saya sudah memberikan ba
ntuan.” Informan 1, line 340-343
“Yaa mendukung mas, soale kadang
-kadang ada masyarakat bertanya pada saya, dia mendukung saya karena ilmu saya
masih dibutuhkan dan masyarakta juga membutuhkan saya.” Informan 1, line 389-391
Pimpinan informan 1 berpendapat bahwa informan 1 orang yang suka membantu ketika rekan kerja atau siapapun yang
membutuhkan bantuan dan informan 1 cenderung orang yang supel.
“Sama dengan pegawai yang lain, datang sebelum apel
dia ngobrol dulu, sosialisasi, minum-minum teh dulu, duduk- duduk dikantin, dan dia bergaulnya tidak cuma di satu seksi saja
dan juga dengan teman-teman dari seksi yang lain akrab, dan dia juga punya jiwa sosial yang cukup tinggi dan selalu
membantu.” Atasan Informan 1, line 40-44 “Tadi sudah sedikit say
a sampaikan bahwa pak W orangnya selalu siap ketika diminta tolong, contohnya tadi untuk
menjelaskan kepada adik-adik mahasiswa supaya mereka mengerti. Kemudian ketika ada teman yang punya masalah dia
libatkan kita untuk bagaimana menyelesaikan masalah itu, juga jika pemohon yang datang punya masalah atau ingin penjelasan
mengenai sesuatu, dia menjelaskan secara detail atau melebihi yang diinginkan malahan. Jadi kalau menurut saya dia
memberikan diatas harapan dari yang dibantu.” Atasan Informan 1, line 63-70
“Ya penting, karena kalau kita punya ilmu dan tidak
disampaikan kepada orang lain, padahal ilmu itu penting, itu
malah bagi kita terbebani, harus disampaikan.” Informan 2, line 77-79
“Ada mas satu dua, bertanya mengenahi pewarisan tanah dan
pensertifikatan tanah ya saya jelas kan mas cara-
caranya.” Informan 2, line 159-160.
Hal yang sama muncul di kedua informan adalah konsep tanggunjawab pada pekerjaan yang mereka lakukan. Kedua
informan mempunyai anggapan bahwa apa yang mereka kerjakan adalah tanggung jawab dalam diri mereka untuk orang lain.
“Yaa kalau dari segi pentingnya ya mas, itu penting karena
pekerjaan itu beban tanggung jawab saya yang di emban, saya
ditunjuk sebagai koordinator, berkas itu jalan atau tidak itu tergantung saya, kalau tidak kasi dan kasubsi tidak bisa tanda
tangan mas. Dan identitas saya selalu tercantum di berkas itu. Harus mencermati data yang masuk dan keluar dan harus bisa
dipertanggungjawabkan dengan cara tanda tangan saya harus
ada disitu mas.” Informan 1, line 190-196 “Ya kalau untuk pribadi bisa dibilang penting dan juga enggak
mas, karena pekerjaan ini beban bersama bukan pekerjaan pribadi saya mas. Karena pekerejaan itu pekerjaan kantor,
pentingnya adalah pekerjaan bisa berjalan lancar saya senang mas, tidak ada beban krusial saya senang mas, kalau ada
kendala saya juga ikut berperan tanggungjawab mas.” Informan 1, line 200-204
“Tapi beban tanggungjawab saya masih seumur hidup terhadap
pekerjaan itu, memang sudah lepas dri segi kepegawaian tapi dari segi beban tanggung jawabnya masih berkaitan sampai ajal
mas.” Informan 1, line 211-214
Rekan kerja informan 1 berpendapat bahwa tanggungjawab sebagai pegawai dipegang teguh oleh informan 1.
