Analisis Hasil Angket HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

yang diampu terdapat siswa yang ABK. Teknis pengumpulan kuesioner diterima oleh peneliti sesuai dengan tanggal dan hari yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Dari 10 sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman yang menjadi sampel dalam penelitian ini, ada sebanyak 30 guru yang diminta mengisi kuesioner. Semua guru yang di dalam kelasnya terdapat siswa ABK mengisi kuesioner yang telah diberikan oleh peneliti. Kuesioner yang dibagikan oleh peneliti sebanyak 30 buah kuesioner dan koesioner yang kembali sebanyak 30 buah kuesioner. Hal tersebut menunjukan bahwa kuesioner yang kembali sebanyak 100.

4.2 Analisis Hasil Angket

Dari angket yang telah diserahkan pada 30 responden yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini maka didapat hasil sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Bentuk Metode Pengajaran yang Digunakan Guru di Sekolah Dasar Inklusi se-Kabupaten Sleman Aspek Indikator No Ite m Jml Presentasae Ya Td k Ya Ti d ak Metode Pengajaran Langsung 1. Memberikan latihan dengan bimbingan 1 29 1 96,6 3,3 2 29 1 96,6 3,3 2. Penyampaian materi 3 28 2 93,3 6,6 4 28 2 93,3 6,6 3. Memberikan umpan balik 5 27 3 90 10 Metode Pengajaran Tak Langsung 1. Guru sebagai fasilitator 6 28 2 93,3 6,6 2. Berpusat pada siswa. 7 28 2 93,3 6,6 Latihan Mandiri 1. Memfasilitasi siswa untuk dapat bekerja mandiri. 8 27 3 90 10 9 29 1 96,6 3,3 2. Melatih siswa untuk berlatih sejumlah kecil keterampilan. 10 28 2 93,3 6,6 3. Memberi latihan agar siswa dapat memperkembang kan kemampuan. 11 28 2 93,3 6,6 12 28 2 93,3 6,6 Scaffolding 1. Mengatur tingkat kesulitan materi pelajaran. 13 28 2 93,3 6,6 2. Memanfaatkan model pembelajaran yang beragam. 14 29 1 96,6 3,3 3. Melatih tanggung jawab. 15 29 1 96,6 3,3 Dari tabel 4.1 di atas maka dapat dijabarkan sebagai berikut. Pada item 1, dari 30 guru ada 29 guru 96,6 yang menjawab “ya” dan 1 guru 3,3 yang menjawab “tidak” untuk pernyataan mengajukan pernyataan untuk mengetahui tingkat pemahaman. Pada item 2, dari 30 guru ada 29 guru 96,6 yang menjawab “ya” dan 1 guru 3,3 menjawab “tidak” pada item pernyataan mengkoreksi kesalahan konsep pada siswa. Sangatlah perlu memberikan koreksi kepada siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI apabila menjawab salah. Namun dari hasil angket, masih ada 1 guru 3,3 yang menjawan “tidak”. Pada item 3, ada 28 guru 93,3 yang menjawab “ya” dan 2 guru 6,6 menjawab “tidak” pada pernyataan memberikan contoh konkret dalam menyoroti poin-poin penting dalam pembelajaran. Pada item 4, ada 28 guru 93.3 yang menjawab “ya” dan 2 guru 6.6 yang menjawab “tidak” pada pernyataan menggunakan metode demonstrasi saat penyampaian materi pembelajaran. Pada item 5, dari 30 guru ada 27 90 guru yang menjawab “ya” dan 3 guru 10 yang menjawab “tidak” pada pernyataan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan. Pada item 6 ada 28 guru 93,3 yan g menjawab “ya” dan 2 guru 6,6 yang menjawab “tidak” pada pernyataan membimbing siswa memecahkan masalah yang ditemukan dalam pembelajaran. Pada item 7, dari 30 guru ada 28 93,3guru yang menjawab “ya” dan 2 6,6 guru yang menjawab “tidak” pada pernyataan mengajak siswa aktif dalam pembelajaran. Dalam metode pengajaran tidak langsung, proses pembelajaran berpusat pada siswa, jadi siswa menemukan dan berusaha memecahkan masalah yang ia temukan dalam pembelajaran sehingga siswa memang harus aktif, sedangkan guru sebagai fasilitator membantu siswa untuk terlibat aktif. Pada item 8 ada 27 guru 90 yang menjawab “ya” dan 3 guru 10 yang menjawab “tidak” pada pernyataan memberikan latihan di setiap akhir pelajaran yang harus dikerjakan secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mandiri. Masih ada 3 guru 10 yang tidak memberikan latihan bersifat mandiri, mungkin guru memberikan latihan bersifat kelompok. Pada item 9 ada 29 guru 96,6 yang menjawab “ya” dan 1 guru 3,3 yang menjawab “tidak” pada pernyataan mendorong siswa untuk bersemangat mengerjakan tugas tanpa bantuan guru teman. Dalam hal ini, guru memberikan dorongan kepada siswa untuk berlatih secara mandiri tanpa bantuan guru teman lain, tetapi masih ada 1 guru 3,3 yang tidak memberikan dorongan kepada siswa untuk mengerjakan secara mandiri. Pada item 10, dari 30 guru ada 28 guru 93,3 yang menjawab”ya” dan 2 guru 6,6 yang menjawab “tidak” pada pernyataan memberikan latihan sederhana sesuai dengan keterampilan siswa. Masih ada 2 guru 6,6 yang tidak memberikan latihan sederhana sesuai keterampilan siswa. Pada item 11, ada 28 guru 93,3 yang menjawab “ya” dan 2 guru 6,6 yang menjawab “tidak” pada pernyataan memberi tugas kepada siswa untuk memperkembangkan kemampuannya. Pada item 12, ada 28 guru 93,3 yang menjawab “ya” dan 2 guru 6,6 yang menjawab “tidak” pada pernyataan memberikan latihan tambahan agar siswa dapat meningkatkan kemampuannya. Dari hasil angket, masih ada 2 guru 6,6 yang tidak memberikan latihan tambahan kepada siswa. Pada item 13, ada 28 guru 96.6 yang menjawab “ya” dan 2 guru 6,6 menjawab “tidak” pada pernyataan menyusun materi pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus. Namun ada 2 guru 6,6 yang menyusun materi tidak berdasarkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kemampuan siswa berkebutuhan khusus. Pada item 14, ada 29 guru 96,6 yang menjawab “ya” dan 1 guru 3,3 menjawab “tidak” pada pernyataan menggunakan model pembelajaran yang cocok dengan kemampuan siswa. Pada item terakhir yaitu nomor 15, dari 30 guru, ada 29 guru 96,6 yan g menjawab “ya” dan 1 guru 3,3 menjawab “tidak” pada pernyataan membantu siswa adar dapat mengumpulkan tugas tepat waktu.

4.3 Hasil Penelitian