Perlindungan Hak Kesehatan Narapidana Menurut Hukum Islam

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA PEMUDA

TANGERANG DAN KASUS PELANGGARAN HAK NARAPIDANA

A. Deskripsi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Pemuda Tangerang

Lembaga Pemasyarakatan Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, pada tanggal 16 Desember 1983 Nomor: M.03.UM.01.06 Tahun 1983 tentang penetapan Lembaga Pemasyarakatan tertentu sebagai Rumah Tahanan Negara. Dalam lampiran II Surat Keputusan tersebut Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang di samping ditetapkan sebagai Lapas dan juga sebagian ruangannya ditetapkan sebagai Rumah Tahanan Negara Rutan. Seperti diketahui bahwa Lapas merupakan tempat untuk melakukan pembinaan terhadap pelanggaran hukum yang sudah diputus oleh Hakim dan sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Sedangkan Rutan merupakan tempat yang diperuntukkan bagi pelanggar hukum yang masih dalam proses peradilan baik dalam tahapan penyidikan, penuntutan, ataupun mereka yang masih dalam proses pemeriksaan di pengadilan. Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pemasyarakatan tanggal 26 Juni 1985 Nomor E PS 01 10 10-116 tentang penempatan narapidana Anak Negara dan Anak Sipil, dinyatakan bahwa narapidana dewasa adalah narapidana yang berumur lebih dari 21 tahun. Narapidana pemuda adalah mereka yang berumur antara 18 tahun sampai 21 tahun. Sedangkan berdasarkan Surat Kepala Kantor 49 Wilayah Departemen Kehakiman Wilayah VII DKI Jaya tanggal 18 Februari 1984 Nomor: W7.A.UM.01.06.923.84, Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang juga dijadikan tempat penampungan narapidana yang berusia maksimal 27 tahun. Namun penempatan tersebut pada saat ini tidak dapat dilaksanakan secara kaku, karena pada akhir-akhir ini ada kecenderungan makin meningkatnya jumlah penghuni di wilayah Banten, sehingga Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang oleh Pimpinan Wilayah difungsikan sebagai Lapas penyangga dari adanya kecenderungan over kapasitas. Di samping itu, apabila terjadi keributan di Lapas Cipinang, Rutan Salemba, dan Lapas Kelas 1 Tangerang kecenderungan pada saat pasca reformasi tahun 1998, maka Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang juga dijadikan Lapas yang menampung narapidana yang terlibat dalam keributan tersebut. Akibatnya fungsi sebagai Lapas yang khusus menampung dan membina narapidana pemuda, sudah tidak murni lagi. Hal ini diperkuat lagi dengan ditetapkannya Lapas Pemuda sebagai Rutan yang notabene tidak mengenal pengklasifikasian yang ditinjau dari aspek umur.

B. Keadaan Bangunan

Bangunan Lapas Kelas IIA Pemuda Tangerang dibuat tahun 1924 dan diselesaikan pada tahun 1927. Bangunan ini didirikan di areal tanah seluas 385.420m 2 , dengan luas tanah bangunan sebesar 28.610 m 2 dan luas bangunan sebesar 10.312 m 2 . Bentuk bangunan model kipas, yang terdiri dari 6 enam blok yaitu blok A, blok B, blok C, blok D, blok E, blok F sebanyak 120 kamar yang sudah direnovasi dengan kapasitas 1356 orang. Sistem penguncian menggunakan sistem gerendel dengan satu gembok kunci. Dilihat dari fungsinya sistem penguncian yang demikian sangat efektif untuk mencegah adanya pengeluaran penghuni secara tidak sah pada malam hari, karena apabila seorang petugas ingin mengeluarkan satu orang penghuni maka resikonya akan membuka semua pintu kamar. Dengan demikian resiko yang akan diambil oleh seorang petugas pun akan sangat berat. Selama ini seluruh bangunan telah mengalami renovasi masing-masing blok pada tahun anggaran: 19891990, 19941995, 19992000, 2007, 2008, dan 2009.