“Eee opo yo? Pak W itu jujur mas, kalau ke kantor juga tepat
waktu, jarang bolos, soale dia orangnya seneng obah mas. Kalau meneng sedilit, diam sebentar dia pasti bosen mas. Seneng
nyambut gawe mas…” Rekan Kerja Informan 1, line 25-27 “Kerja selesai, kalau punya pekerjaan harus segera diselesaikan
sesuai porsi m
as.” Informan 2, line 136-137 “Bekerja
itu adalah
sesuatu yang
harus di
pertanggungjawabkan. Sebab pekerjaan yang dibebankan oleh
seseorang itu harus dipertanggungjawabkan.” Informan 2, line 245-247
“Memaknainya kita yaa tau masalah apa yang eee… dib
erikan pekerjaan terhadap saya. Pie ya? Opo yo ngomonge? Opo yo?
sambil tertawa Sebagai tanggungjawab karena saya diberi upah dari pemerintah. Melaksanakan kewajiban yang sudah
diberikan.” Informan 2, line 250-254
Sama halnya dengan pimpinan dari informan 2 menguatarakan bahwa informan 2 adalah sosok yang bertanggungjawab dalam
melakukan tugas pekerjaannya sesuai dengan
jobdesk
dan porsinya.
“Enggak, maksudnya prinsip, karena kalau sama saya selama
dia tanggungjawab pekerjaannya dia beres, bagi saya itu monggo. Pokoknya apa yang saya beri tanggungjawab ke dia
selesai, itu harapan saya sebagai pimpinannya. Maksudnya ya pekerjaan dia selesaikan dengan baik sesuai jobnya, selesai ya
sudah.” Atasan Informan 2, line 174-178
Selain konsep tolong menolong dan konsep tanggung jawab, kedua informan juga memiliki nilai kerja yang mereka
terapkan dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan kerja. Nilai kerja menjadi salah satu pendekatan pembentukan makna kerja.
Nilai kerja yang diterapkan informan 1 adalah tentang menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, memberikan teladan
pada lingkungan, ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
“Suka duka banyak mas, sukanya kita bergaul dengan
masyarakat, sepanjang kita mau bergaul dengan masyarakat selalu dikangeni, di kulonprogo saya 13 tahun mas, hidup
dengan masyarakat pedesaan, kita harus bisa membawa diri, supaya kita bisa mengambil hati masyarakat supaya masyarakat
senang menanggapi kita supaya enak, kita harus bisa memberikan
pencerahan kepada
mereka msayaraka
t.” Informan1, line 221-226
“Semua masih hidup didunia akan menghadapi resiko, kalau
saya masih bekerja, saya masih punya ilmu mas, yang mungkin tidak dipunyai seseorang, saya bisa memberikan informasi ini
kepada orang lain saya bangga, jadi ilmu itu ti
dak putus.” Informan 1, line 245-248
“Kalo mandang gaji, itu kita gak meremehkan, nanti kalau gak
bekerja rumah siapa yang ngasih duit mas. Kita bekerja karena beban tanggungjawab moral dan moril. Masalah hak itu nanti
melekat sendirinya. Pekerjaan itulah yang harus kita tekuni, karena itu sumber kehidupan kita. Nek ra obah ora mamah mas,
itu filsafat jawa mas, nek ora obah yo ora entuk hasil mas.” Informan 1, line 282-287
“Yaa susah tapi bisa diatasi mas, karena akhirnya diatasi aparat
setempat. Saya sudah sampai lokasi terus saya dilarang untuk melakukan tugas. Karena ini beban tanggungjawab saya untuk
melakukan tugas, saya minta anda untuk menulis dan tanda tangan data lapangan, saya diberhentikan karena masih ada
masalah sengketa tanah. Saya juga memberikan saran supaya
segera ditangani masalahnya.” Informan 1, line 354-359 “Prinisip nya yang jelas adalah pekerjaan didepan mata harus
dikerjakan mas, maunya segera dikerjakan, tapi kadang-kadang juga ada kendala mas, pasti ada kendala mas. Ingin bekerja
100 ya tidak sesuai dengan realita. Kita bekerja tidak sendiri, jadi harus mendengarkan orang lain mas kalau bekerja, ya 3
serangkai tadi mas. Kita harus ngomong dan harus memberi contoh juga mas. Soale nek kita bekerja itu tidak selalu benar,
pasti
ada salahnya juga.” Informan 1, line 406-412
Bukan hanya itu, kedua informan juga memiliki sumber makna kerja dari dalam diri yaitu motivasi. Disini membahas
mengenai motivasi informan untuk tetap bekerja. Informan 1 memilih tetap bekerja karena keluarga masih memberikan
dukungan untuk terus bekerja demi kebutuhan ekonomi. Sedangkan informan 2 memilih untuk tetap bekerja karena kondisi
fisik yang masih mumpuni dan lokasi antara rumah dan kantor cukup dekat, jadi mempermudah mobilitas informan 2. Motivasi
yang ada ini lahir dari adanya kesadaran pribadi dan dari orang lain.
