7
BAB II KAJIAN TEORI
Pada bab ini peneliti akan membahas empat poin antara lain landasan teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis.
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pendidikan Inklusi
2.1.2.1 Pengertian Pendidikan Inklusi
Pendidikan  inklusi  menurut  Subini  2014:50  adalah  kebersamaan untuk  memperoleh  pelayanan  pendidikan  dalam  satu  kelompok  secara  utuh
bagi  seluruh  anak  berkebutuhan  khusus  usia  sekolah,  mulai  dari  tingkat  TK, SD,  SMP  atau  SLTP,  hingga  SMASMK  sederajat.  Pendidikan  inklusif
merupakan  konsep  pendidikan  yang  tidak  membeda-bedakan  latar  belakang kehidupan  anak  karena  keterbatasan  fisik  maupun  mental  Ilahi  2013:  23.
Sementara  itu,  O’  Neil    dalam  Ilahi,  2013:  27  berpendapat  bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan mempersyaratkan agar
semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama dengan teman seusianya.
Dari  ketiga  pendapat  para  ahli  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa pendidikan  inklusi  merupakan  pendidikan  yang  diperuntukan  untuk  anak-
anak  tanpa  memandang  latar  belakang  anak  tersebut,  baik  latar  belakang mental  maupun  fisik.  Dan  anak  yang  memiliki  kebutuhan  khusus  nantinya
akan  dilayani  di  kelas-kelas  reguler  dengan  anak-anak  sesusianya  tanpa membeda-bedakan antara satu dengan yang lain.
Dari  penjabaran  di  atas  maka  yang  perlu  dilayani  dalam  sekolah inklusi  ialah  anak  dengan  kebutuhan  tidak  khusus  dan  anak  yang
berkebutuhan  khusus.  Menurut  Alwi  2002:2  anak  berkebutuhan  khusus diartikan  tidak  sesuai  dengan  keadaan  yang  biasa,  mempunyai  kelainan  dan
tidak  normal.  Sedangakan  dalam  bukunya  Wiyani  2014:17    berpendapat bahwa  anak  berkebutuhan  khusus  disebut  juga  heward    adalah  anak  dengan
kepemilikan  karakteristik  khusus  yang  berbeda  dengan  anak  lainnya  pada umumnya  menunjukan  pada  ketidakmampuan  mental,  emosi,  atau  fisik.
Penyandang tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar,  gangguan  perilaku,  anak  berbakat,  dan  anak  dengan  gangguan
kesehatan  masuk  dalam  kategori  anak  berkebutuhan  khusus.  Sedangkan Thompson 2010:2 menyatakan bahwa istilah ABK merujuk pada anak yang
memiliki  kesulitan  belajar  yang  membuatnya  lebih  sulit  untuk  belajar  atau mengakses  pendidikan  dibanding  kebanyakan  anak  seusianya.  Selain  itu
Cahya  2013:5  juga  mengemukakan  anak  berkebutuhan  khusus  ialah  anak yang  dalam  proses  pendidikannya  memerlukan  pelayanan  yang  spesifik,
berbeda  dengan  anak  pada  umumnya.  Anak  berkebutuhan  khusus  ini mengalami  hambatan  dalam  belajar  dan perkembangannya  atau  dengan  kata
lain anak dengan masalah belajar. Dari  penjelasan  diatas  anak  berkebutuhan  khusus  ialah  mereka  yang
dalam  proses  belajar  atau  pendidikan  memerlukan  pendampingan  dari  orang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lain  atau  tenaga  pendidikan  khusus.  Adapun  beberapa  jenis  dari  anak berkebutuhan  khusus  antar  lain  anak  dengan  gangguan  penglihatan
tunanetra,  anak  dengan  gangguan  pendengaran  tuna  rungu,  anak  dengan gangguan  intelektual  tuna  grahita,  anak  dengan  gangguan  gerak  anggota
tubuh  tuna  daksa,  anak  dengan  gangguan  perilaku  atau  emosi  tuna  laras, anak  berbakat  istimewa  gifted,  anak  lamban  belajar    slow  learner,  anak
berkesulitan belajar spesifik disleksia, disgrafia, diskalkulia, anak autis, dan anak  ADHD.  Berikut  ini  merupakan jenis-Jenis  Anak  Berkebutuhan  Khusus
menurut Cahya 2013:11: a
Anak  dengan  gangguan  penglihatan  tunanetra,  ialah  anak  yang mengalami  gangguan  daya  penglihatan  sedemikian  rupa,  sehingga
membutuhkan  layanan  khusus  baik  dalam  pendidikan  maupun kehidupan  sehari-hari.  Karakteristik  dari  anak  tunanetra  ialah
mereka  tidak  bisa  melihat  sering  meraba  bahkan  tersandung  saat berjalan.
b Anak  dengan  gangguan  pendengaran  tuna  rungu  adalah  anak
kehilangan  seluruh  atau  sebagian  daya  pendengarannya  sehingga mengalami  gangguan  dalam  berkomunikasi  secara  verbal.
