Pancasila sebagai Sumber Nilai dan Paradigma Pembangunan.

Kegiatan Pembelajaran 1 48 kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga pelaksanaannya. Nilai instrumental ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila, yang penjabarannya disesuaikan dengan perkembangan jaman, seperti penetapan GBHN, UU, struktur kelembagaan, dan sebaganya; Dari nilai instrumental Pancasila diimplementasikan dalam realitas kehidupan sehari-hari setiap warga negara, penyelenggara negara, kelompok masyarakat, organaisasi itulah dinamakan nilai praksis. nilai praktis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi pengamalan yang bersifat nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam realisasi praksis inilah penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan reformasi. Kaelan, 2003. Ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural memiliki dimensi idealistis, normatif dan realistis Dimensi idealistis dalam ideologi Pancasila adalah nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila, yaitu Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Hakikat nilai-nilai Pancasila tersebut bersumber pada filsafat Pancasila. Kadar dan idealisme yang terkandung dalam Pancasila mampu memberikan harapan optimisme serta mampu menggugah motivasi para pendukungnya untuk berupaya mewujudkan apa yang dicta-citakan. Dimensi normatif dalam ideologi Pancasila adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan dalam suatu sistem norma- norma kenegaraaan yang lebih operasional. Oleh karena itu Pancasila berkedudukan sebagai norma tertib hukum tertinggi dalam negara Indonesia. Dimensi realistis, yaitu suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu Pancasila selain memiliki dimensi nilai-nilai ideal serta normatif, Pancasila harus mampu dijabarkan dalam kehidupan masyarakat secara nyata baik dalam Modul Pelatihan SD Kelas Tinggi 49 kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelenggaraan negara. Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi terbuka tidak bersifat utopis yang hanya berisi ide-ide yang bersifat mengawang, melainkan suatu ideologi yang bersifat realistis artinya mampu dijabarkan dalam segala aspek kehidupan nyata. Secara sistem ketatanegaraan RI, nilai-nilai tersebut menjadi sumber motivasi dan landasan pembangunan nasional. Oleh itu pada hakekatnya, pembangunan nasional merupakan pengamalan dari nilai-nilai Pancasila.

