Evaluasi Model Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai criteria Goodness of Fit, yakni Chi-square, probability, RMSEA, GFI, TLI, AGFI, CMINDF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan Two-Step Approach to SEM. Tabel 3. Goodness of Fit Indices Godness of Fit Index Keterangan Cut-Off Value X²- Chi-square Menguji apakah covariance populasi yang di estimas sama dengan covariance sample apakah model sesuai dengan data Diharapkan kecil 1 s.d 5 atau paling baik diantara 1dan 2 Probality Uji signifikan terhadap perbedaan matriks covariance dta dan matriks covariance yang diestimasi Minimum 0,1 atau 0,2 atau ≥ 0,05 RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sampel besar ≤ 0,08 GFI Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matriks sampel yang dijelaskan oleh matriks covarians populasi yang diestimasi analog dengan R² dalam regresi berganda ≥ 0,90 AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF ≥ 0.90 CMIN DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model ≥ 0,95 CFI Uji kelayakan model yang tidak ensitive terhadap besarnya sampel dan kerumitan model ≥ 0,94 Sumber: Hair et al 1998 Keterangan: 1. X² CHI SQUARE STATISTIK Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likehood ratio chi-square ini bersifat sangat sensitive terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar lebih dari 200. Statistik chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil dan signifikan. X² bersifat sangat sensitive terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang teralalu kecil maupun yang terlalu besar. Pelangganan chi- square hanya sesuai bila ukuran sampel antara 100-200, bila ukuran luar tentang itu, uji signifikan akan menjadi kurang reliable oleh karena itu pengujian ini perlu dilengkapi dengan uji yang lain. 2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR OF APPROXIMATION RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila mode diestimasi alam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya degress of freedom. 3. GFI = GOODNESS of FIT INDEKS GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini akan menghitung proporsi terimbang dari varians dalam matriks covariance sampel yang dijelaskan oleh covariance matriks populasi yang terestimasi. GFI adalah sebuah ukuran non-statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 poor fit sampai dengan 1,0 perfect fit. Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”. 4. AGFI = ADJUST GOODNESS of FIT INDEX AGFI = GFIdf tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai yang sama dengan atau lebih besar dari 0,09. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks covariance sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterpretasikan sebagai tingkatan yang baik good overall model fit sedangkan besarnya nilai antara 0,09-0,95 menunjukkan tingkatan cukup adequate fit. 5. CMIN DF Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMINDF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Df-nya sehingga disebut X² relative. Nilai X² relative ≤ 2,0 atau bahkan ≤ 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relative yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks covariance yang diobservasikan dan diestimasi. 6. TLI = TUCKER LEWIS INDEX TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan A Very Good Fit. 7. CFI = COMPERATIF FIT INDEX Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi A Very Good Fit. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI 0,95. Keunggulan dari indeks ini besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan Relatif Non Indeks RNI. DAFTAR PUSTAKA Aaker. A, David. 1997, Managing Brand Equity. New York : The Free Press a Division of Macmillan, inc. Assael, H. 1992, Consumer Behavior and Marketing Action, 4th ed., Boston: PWS-KENT Publishing Company. Belen del Rio, Rodolfo Vasques Iglesias, 2001, “The Effect of Brand Assosiation on Consumer Response” Journal Of Consumer Marketing, Vol. 18 No. 5 Ferdinand, Augusty [2002], Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen , Penerbit BP Undip, Semarang. Hair, J.F. et. al. [1998], Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey. Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell [1996], “The Management of Customer- Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of Marketing . 