Karakteristik  dari  anak  tuna  rungu  mereka  tidak  bisa  mendengar, mereka terhambat dalam perkembangan bahasa, mereka juga tidak
memiliki reaksi terhadap bunyi, saat berbicara sering menggunakan isyarat,  kurang  tanggap  saat  diajak  berkomunikasi,  dan  uacapak
kata tidak jelas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c Anak dengan gangguan intelektual tuna grahita merupakan anak
yang  secara  nyata  mengalami  hambatan  dan  keterbelakangan perkembangan  mental  intelektual  di  bawah  rata-rata  sehingga
mengalami  kesulitan  dalam  penyelesaian  tugas-tugas  yang diberikan padanya. Anak dengan tunagrahita memiliki karakteristik
antara  lain  keterhambatan  fungsi  kecerdasan  secara  umum  atau dibawah  rata-rata,  ketidak  mampuan  dalam  berperilaku  sosial
adaptif,  hambatan  perilaku  sosialadaptif  yang  terjadi  sampai  usia 18 tahun.
d Anak  dengan  gangguan  gerak  anggota  tubuh  tuna  daksa  adalah
anak  yang  mengalami  kelainan  atau  cacat  yang  menetap  pada anggota  gerak  tulang,  sendi,  otot.  Mereka  mengalami  gangguan
gerak karena kelayuan otot, atau gangguan fungsi syaraf otak atau disebut  Cerebral  PalsyCP.  Anak  dengan  gangguan  gerak  anggota
tubuh  atau  sering  disebut  tuna  daksa  biasanya  memiliki karakteristik  seperti  jari  tangan  kaku  atau  tidak  dapat
menggenggam  terdapat anggota  gerak  yang  tidak  lengkap  ataupun ukurannya lebih kecil dari biasanya, serta anggota gerak layu, kaku,
lemah lumpuh. e
Anak  dengan  gangguan  perilaku  dan  emosi  tuna  laras  bisa dikatakan  sebagai  anak  yang  berperilaku  menyimpang  baik  pada
taraf sedang, berat, dan sangat berat. Gangguan perilaku ini terjadi pada anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya perkembangan
emosi dan sosial atau keduanya sehingga dapat merugikan dirinya sendiri  maupun  orang-orang  yang  ada  di  sekitarnya.  Gangguan
perilaku  ini  biasanya  terjadi  pada  usia  anak  dan  remaja.  Anak dengan  tuna  laras  ini  baiasanya  membangkang,  mudah  tersulut
emosinyaemosional,  sering  melakukan  tidakan  yang  merusak, sering  bertindak  melanggar  norma  sosial,  persati  belajar  dan
motivasi  belajar  rendah,  serta  sering  membolos  atau  jarang  masuk sekolah.
f Anak  dengan  bakat  istimewa  gifted  ialah  anak  yang  memiliki
potensi  kecerdasan,  kreativitas,  dan  tanggung  jawab  pada  tugas  di atas  anak-anak  seusianya  sehingga  untuk  mengoptimalkan
potensinya  diperlukan  pelayanan  pendidikan  ynag  khusus.  Anak dengan  bakat  istimewa  biasanya  memiliki  karakteristik  seperti
memiliki  perbendaharaan  kata  yang  sangat  luas,  memiliki  rasa ingin tahu yang tinggi, senang mengutarakan pendapatnya, mampu
memberi  alasan  yang  logis  dan  kritis,  serta  mampu  berkonsentrasi dalam waktu yang panjang atau lama.
g Anak  lamban  belajar  slow  learner  adalah  anak  yang  memiliki
potensi  kecerdasan  sedikit  di  bawah  anak  normal.  Namun  mereka tidak termasuk dalam anak tuna grahita. Anak dapat dikategorikan
sebagai anak slow learner ini biasanya rata-rata prestasinya rendah, saat  menyelesaikan  tugas-tugas  akademik  yang  diberikan  sering
terlambat  bila  dibandingkan  dengan  teman  seusianya,  dan  daya tangkap terhadap materi pelajara yang diberikan lambat.