“Ya jelas mendukung to mas, kadang
-kadang ada tugas mau nggak mau saya meninggalkan karena ada tugas, kalau nggak
mendukung pasti saya nggak boleh pergi mas. Contoh saya ditugaskan di diklat di bandung. Kalau nggak mendukung, saya
gak berangkat terus saya akan di pecat. Berati kehidupannya anak sengsara, mengijinkan harus tetap mendukung pekerjaan
saya, yang penting disana aman dan sehat.” Informan 1, line 381-386
“Motivasinya karena kondisi saya masih sehat yang pertama,
yang kedua adalah karena jarak rumah saya dengan kantor dekat, jadi menambah motivasi saya menjadi kuat. Jadi tidak
perlu transportasi yang repot, kalau saya di sleman pasti saya sudah mengambil MPP. Jadi sekarang dekat kan tidak ada
terlambat. Ada motivasi lain selain kedua hal itu? Motivasi lainnya karena masih senang bergaul dengan teman kantor
mas.” Informan 2, line 105-111
2. Sumber makna kerja dari orang lain.
Sumber makna kerja yang muncul dari orang lain juga salah satu pendekatan pembentukan makna kerja yang antara lain
adalah dari rekan kerja, atasanpimpinan, komunitas, dan keluarga. Informan 1 mendapat dukungan dari keluarga, rekan kerja
atasanpimpinan, dan masyarakat sekitar agar bekerja dengan baik dan rajin.
“Sengketa lahan juga ada masalah mas, bila terjadi hal
-hal krusial biasanya saya suruh menghadirkan satu aparat setempat,
bila itu rawan bisa menghadirkan polisi buat keamanan bersama, keamanan pemohon dan keamanan bersama. Supaya
semua aman. Itu mas suka dukanya menjadi petugas lapangan.” Informan 1, line 236-240
“
Kita sesuai porsinya aja, kalau kita giat tetapi bawahannya tidak giat sama saja mas. Kan saya juga tergantung dari rekan-
rekan mas. Tidak bisa saya meningkatkan kinerja saya sendiri. Saling ketergantungan antar divisi mas. Jadi kita tidak bisa
meningkatkan kinerja secara senidir, karena satu ikatan roda kerja. Kalau semangat, kita yang semangat tapi yang lain tidak
semangat sama saja mas. Saya tidak bisa bilang semangat atau tidak karena kantor itu saling bergantungan mas, saya bukan
membuat pekerjaan sendiri. Lain dengan dinas statistic, harus membuat pekerjaan harus giat mencari data otentik, kalau saya
tidak bisa.” Informan 1, line 294-302 “Iya mungkin, apresiasinya bentuke beda, dengan mengutus
saya untuk menangani permasalahan dengan baik, dalam berbicara di forum ya baik untuk menghadiri rapat untuk
mengatasi permasalahan krusial, sejauh itu ada datanya. Data itu untuk bukti dan menjawab pertanyaan yang saya bawa mas.
Yang penting ada bukti otentik dan yuridisnya.” Informan 1, line 392-333
“Ya jelas mendukung to mas, kadang
-kadang ada tugas mau ngak mau saya meninggalkan karena ada tugas, kalau nggak
mendukung pasti saya nggak boleh pergi mas. Contoh saya ditugaskan di diklat di bandung. Kalau nggak mendukung, saya
gak berangkat terus saya akan di pecat. Berati kehidupannya anak sengsara, mengijinkan harus tetap mendukung pekerjaan
saya, yang penting disana aman dan sehat.” Informan 1, line 381-386
“Yaa mendukung mas, soale kadang
-kadang ada masyarakat bertanya pada saya, dia mendukung saya karena ilmu saya
masih dibutuhkan dan masyarakta juga membutuhkan saya.” Informan 1, line 389-391
Sedangkan informan 2 mendapatkan motivasi atau dukungan dari orang lain yaitu dari orang tua atau keluarga, belajar bagaimana
hidup dalam kemandirian. Selain itu, dari rekan kerja dan masyarakat sekitar.
