Metode Penelitian Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Yuyun Kurniasari, 2014 Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3 Desain Proses Pembelajaran Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol - Pretest - Kegiatan Pembelajaran dengan Perlakuan: 1. Pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan terpadu 2. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menyajikan satu tema 3. Siswa belajar IPS Terpadu dengan melakukan diskusi kelompok 4. Latihan soal dan evaluasi sesuai tema 5. Guru menutup pembelajaran - Posttest - Pretest - Kegiatan Pembelajaran: 1. Pembelajaran IPS dengan kajian materi IPS secara terpisah-pisah 2. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menyajikan satu Kompetensi Dasar 3. Siswa belajar IPS secara terpisah dengan melakukan diskusi kelompok 4. Latihan soal dan evaluasi melalui LKS 5. Guru menutup pembelajaran -Posttest - Kuesioner

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian eksperimen kuasi, karena mengujicobakan perlakuan pembelajaran IPS Terpadu di dalam kelas. Dalam penelitian ini, unsur manipulasi perlakuan yaitu pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu yang dilakukakn peneliti untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh pembelajaran IPS Terpadu dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pembelajaran bermakna pada siswa. Yuyun Kurniasari, 2014 Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Penelitian ini menggunakan eksperimen kuasi karena penelitian yang dilakukan tidak memungkinkan untuk meneliti semua variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat karena keterbatasan waktu maupun biaya.

D. Definisi Operasional

Sesuai dengan judulnya, maka variabel yang akan diteliti adalah pendekatan terpadu dalam pembelajaran IPS, berpikir kritis dan pembelajaran bermakna. Berikut akan diuraikan definisi operasional yang terkait dengan variabel-variabel penelitian yang akan diteliti.

1. Pembelajaran IPS Terpadu

Pembelajaran IPS Terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik Kemdikbud, 2013:126. Pada pembelajaran IPS Terpadu, program pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Kompetensi Dasar IPS di tingkat Sekolah Menengah Pertama SMP, meliputi bahan kajian: sosiologi, sejarah, geografi, dan ekonomi. Bahan kajian itu menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS.

2. Berpikir Kritis

Menurut Ennis 1992, berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir yang terjadi pada seseorang serta bertujuan untuk membuat keputusan- keputusan yang rasional mengenai sesuatu yang dapat ia yakini kebenarannya. Keterampilan-keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan-kemampuan pemecahan masalah yang menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya. Yuyun Kurniasari, 2014 Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Ennis. Dari duabelas indikator dipilih sebanyak tujuh indikator, yaitu 1 memfokuskan pertanyaan; 2 bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan menantang; 3 mendefinisikan istilah; 4 membuat induksi dan mempertimbangkan hasil deduksi; 5 membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan; 6 mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi; dan 7 menentukan suatu tindakan

3. Pembelajaran Bermakna

Titik tolak pembelajaran bermakna adalah pandangan Ausubel dan Robinson Dahar, 2011: 95, yang menyatakan bahwa proses pertama dalam belajar bermakna adalah pemilahan subsumption, di mana materi baru berhubungan dengan gagasan yang relevan dan telah dimiliki seseorang dalam struktur kognitifnya. Ahmad Yani 2011, menyatakan bahwa dalam proses subsumption, makna diperoleh melalui pengorganisasian pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya untuk kemudian dihubungkan dengan pengetahuan baru. Dengan demikian, suatu pembelajaran dikatakan bermakna jika siswa dapat menerima kebermaknaan secara logis dari apa yang dipelajarinya dengan gagasan yang ada dalam struktur kognitifnya. Indikator belajar bermakna yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator belajar bermakna yang dikembangkan Yani 2011 dengan merujuk pada Ausubel, yaitu: 1 menyebutkan sejumlah konsep dari tema tertentu yang dipelajari; 2 menghubungkan antara dua konsep atau lebih dari tema tertentu yang dipelajari; dan 3 menarik kesimpulan makna tentang sesuatu hal yang dipelajari.

E. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Untuk memperoleh data yang refresentatif digunakan dua jenis instrumen, yaitu jenis tes dan non tes. Instrumen jenis tes adalah soal-soal Yuyun Kurniasari, 2014 Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kemampuan berpikir kritis dan pembelajaran bermakna, dan IPS Terpadu, sedangkan instrumen non tes yaitu lembar observasi selama proses pembelajaran untuk mengetahui aktivitas guru dan peserta didik, angket, untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap proses pembelajaran IPS Terpadu. 1. Tes Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa tahap, yaitu: tahap pembuatan instrumen dan tahap uji coba instrumenuntuk tes kemampuan berpikir kritisdan pembelajaran bermakna yang disusun secara terpadu. a. Tahap Pembuatan Instrumen Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang berbentuk soal uraian. Tes tertulis ini disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VII semester ganjil yang dibuat juga berdasarkan indikator berpikir kritis dan pembelajaran bermakna yang akan dicapai siswa. Kompetensi dasar tersebut diambil dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2006 karena kurikulum tersebut masih digunakan di SMP Negeri 4 Cianjur. Langkah-langkah dalam membuat tes adalah: 1 Menentukan tujuan tes 2 Menentukan acuan yang akan dipakai dalam tes acuan kriteria atau acuan norma 3 Membuat kisi-kisi 4 Membuat soal sesuai kisi-kisi b. Tahap Uji Coba Instrumen Instrumen yang telah dibuat, diujicobakan terlebih dahulu agar dapat diketahui validitas dan reliabilitasnya. Uji coba dilaksanakan pada siswa kelas VIII F SMP Negeri 4 Cianjur dengan pertimbangan bahwa kelas VIII telah Yuyun Kurniasari, 2014 Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu mendapatkan materi tersebut pada waktu kelas VII. Analisis hasil uji coba instrumen meliputi uji validitas, uji reliabilitas, analisis tingkat kesukaran, dan analisis daya pembeda. Analisis hasil uji coba instrumen ini dilakukan dengan menggunakan Anates ver 4.0. 1 Validitas Item butir soal yang sudah diujicobakan, dihitung validitasnya dengan cara menghitung korelasi antara skor tiap butir soal x dengan skor total y. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur Sugiyono, 2009:173. Hasil uji validitas kemudian diinterpretasikan seperti berikut ini: Tabel 3.4 Interpretasi Validitas Item Soal No Tingkat Hubungan Interval 1 Sangat Kuat 0.80-1,00 2 Kuat 0,60-0,79 3 Sedang 0,40-0,59 4 Rendah 0,20-0,39 5 Sangat Rendah 0,00-0,19 Diadaptasi dari Sugiyono 2009:257 2 Uji Reliabilitas Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama . Hasil uji reliabilitas kemudian diinterpretasikan seperti berikut ini: Tabel 3.5 Kategori Reliabilitas Butir Soal Yuyun Kurniasari, 2014 Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Batasan Kategori 0,80ri≤1,00 Tinggi 0,60ri≤0,80 Cukup 0,40ri≤0,60 Agak Rendah 0,20ri≤0,40 Rendah ri≤0,20 Sangat Rendah 3 Daya Pembeda Daya Pembeda sebuah soal merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang belajar dengan siswa yang tidak belajar. Soal yang memiiki daya pembeda baik bila siswa yang belajar dapat menyelesaikan soal dengan baik, dan siswa yang tidak belajar tidak dapat menyelesaikan soal dengan baik. Klasifikasi daya pembeda yang digunakan adalah: Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda Rentang Kategori 0,70DP≤1,00 Sangat Baik 0,40DP≤0,70 Baik 0,20DP≤0,40 Cukup 0,00DP ≤0,20 Jelek Diadaptasi dari Suherman Ariani, 2013:54 4 Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran suatu soal menunjukkan bahwa soal tersebut termasuk kategori sukar, sedang atau mudah, dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 3.7 Yuyun Kurniasari, 2014 Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Klasifikasi Tingkat Kesukaran Rentang Kategori 0,70 ≤TK≤1,00 Mudah 0,31≤TK≤0,70 Sedang 0,00≤TK≤0,30 Sukar 2. Format Observasi Observasi dilakukan tiap pertemuan dalam pembelajaran terhadap aktivitas guru dan siswa. Data observasi dicatat dalam lembar observasi. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa yang menjadi subjek penelitian selama pembelajaran IPS Terpadu. Data yang diperoleh dari observasi dijadikan sumber kesimpulan penelitian. Observasi dilaksanakan untuk melihat apakah pembelajaran IPS Terpadu ini efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan bermakna. Format observasi yang dibuat disesuaikan dengan indikator yang akan diukur melalui rentangan antara nilai 1 sampai 4. Skor dihitung dengan rumus: Jumlah Skor yang diperoleh : Skor ideal x 100 Skala yang digunakan adalah skala Likert, dengan kriteria interpretasi skor sebagai berikut: Tabel 3.8 Kriteria Interpretasi Skor Persentase Kategori 0 - 20 Sangat Lemah 21 - 40 Lemah 41 - 60 Cukup 61 - 80 Kuat Yuyun Kurniasari, 2014 Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 81 - 100 Sangat Kuat Diadaptasi dari Riduan 2010:88 3. AngketKuesioner Penelitian ini juga menggunakan angket sebagai alat pengumpul datanya, maka yang menjadi sumber data adalah responden. Responden penelitian ini adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 4 Cianjur sebagai sumber data primer dan guru sebagai sumber data sekunder. Menurut Sugiyono 2009:199, angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pertanyaan terbuka untuk guru dan pertanyaan tertutup untuk siswa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terutama berkaitan dalam hal tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran IPS terpadu kaitannya dengan upaya peningkatan berpikir kritis dan belajar bermakna pada siswa. Skor yang diperoleh dari angket siswa dihitung dengan rumus: Jumlah Skor yang diperoleh : Skor ideal x 100 Skala yang digunakan adalah skala Guttman, karena pertanyaan yang diajukan menghendaki jawaban tegas yaitu setuju atau tidak setuju. Tafsiran persentasinya Warsito, 1992:10-11 adalah sebagai berikut: = tidak satupun 1 - 25 = sebagian kecil 26 - 49 = hampir setengahnya 50 = setengahnya 51 - 75 = sebagian besar 76 - 99 = hampir seluruhnya 100 = seluruhnya

F. Teknik Pengumpulan Data

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU PADA SISWA SMP KELAS VIII.

0 4 34

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH BELAJAR IPS TERPADU MELALUI Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Belajar Ips Terpadu Melalui Pendekatan Saintifik Dengan Model Pembelajaran Problem Bas

0 2 12

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH BELAJAR IPS TERPADU MELALUI Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Belajar Ips Terpadu Melalui Pendekatan Saintifik Dengan Model Pembelajaran Problem Bas

0 2 16

PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MEDIA POSTER DALAM PEMBELAJARAN IPS.

0 0 50

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MIND MAPPING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA.

0 0 50

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS PADA SISWA SMP.

0 2 61

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROSES BERPIKIR REFLEKTIF TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA.

0 0 53

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Socioscientific Issues (SSI) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pemanasan Global | Karya Tulis Ilmiah

0 4 38

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Socioscientific Issues (SSI) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pemanasan Global

2 2 13