8. Hubungan

Dasar Negara dengan Konstitusi. Tahun 1966 telah tercapai konsensus nasional, bahwa Pancasila sebagai dasar negara dan Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Ini berarti Pancasila ditempatkan sebagai falsafah, cita-cita bangsa Indonesia. Oleh karena itu setiap ketentuan atau peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Hubungan dasar negara Pancasila dengan konstitusi UUD 1945 dapat dikaji melalui pembukaan dan pasal-pasanya. Di dalam Pembukaan yang memuat nilai-nilai Pancasila dan mengandung pokok-pokok pikiran penjabarannya ke dalam pasal-pasal UUD 1945. Misalnya nilai dasar Ketuhanan pada pembukaan UUD 19 dinyatakan Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dijabarkan lebih lanjut ke dalam pasal-pasal UUDKonstitusi, seperti pasal 28E, 29 UUD 1945. Secara praksis diatur pelaksanaannya dalam UU dan Peraturan Pemerintahan, Surat Keputusan Bersama SKB Menteri terkait kebebasan beragama dan menganut kepercayaan. Milsanya nilai dasar persatuan, dijabarkan lebih dalam konstitusi pasal 1 ayat 1, pasal 18 ayat 1; pasal 18 B ayat 2; pasal 25A; pasal 30 ayat 1; 2 3 4 5; pasal 32 ayat 1; 2. pasal 35, pasal 36, pasal 36A; pasal 36B; pasal 37 ayat 5 Dari aturan pokok tersebut, dijabarkan ke dalam UUPerpu, PP, Keppres, dan sebagianya. Kegiatan Pembelajaran 1 50 Disimpulkan bahwa hubungan dasar negara dengan konstitusi merupakan hubungan normatif - herarkhis dan sistematis, dimana isi konstitusi merupakan jabaran lebih lanjut dari dasar negara Pancasila. a. Sikap Positif terhadap Dasar Negara dan Konstitusi negara Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, Pancasila pernah berkali- kali memperoleh ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri. Ancaman dari dalam negeri bersumber dari perilaku-perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, serta berbagai upaya yang ingin mengganti dasar negara Pancasila dengan dasar dan ideologi yang lain. Adapun ancaman dari luar negeri berupa pengaruh kehidupan serta ideologi bangsa lain. Ancaman terhadap Pancasila dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu ancaman fisik dan ancaman nonfisik. Ancaman terhadap Pancasila yang bersifat nonfisik adalah pengaruh dari paham atau ideologi komunisme dan kapitalisme. Kedua paham ini ajarannya banyak sekali bertentangan dengan jiwa dan nilai-nilai Pancasila  Pertama, Tuhan Yang Maha Esa. Ini berarti pengakuan bangsa Indonesia akan eksistensi Tuhan sebagai pencipta dunia dengan segala isinya. Tuhan sebagai kuasa prima. Oleh karena itu sebagai umat yang berTuhan, adalah dengan sendirinya harus taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.  Kedua, ialah penghargaan kepada sesama umat manusia apapun suku bangsa dan bahasanya. Sebagai umat manusia kita adalah sama dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Adil dan Beradab berarti bahwa adil adalah perlakuan yang sama terhadap sesama manusia, dan beradab berarti perlakuan yang sama itu sesuai dengan derajat kemanusiaan. Atas dasar perlakuan ini maka kita menghargai akan hak-hak asasi manusia seimbang dengan kewajiban-kewajibannya. Dengan demikian harmoni antara hak dan kewajiban adalah penjelmaan dari kemanusiaan yang adil dan beradab. Adil dalam hal ini adalah Modul Pelatihan SD Kelas Tinggi 51 seimbang antara hak dan kewajiban. Dapat dikatakan hak timbul karena adanya kewajiban.  Ketiga, bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan bangsa. Didalam persatuan itulah dapat dibina kerjasama yang harmonis. Dalam hubungan ini, maka persatuan Indonesia kita tempatkan diatas kepentingan sendiri. Pengorbanan untuk kepentingan bangsa lebih diutamakan daripada pengorbanan untuk kepentingan pribadi. Ini tidak berarti kehidupan pribadi itu diingkari. Sebagai umat yang takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, maka kehidupan pribadi adalah utama. Namun demikian tidak berarti bahwa demi kepentingan pribadi itu kepentingan bangsa dikorbankan.  Keempat, ialah bahwa kehidupan kita dalam kemasyarakatan dan bernegara berdasarkan atas sistem demokrasi. Demokrasi yang dianut adalah demokrasi Pancasila. Hal ini sesuai dengan sila keempat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratanperwakilan. Dalam rangka pelaksanaan demokrasi kita mementingkan akan musyawarah. Musyawarah tidak didasarkan atas kekuasan mayoritas maupun minoritas Sila-sila pancasila merupakan satu organis. Maksudnya, sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan majemuk tunggal yang merupakan satu kesatuan dan keutuhan. Setiap sila tidak dapat bediri sendiri dan terlepas dari sila-sila lainya.Nilai-nilai pancasila telah menyatu dalam kepribadian dan kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pancasila di terima oleh seluruh masyarakat sebagai dasar, falsafah, ideologi bangsa dan Negara. Sedemikian pentingnya peranan pancasila dalam kehidupan sehari-hari, sehubungan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, perlu kiranya semua pihak memposisikan pancasila sebagai nilai yang ter internalisasi dalam diri setiap orang yang merasa sebagai bangsa Indonesia. Baik yang ada di wilayah negara Indonesia maupun yang jauh di luar wilayah negara Indonesia. Penting juga memiliki sikap positif terhadap eksistensi Kegiatan Pembelajaran 1 52 pancasila dalam implementasinya sebagai dasar negara dan sebagai ideologi bangsa Indonesia. Adapun sikap positif terhadap pancasila di harapkan tercermin dalam seluruh segi kehidupan

9. Implementasi Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia

Wujud dari implementasi Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia yang bersifat terbuka dapat dicermati dari berbagai bentuk aturan perundangan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya, hankam, pendidikan, dan sebagainya. 1 Bidang Politik a Kebebasan berserikat dan berkumpul: perjalanan sejarah Indonesia menunjukkan dinamisnya kebijakan tentang kebebasan berserikat dan berkumpul, kita pernah menggunakan sistem multi partai, kemudian hanya dua partai, dan sekarang menjadi multi partai kembali yang dilakukan secara selektif. b Pemerintahan Daerah: mulai dari kemandirian, terkontrol, keseragaman, dan sekarang kembali menjadi mandiri kembali, baik itu dalam penentuan kepala daerah, struktur organisasi, hingga penentuan APBD. c Kedudukan Presiden: semula dari ketentuan yang ada memiliki kekuasaan yang sangat besar, sekarang harus dibagi dengan DPR. d Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat: dari semula yang hanya sebagai tukang stempel sekarang harus kreatif dan kaya inisiatif. e Konstitusi: dari yang semula tidak bisa dikutak-kutik, sekarang menjadi relatif mudah, sehingga dalam kurun waktu tidak lebih dari lima tahun sudah mengalami empat 4 kali perubahan amandemen. Bahkan daerah memiliki kewenangan yang diakui keberadaannya untuk menentukan aturan perundangan yang sifatnya lokal. 2 Bidang Ekonomi a Bidang ekonomi muncul konsep ekonomi kerakyatan