Modul Pelatihan SD Kelas Tinggi
11
Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945yang bermuara pada terbentuknya watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Watak dan peradaban bangsa yang bermartabat tersebut merupakan modal dasar dan determinan dalam
memperkokoh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI yang ber-Bhinneka tunggal Ika. Oleh karena itu entitas utuh watak dan peradaban
bangsa yang bermartabat ini memerlukan pembentukannya harus dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi keterpaduan konsep moral moral
reasoning, perasaansikap moral moral feeling, dan perilaku moral moral behavior ber-Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Dengan demikian pula
kita dapat menegaskan kembali bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu bentuk mata pelajaran yang mencerminkan konsep,
strategi, dan nuansa confluent education, yakni pendidikan yang memusatkan perhatian dan komit pada pengembangan manusia Indonesia
seutuhnya. Karena itu pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu unsur perekat bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
Substansi Materi dan Peta Kompetensi PPKn a. Pancasila, sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
b. UUD 1945 sebagai hukum dasar yang menjadi landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
c. Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai bentuk final Negara Republik Indonesia
d. Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam keberagaman yang
kohesif dan utuh Indonesia dalam pergaulan antarbangsa
3. Pancasila sebagai Pedoman Hidup, sebagai Pandangan Hidup dan
Budaya Bangsa
Dalam pandangan hidup terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh sesuatu bangsa, terkandung pikiran yang dianggap
baik atau nilai-nilai yang dimiliki bangsa itu dan diyakini kebenaranya, yang berdasarkan pengalaman sejarah dan yang telah menimbulkan tekad pada
Kegiatan Pembelajaran 1
12
bangsa itu untuk mewujudkanya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pandangan hidup suatu bangsa merupakan masalah yang sangat asasi
bagi kekokohan dan kelestarian suatu bangsa. Negara Republik Indonesia memang tergolong muda dalam barisan Negara-negara lain di dunia. Tetapi
bangsa Indonesia lahir dari sejarah dan kebudayaan yang tua, melalui gemilangnya Kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan Mataram. Kemudian
mengalami penderitaan penjajahan sepanjang tiga setengah abad, sampai akhirnya bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya pada
tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kembali kemerdekaan nasionalnya sama tuanya dengan sejarah
penjajahan itu sendiri. Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang merupakan hasil antara proses sejarah di masa
lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita hidup di masa yang akan datang, yang secara keseluruhan membentuk kepribadianya sendiri. Oleh karena itu
bangsa Indonesia lahir dengan kepribadianya sendiri, yang bersamaan dengan lahirnya bangsa dan Negara itu, kepribadian itu ditekankan sebagai
pandangan hidup dan dasar Negara Pancasila.
Bangsa Indonesia lahir dengan kekuatan sendiri, maka percaya pada diri sendiri juga merupakan salah satu ciri kepribadian bangsa Indonesia. Karena
itulah, Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah melalui proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjungan
bangsa kita sendiri, dengan melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami oleh bangsa kita dan gagasan-gagasan besar bangsa kita sendiri.
Karena pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai Dasar Negara yang mengatur
hidup ketatanegaraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam tiga buah UUD
yang pernah kita miliki yaitu dalam pembukaan UUD 1945, Pada pembahasan berikut akan di awali dengan menguraikan nilai juang
dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
Modul Pelatihan SD Kelas Tinggi
13
a. Nilai-Nilai Juang Dalam Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar
Negara
Values atau nilai- nilai merujuk kepada sesuatu objek , tapi bukan objek
itu sendiri, melainkan sesuatu yang melekat pada suatu objek. Manusia baik, merujuk manusia, tapi tidak berhenti pada subjek , melainkan sifat-
sifat subjek, kualitas subjek. Nilai-nilai adalah sifat atau kualitas yang
melekat pada objek, nilai-nilai merupakan realita yang tersembunyi di balik objek metafisika. Nilai-nilai ada sebab ada kenyataan-kenyataan di
baliknya, sesuatu yang bernilai, sesuatu yang berharga kualitas. Melakukan penilaian menilai berarti membuat atau melakukan proses
menimbang, membuat pertimbangan sebelum membuat keputusan judgement. Keputusan sebagai hasil mempertimbangkan subjek
penilai terhadap objek tentu saja sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang ada pada subjek, unsur jasmani, rasio cipta, karsa wiil, moral,
dan rasa estetika, religiusitas iman, kepercayaan, subjek. Bernilai atau tidak suatu objek apabila sesuatu itu berguna, berharga, benar, indah,
baik dan sebagainya, menurut subjek yang menilai. Perlu dicatat bahwa dalam nilai-nilai terkandung cita-cita ide, harapan,
keharusan das sollen. Ada tali-temali yang tidak dapat dipisahkan antara das sollen cita-cita itu dengan das sein realita . Keinginan
untuk mewujudkan cita-cita menjadi kenyataan, sesuatu yang normatif
menjadi perbuatan real sehari-hari itulah yang akan menentukan kualitas subjek manusia sistem etika filsafat moral menunjukkan bahwa tidak
ada pandangan tunggal tentang nilai-nilai. Bergantung subjek dan sudut pandang yang digunakan dalam memandang harga suatu objek dalam
hubungannya dengan subjek. Kaum Hedonis memandang yang berharga
yang sanggup memberikan kenikmatan kaum Utilitaris menganggap yang bernilai yang memberikan kegunaan bagi banyak orang. Kaum Eudemonis
menganggap kebahagiaan sebagai sesuatu yang bernilai dan berupaya diwujudkan melalui perbuatan utama . Kaum Deontologis menganggap
yang berharga adalah berbuat sesuatu sebagai suatu kewajiban. Kaum
Kegiatan Pembelajaran 1
14
Teologis yang berharga jika mematuhi dan menjauhi norma ke Illahian. Kaum Vitalistik menganggap yang bernilai apabila memiliki kemampuan
pengendalian diri. Kaum Materialis mengangggap harga manusia diukur dari kepemilikan harta dunia materi, pendek kata sangat variatif dan
tidak bermakna tunggal. Max Scheler berpendapat bahwa nillai-nilai itu merupakan hierarkhi. Ada
tingkatan-tingkatan kualitas nilai-nilai. Posisi suatu nilai dapat dikatagorikan dalam nilai-nilai tinggi, nilai-nilai lebih rendah, berharga
dan kurang berharga. Nilai-nilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan, sebagai berikut :
1 Nilai-nilai Kenikmatan 2 Nilai-nilai
yang menimbulkan
rasa senang
ataupun tidak
menyenangkan, menimbulkan rasa suka atau menderita. 3 Nilai-nilai Kebudayaan
4 Nilai-nilai yang penting dalam kehidupan, seperti : kesehatan, kesejahteraan umum, ketertiban lingkungan.
5 Nilai-nilai Kejiwaan 6 Nilai-nilai keindahan, kebenaran, kejujuran, kesetiaan.
7 Nilai-nilai Kerokhanian 8 Nilai tertinggi dalam kehidupan, nilai-nilai yang lazimnya bersifat
pribadi personal tentang yang suci dan tidak suci. Notonegoro, guru besar UGM membagi nilai-nilai menjadi tiga macam,
yaitu: a Nilai Material
b Segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia, nilai-nilai yang mengakomodasi kebutuhan phisik-jasmani manusia.
c Nilai Vital d Segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam mengadakan
aktivitas dalam kehidupan. e Nilai Kerokhanian