“Saya nggak punya teman yang dekat atau spesial banget, semua temen spesial.” Informan 2, line 116-117
“Kalau menurut saya itu, kalau masyarakat saya tidak tahu
menghargai saya atau tidak saya tidak tahu, yang jelas informasi masalah pertanahan sudah kita sampaikan, kalau masyarakat
menghargai atau tidak saya tidak tahu. Tapi a da yang menyampaikan kalau info ini berguna sekali untuk masyarakat.
Kalau mereka menghargai atau tidak saya tidak bisa menilai. Mereka sangat-
sangat senang kalau dikasih informasi.” Informan 2, line 151-156
“
Terus bagaimana cara keluarga mendukung pekerjaan ibu?
Caranya yaa…. berhenti sejenak opo yo? Kalau cuma ada
kesulitan gitu ya, kalau dikeluarga masalah pekerjaan nggak ada yang ini, karena pekerjaan kantor dan dirumah tu, misalnya
anak nganter saya ke kantor kalau hujan, udah tindakan gitu aja. Kalau suami mendukungnya apa pekerjaan yang ada dinikmati
dan dikerjakan dengan baik. Suami tidak pernah memberi semangat?
Karena suami tidak tau apa yang saya kerjakan
dikantor gak tau, jadi gak bisa ngasih saran. Ibu juga gak sering curhat sama suami?
Ohh tidak pernah kalau dirumah. Suami sekarang masih bekerja bu?
Sudah sudah pensiun mas. Suami dulunya bekerja sebagai apa?
Sama mas juga jadi PNS
di sini. Ooo Ibu ikut bapak atau bagaimana masuk PNS? Lah wong yang kerja itu saya dulu mas, baru suami saya ikut bekerja
di PNS sini waktu ada pendaftaran. Kenapa ibu memilih untuk tetap bekerja, padahal suami ibu juga sudah bekerja?
Gini mas
ceritanya eee… dari kecil saya sudah didik sama orang tua saya,
sama ibu saya suruh menjadi wanita yang mandiri mas dari kecil, jadi apa-apa harus bisa sendiri mas, tidak boleh
bergantung dengan orang lain. Dulu waktu saya masih kecil pasti digitukan sama ibu saya. Jadi sekarang yaa saya bekerja
dan suami bekerja juga mas. Tidak saling bergantung mas.” Informan 2, line 196-222
Atasan informan 2 juga ikut serta dalam mendukung progres dan rutinitas kerja. Ini memperlihatkan bahwa adanya komunikasi dan
kerja sama yang baik antara atasan dengan informan 2.
“Ya saya bantu, saya bimbing “begini lho mbak cara membaca PO”. Pasti
saya bimbing, karena kalau saya hanya ngasih tau, nanti akan bertanya-tanya lagi, tetapi ketika saya bimbing dan
saya kasih tahu caranya begini, kalau membuat laporan caranya
begini, pasti saya dukung cara membuat laporan yang baik.” Atasan Informan 2, line 206-210
3. Sumber makna kerja dari kehidupan spiritual
Sumber makna kerja muncul dari kehidupan spiritual dari manusianya. Kehidupan spiritual dalam memaknai pekerjaan
hanya muncul pada informan 1 yang selalu menungkapkan rasa syukurnya dengan berdoa.
“Berati saya dipercaya saya lebih mampu dari pada yang
lainnya, ya saya percaya saja mas. Yaa saya sukuri saja mas,
sesuai kemampuan saya.” Informan 1, line 187-188 “Bersyukur di kasih umur panjang bisa mencapai bisa lulus,
kadang-kadang ada yang bersyukur aku arep ngene-ngene, ada yg diungkapkan dengan nadzar. Jadi ungkapan syukur seseorang
itu berbeda-beda mas, tidak bisa diungkapkan, paling untuk pribadi sendiri, kadang-kadang bersyukur sesuai keyakinan iman
masing-
masing mas.” Informan 1, line 394-398
f. Aspek Makna Kerja yang Muncul.