C. Tinjauan Historis

1. Pada tahun 1927-1942 oleh Pemerintah Hindia Belanda ditetapkan sebagai tempat pemenjaraan bagi pemuda bangsa Belanda maupun pribumi, dengan sebutan Jeugd Gevangenis 2. Pada tahun 1942-1945 oleh pemerintah Jepang dijadikan tempat pelaksanaan pidana dengan sebutan Keimusho Shikubu 3. Pada tahun 1946-1948 oleh Pemerintah Belanda Palang Merah NICA digunakan sebagai tempat penampungan pengungsi Cina Pendalaman 4. Pada tahun 1984-1950 oleh Pemerintah Indonesia dijadikan tempat untuk pelaksanaan pemenjaraan bagi pemuda dengan sebutan Jeughd Gevangenis 5. Pada tahun 1950-1964 oleh Pemerintah Indonesia dijadikan tempat untuk pelaksanaan pidana penjara untuk pemuda dengan sebutan Rumah Penjara Anak-anak 6. Pada tahun 1964-1965 oleh Pemerintah Indonesia dijadikan tempat pelaksanaan pemasyarakatan pemuda dengan sebutan Lembaga Pemasyarakatan Khusus Pemuda. 7. Pada tahun 1965-1979 oleh Pemerintah Indonesia dijadikan tempat pemidanaan narapidana pemuda dan Pusat Rehabilitasi Tahanan G.30.SPKI. Dengan sebutan Lembaga Pemasyarakatan Khusus Pemuda. 8. Pada tahun 1979-1984 Pemerintah Indonesia dijadikan tempat pelaksanaan pemasyarakatan untuk pemuda sebutan Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Pemuda Tangerang. 9. Pada tahun 1984-sekarang oleh Pemerintah Indonesia dijadikan tempat pelaksanaan pemasyarakatan untuk pemuda merangkap sebagai Rumah Tahanan Negara Tangerang dengan sebutan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Pemuda Tangerang.

D. Tugas Pokok dan Fungsi

1. Lapas mempunyai tugas melaksanakan pemasyarakatan narapidanaanak didik dan melaksanakan tugas perawatan tahanan. 2. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Lapas mempunyai beberapa fungsi yaitu: a. Melakukan pembinaan narapidanaanak didik;

Dokumen yang terkait

Harga Diri Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Tanjung Gusta Medan

26 227 125

Implementasi pembinaan narapidana di lembaga pemasyarakatan jember berkaitan dengan hak-hak narapidana berdasarkan uu.12 tahun 1995 (Tentang Pemasyarakatan)

0 18 101

Perlindungan hak kesehatan narapidana dalam pandangan hukum positif dan hukum pidana islam di lembaga pemasyarakatan kelas IIA pemuda Tangerang : analisis yuridis uu no 12 tahun 1995

1 8 0

PEMENUHAN HAK-HAK NARAPIDANA SELAMA MENJALANI MASA PIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA YOGYAKARTA.

0 3 15

SKRIPSI PEMENUHAN HAK-HAK NARAPIDANA SELAMA MENJALANI MASA PIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA YOGYAKARTA.

0 4 11

PENDAHULUAN PEMENUHAN HAK-HAK NARAPIDANA SELAMA MENJALANI MASA PIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA YOGYAKARTA.

0 2 16

PENULISAN HUKUM/ SKRIPSI KERUSUHAN NARAPIDANA DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta).

0 3 14

ANALISIS YURIDIS TERHADAP BENTUK PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN (Studi Kasus Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo).

0 0 91

ANALISIS KEDUDUKAN HUKUM NARAPIDANA PENDERITA HIVAIDS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA PANGKALPINANG SKRIPSI

0 0 15

ANALISIS YURIDIS TERHADAP BENTUK PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN (Studi Kasus Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo) SKRIPSI

0 0 53