Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Berpikir

commit to user Modul merupakan cara pengorganisasian materi pembelajaran yang memperhatikan urutan penyajian materi dan mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada siswa keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran. Modul dapat meningkatkan aktivitas belajar karena siswa dirangsang untuk mempelajari atau membaca modul sebelum pembelajaran di kelas. Modul hasil penelitian yang digunakan dalam pembelajaran biologi siswa kelas X.4 SMA Al Islam 1 Surakarta membahas tentang pemanfaatan air lindi dari limbah organik rumah tangga dengan Boisca sebagai pupuk organik cair yang terdapat pada pokok bahasan Limbah. Kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam pembelajaran dengan modul hasil penelitian adalah menganalisis jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah serta membuat produk daur ulang limbah. Penggunaan modul hasil penelitian dapat mengoptimalkan pembelajaran kooperatif Jigsaw pada pokok bahasan Limbah. Kolaborasi tersebut dapat merangsang siswa untuk lebih aktif belajar dalam pembelajaran biologi. Siswa dapat membaca dan mempelajari modul sebelum proses pembelajaran berlangsung sehingga saat diskusi dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw , siswa dapat bertukar pemikiran dan saling melengkapi informasi. Adanya modul lebih efektif meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu pembelajaran. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka judul penelitian ini: “Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw disertai Modul Hasil Penelitian untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar pada Pokok Bahasan Limbah Siswa Kelas X.4 SMA Al Islam 1 Surakarta ”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan pembelajaran kooperatif Jigsaw disertai modul hasil penelitian pada pokok bahasan limbah dapat meningkatkan aktivitas belajar pada pembelajaran biologi siswa kelas X.4 SMA Al Islam 1 Surakarta? 3 commit to user

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X.4 SMA Al Islam 1 Surakarta melalui penggunaan pembelajaran kooperatif Jigsaw disertai modul hasil penelitian pada pokok bahasan limbah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diupayakan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Biologi. b. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih berpartisiasi dalam pembelajaran.

2. Bagi Guru

Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru untuk menerapkan alternatif metode pembelajaran dan sumber belajar lain yakni berupa modul hasil penelitian yang mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar.

3. Bagi Sekolah dan Instansi Pendidikan Lainnya

Meningkatkan kualitas proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran biologi melalui peningkatan aktivitas belajar siswa. commit to user BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1.