h Anak  autis  ialah  anak  yang  memiliki  dunianya  sendiri  atau  anak
yang  hidup  dalam  dunianya.  Anak  autis  cenderung  mengalami hambatan  dalam  interaksi,  komunikasi,  dan  perilaku  sosial.  Anak
autis  dapat  dilihat  dari  perilaku  mereka  yang  sering  berkata  tanpa arti,  sering  menirukan  perkataan  orang  lai  secara  spontan,
ketertarikan dengan benda mati lebih tinggi dibanding orang, serta minat terhadap objek tertentu sangat luar biasa atau tidak lazim.
i Anak berkesulitan belajar spesifik
Anak berkesulitan belajar ialah individu yang mengalami gangguan dalam  proses  psikologi  dasar,  kurang  berfungsinya  sitem  saraf
pusat,  atau  gangguan  dalam  kegagalan-kegagalan  nyata  dalam: pemahaman,  gangguan  mendengar,  berbicara,  membaca,  mengeja,
berpikir, menulis, berhitung, atau keterampilan sosial. Anak dengan kesulitan  belajar  spesifik  dapat  berupa  kesulitan  belajar  membaca
disleksia,  kesulitan  belajar  menulis  disgrafia,  atau  kesulitan belajar  berhitung  diskalkulia.  Anak  dengan  esulitan  belajar
membaca atu sering disebut disleksia memiliki karakteristik seperti kesulitan  dalam  membedakan  bentuk,  kemampuan  dalam
memahami  isi  sebuah  bacaan  sangat  rendah,  sering  melakukan kesalahan  saat  membaca.  Sedangakan  anak  yang  mengalami
kesulitan  menulis  atau  sering  disebut  disgrafia  memiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karakteristik  sangat  lamban  dalam  menyalin  tulisan  yang  tersedia, sering salah menulis huruf b dengan p, b dengan q, v dengan u, 2
enga 5, 6 dengan 9, dan sebagainya, tulisan  yang dihasilkan jelek dan cenderung tidak terbaca, dan sering nenulis huruf dengan posisi
terbalik,  serta  sulit  nenulis  lurus  pada  kertas  tak  bergaris. Sedangakan  anak  dengan  kesulitan  belajar  berhitung  mereka
memiliki karakteristik sulit membedakan tanda-tanda +,  -, x,  :, , ,=,  sulit  mengoperasikan  hitungan  bilangan,  sering  salah  dalam
membilang  berurutan,  sering  salah  membedakan  angka,  dan  sulit membedakan bangun geometri.
j Anak  ADHD    Attention  Defisit  Hyperactivity  Disorders  adalah
anak  yang  mengalami  gangguan  perkembangan  yang  ditandai dengan  sekumpulan  masalah  berupa  gangguan  pengendalian  diri,
masalah perhatian,
hiperaktivitas dan
implusivitas, yang
menyebabkan  kesulitan  berperilaku,  berpikir,  dan  mengendalikan emosi.  Anak  dengan  ADHD  biasaya  serinng  menggeliat  jika
duduk,  sulit  berkonsentrasi  dan  duduk  untuk  waktu  yang  cukup lama,  sering  lari-lari  dimana  hal  tersebut  tidak  pantas  dilakukan
saat  itu,  sering  berbicara  berlebihan,  serta  perhatiannya  mudah terganggu jika ada suara atau cahaya dari tempat lain.
Dari  penjelasan  diatas  anak  berkebutuhan  khusus  ialah mereka  yang  dalam  proses  belajar  atau  pendidikan  memerlukan
pendampingan  dari  orang  lain  atau  tenaga  pendidikan  khusus. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Adapun  beberapa  jenis  dari  anak  berkebutuhan  khusus  antar  lain anak  dengan  gangguan  penglihatan  tunanetra,  anak  dengan
gangguan  pendengaran  tuna  rungu,  anak  dengan  gangguan intelektual  tuna  grahita,  anak  dengan  gangguan  gerak  anggota
tubuh  tuna  daksa,  anak  dengan  gangguan  perilaku  atau  emosi tuna laras, anak berbakat istimewa gifted, anak lamban belajar
slow  learner,  anak  berkesulitan  belajar  spesifik  disleksia, disgrafia, diskalkulia, anak autis, dan anak ADHD
2.1.2.2 Tujuan Pendidikan Inklusi