Pengalaman informan yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil yang menjelang pensiun dan tidak memanfaatkan MPP
dialami sebagai pengalaman yang bersifat pribadi dan berbeda antara satu informan dengan informan yang lainnya. Pada data
penelitian yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara yang mendalam antara peneliti dengan informan menunjukkan bahwa
munculnya beberapa aspek makna kerja yang mendukung untuk menjadikan sebuah pekerjaan itu bermakna.
Munculnya aspek makna kerja yang berpusat ke orientasi instrumental pada kedua informan menjelaskan bahwa mereka
melakukan pekerjaan mereka sebagai bentuk kegiatan untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Kalo mandang gaji, itu kita gak meremehkan, nanti
kalau gak bekerja rumah siapa yang ngasih duit mas. Kita bekerja karena
beban tanggungjawab moral dan moril. Masalah hak itu nanti melekat sendirinya. Pekerjaan itulah yang harus kita tekuni,
karena itu sumber kehidupan kita. Nek ra obah ora mamah mas, itu
filsafat jawa mas, nek ora obah yo ora entuk hasil mas.” Informan 1, line 282-287
“Pengen mendapat penghasilan, hehehe… itu saja.” Informan 2, line 128
Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak bisa dipisahkan dari manusia yang lainnya. Dengan adanya lingkungan kerja dan
lingkungan masyarakat mereka dituntut untuk bergaul dan mengembangkan interaksi yang ada. Maka dari itu, aspek makna
kerja tentang relasi interpersonal muncul pada kedua informan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Kalau hak ya kalau perlu kita ambil, kaya cuti. Saya
jarang mengambil cuti, setiap tahun kita punya hak untuk ambil cuti.
Saya tidak perlu, rugi kalau ambil cuti, ya itu tadi kehilangan teman bermain. Karena kita cuti nggak ada fungsinya kita
kehilangan teman bermain, karena sudah dekat ya sok nggarapi sok bercanda-
bercandaan, kan jadi hiburan mas.” Informan 1, line 348-352
Atasan informan 1 juga berpendapat bahwa informan 1 banyak
memiliki kedekatan dengan rekan-rekan kerja dan senang bergaul dan berinteraksi.
“dia bergaulnya tidak cuma di satu seksi saja
dan juga dengan teman-teman dari seksi yang lain akrab, dan dia juga punya jiwa
sosial yang cukup tinggi dan selalu membantu.” Atasan Informan 1, line 41-44
“
Dekat dengan teman-teman kantor? Iya dekat dan akrab
semua. Kalau dirumah itu tidak ada teman atau seperti apa? Kalau tetangga biasa aja, kalau teman kantor dekat karena tiap
hari keluar, kalau lingkungan rumah sih nggak ada. Saya nggak punya teman yang dekata atau spesial banget, semua temen
spesial.” Informan 2, line 112-117
“Hubungannya oooo…
baik-baik saja, karena cuman belum punya cucu aja, jadi tambah seneng kan. Sebenernya saya
pengen momong anak yatim, tapi sulit. Untuk momongan
dirumah.” Informan 2, line 119-121
Aspek makna kerja yang muncul berikutnya pada kedua
informan adalah aspek orientasi intrinsik. Aspek ini menekankan kebutuhan individu, termasuk evaluasi kompetensi individu dan
ketertarikan terhadap pekerjaan yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dimotivasi oleh perasaan ingin mengaktualisasikan diri.
“Saya nggak pernah mas,
karena resikonya tinggi, yang biasa- biasa saja mas, sesuai dengan jalurnya saja mas, jadi nggak
muluk-muluk mas. Ingin mencapai tujuan yang paling tinngi gak ada mas. Kan sudah mau pensiun mas, ra mungkin mas. Tidak
ada mas, sudah tidak layak lagi memiliki
keinginan yang tinggi.” Informan 1, line 371-375