60 4 : 52-70. Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran I – Edisi Kesebelas. Jakarta __________ and Armstrong, G. 2006. Principles of marketing 11th edn, New Jersey: Prentice Hall. Parasuraman, A. Valerie A. Zeithmal and L.L. Berry. 1995. A Conceptual Model of Service Quality and It’s Implications for Future Research. Journal of Marketing Service. Vol. 49 Purwanto, BM, 2003. Does Gender Moderate the Effect of Role Stress on Salespersons Internal States and Performance ? An Application of Multigroup Structural Equation Modeling [MSEM], Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan, Buletin Ekonomi FE UPN Veteran Yogyakarta . 6 8 : 1-20 Prabu Mangkunegara, Anwar. 2002. Perilaku Konsumen Edisi Revisi. Bandung : PT. Refika Aditama. Setiadi, J. 2003, Perilaku Konsumen, Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Prenada Media, Jakarta. Soehadi, A. 2005. Effective branding, Bandung: Quantum. Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen-Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran . Bogor : PT. Ghalia Indonesia Swasta, Basu, Basu dan T. Hani Handoko. 1993. Manajemen Pemasaran. Analisis Perilaku Konsumen , Edisi Pertama, Liberty, Yogyakarta. ______. 2002. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty, Yogyakarta. Sutisna, 2001, Perilaku Konsumen Komunikasi Pemasaran, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung Tabachnick B.G. and Fidel, L.S., 1996, Using Multivariate Statistics, Third Edition, Harper Collins College Publisher, New York. Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Liberty : 42. 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Sejarah Perusahaan

PT. Nestle Indonesia merupakan salah satu perusahaan investasi asing. Perusahaan ini memiliki kantor pusat di Swiss, Eropa, pertama kali didirikan oleh Henri Nestle, seorang ahli kimia Jerman yang berdomisili di Vevey, Swiss. Awalnya Henri Nestle merasa prihatin dengan tingginya angka mortalitas bayi di akhir abad 19. Dengan keprihatinannya itu, Henri Nestle berhasil menciptakan makanan pendamping bagi bayi yang tidak mendapat cukup ASI Air Susu Ibu. Produk tersebut yang selanjutnya diberi nama Farine Lactee, telah berhasil menyelamatkan banyak anak pada saat itu dan Nestle pun mendapatkan kepercayaan masyarakat. Henry Nestle kemudian memanfaatkan nama keluarganya menjadi logo perusahaannya. Dalam dialek Jerman Swiss ”Nestle” berarti sarang burung kecil litlle nest. Logo itu menjadi lambang rasa aman, kasih sayang, kekeluargaan dan tradisi. Perusahaan Nestle terus mengembangkan produk-produknya dan kemudian menjadi pelopor pada beberapa produk seperti susu kental di Eropa pada tahun 1905, susu cokelat pada 1929, kopi instan pada tahun 1938, dan lain-lain. Produk-produk Nestle telah beredar di Indonesia sejak akhir abad ke-19, dimana salah satunya adalah susu kental manis yang dikenal dengan 48 sebutan ”Tjap Nona” sekarang ”Nestle Milkmaid”. Kantor pusat Nestle di Swiss, Nestle S.A, bersama sejumlah mitra lokal mendirikan anak perusahaan di Indonesia pada bulan maret 1971. Saat ini PT. Nestle Indonesia mengoperasikan tiga pabrik yang berlokasi di daerah Tangerang Banten, Panjang Lampung, dan Kejayan Jawa Timur. Beberapa merek produk Nestle yang dipasarkan di Indonesia antara lain : susu bubuk Nestle Dancow, kopi instant Nescafe, Nestle Milo, Nestle bubur bayi, Kit Kat, Polo, dan lain-lain. Nestle Indonesia berkomitmen untuk tetap mengembangkan produk-produk melalui inovasi dan renovasi demi memuaskan kebutuhan konsumennya di seluruh Indonesia. Berbagai produk-produk baru sebagai bentuk inovasi produk telah banyak di konsumsi masyarakat Indonesia. Selain itu produk-produk dari Nestle telah menyebar hingga ke daerah pelosok-pelosok Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan produk- produk Nestle, seperti susu Dancow, dan kopi Nescafe yang banyak menjual di berbagai berbagai pedagang pengecer dan warung-warung di pinggir jalan. Kondisi pasar untuk produk-produk Nescafe sangat bersaing. Hal ini dapat dilihat dari adanya merek-merek lain yang memiliki kesamaan produk dengan Nestle, seperti produk susu, kopi instant dan makanan bayi instant. Dalam menyikapi hal tersebut, maka manajemen Nestle memiliki kemampuan inivasi produk yang sangat tinggi. Manajemen khususnya

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25