Pembelajaran Kooperatif Jigsaw disertai Modul Hasil Penelitian a. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw 1 Pembelajaran Kooperatif Tilaar 2006: 176 berpendapat bahwa cara belajar indoktriner dan menghafal pada saat ini tidak tepat lagi. Siswa harus belajar mandiri dalam artian dapat mencari sendiri informasi yang diperlukan dengan disertai tuntunan guru bila diperlukan. Belajar mandiri di sini tidak berarti bahwa siswa harus bekerja seorang diri tetapi bisa juga belajar dalam kelompok. Sanjaya 2008: 309 mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau kelompok kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademis, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda heterogen. Menurut Slavin 2009: 4 pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada kerjasama siswa dalam kelompok. Siswa diharapkan dapat saling membantu, saling berdiskusi dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka miliki dan dapat mengatasai kesenjangan dalam pemahaman diantara siswa. Hal tersebut sesuai dengan teori Vygotsky dalam Katminingsih 2009: 95 yang memandang bahwa pengetahuan dikonstruksi secara kolaboratif antar individual sehingga lebih menekankan pada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual. Prinsip penting dari teori Vygotsky adalah Zone of Proximal Development ZPD dan Scaffolding . ZPD menurut Sukra Warpala 2003 mengandung suatu pengertian bahwa anak memiliki kemampuan memecahkan 5 commit to user masalah secara berbantuan oleh guru, orang dewasa, atau teman sebaya yang lebih berkompeten, tetapi masalah tersebut masih berada dalam jangkauan anak. Selanjutnya, scaffolding menurut Katminingsih 2009: 98 berarti memberi bantuan yang besar kepada seorang anak selama tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut secara bertahap lalu memberikan kesempatan pada anak tersebut untuk mengambil alih tanggung jawab setelah mampu mengerjakan sendiri. Scaffolding dalam pembelajaran berarti upaya guru untuk membimbing siswa dalam upayanya mencapai suatu keberhasilan. Katminingsih 2009: 103 mengutarakan bahwa pandangan Vygotsky mendukung strategi pembelajaran menggunakan kelompok kerjasama, memberikan kesempatan terjadinya interaksi antar teman sebaya sehingga siswa berani mengajukan pertanyaan di luar wilayah kesenangan zone of comfort . Hal ini dapat memaksimalkan siswa dalam belajar dan menjembatani ZPD mereka. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Rohman 2009: 186 adalah adanya tujuan kelompok, akuntabilitas diri, kesempatan yang sama untuk berhasil, kompetisi antar kelompok, adanya spesialisasi tugas dan adaptasi kebutuhan individu. Lie 2008: 31 mengemukakan bahwa ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan agar dapat mencapai hasil yang maksimal, yaitu: a saling ketergantungan positif; b tanggung jawab perseorangan; c tatap muka; d komunikasi antar anggota; e evaluasi proses kelompok. Saling ketergantungan positif dalam pembelajaran kooperatif akan muncul karena pembelajaran dalam bentuk kelompok dan keberhasilan kelompok bergantung pada usaha yang dilakukan setiap anggotanya. Tanggung jawab perseorangan merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama, karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi untuk saling mengenal, menghargai perbedaan, menerima satu sama lain, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing. Komunikasi antar anggota menjadi penting karena keberhasilan suatu kelompok juga tergantung pada 6 commit to user kesediaan para anggota untuk saling mendengarkan dan kemampuannya mengutarakan pendapat. Evaluasi proses kerja kelompok bertujuan agar kinerja kelompok ke depannya lebih efektif. Metode pembelajaran kooperatif dapat digunakan secara efektif pada setiap tingkatan kelas dan untuk mengajarkan berbagai macam mata pelajaran Slavin, 2009: 4. Lebih lanjut Slavin 2009: 5 mengutarakan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat meningkatkan rasa harga diri. Pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan kesadaran bahwa siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka. Proses pembelajaran kooperatif berlangsung dalam beberapa fase, yaitu: diawali dengan penyampaian tujuan dan memotivasi siswa, penyajian informasi, pengorganisasian siswa ke dalam bentuk kelompok belajar, pembimbingan kelompok, diakhiri dengan evaluasi dan ditutup dengan pemberian penghargaan Rohman, 2009: 186-187. Lebih lanjut Nurhadi 2002 menyebutkan sintaks atau tingkah laku mengajar pembelajaran kooperatif seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif Fase-fase Perilaku Guru Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Fase 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Fase 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentag materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya commit to user Fase-fase Perilaku Guru Fase 6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok Menurut Slavin 2009: 11 metode yang termasuk dalam pembelajaran kooperatif adalah : metode Student Team Achievement Division STAD , metode Jigsaw , metode Group Investigation GI , metode struktual Think-Pair-Share dan Numbered Head Together . Menurut Lie 2008, ada 14 teknik dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: a mencari pasangan; b bertukar pasangan; c berfikir-berpasangan-berempat; d berkirim salam dan soal; e kepala bernomor; f kepala bernomor terstruktur; g dua tinggal dua tamu; h keliling kelompok; i kancing gemrincing; j keliling kelas; k lingkaran kecil lingkaran besar; l tari bamboo; m Jigsaw ; n bercerita berpasangan. 2 Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Jigsaw merupakan model pembelajaran kerja sama di mana siswa ditempatkan ke dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan enam orang untuk mengerjakan bahan akademis yang telah dipecah menjadi bagian-bagian untuk masing-masing anggota Slavin, 2009: 27. Trianto 2007: 56 mengemukakan bahwa Jigsaw telah dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aroson dan teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Lie 2008: 69 menyatakan bahwa Jigsaw menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Jigsaw bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa serta cocok untuk semua kelas atau tingkatan. Kam-wing 2004: 94 berpendapat bahwa terdapat empat hal yang membuat pembelajaran kooperatif Jigsaw berhasil, yaitu heterogenitas kelompok, tanggung jawab masing-masing anggota, penghargaan kelompok dan adanya kesempatan yang sama dalam meraih kesuksesan. Kelebihan kooperatif Jigsaw sesuai dengan hasil penelitian Hanze dan Berger 2007: 38 dibanding dengan pembelajaran konvensional, yaitu siswa mempelajari pengetahuan yang lebih spesifik dengan adanya pembagian materi Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif Lanjutan commit to user dan diskusi kelompok ahli. Siswa menjadi lebih aktif terlibat dalam pembelajaran dan dapat menarik perhatian siswa. Kelebihan lainnya, siswa menjadi lebih berkompeten, mandiri dan mempererat hubungan sosial antar siswa dalam kelas. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw juga terbukti dapat meningkatkan prestasi siswa. a Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Kam-wing 2004: 93 mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif Jigsaw dilakukan dalam lima tahapan. Tahap pertama, membaca dilanjutkan dengan diskusi kelompok ahli. Tahap selanjutnya adalah laporan masing-masing anggota kelompok ahli terhadap kelompok asal kemudian dilakukan tes dan tahapan terkhir adalah pemberian penghargaan. Beberapa tahapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dalam Slavin 2009: 238-244 adalah sebagai berikut : 1 Tahap Persiapan Tahap persiapan dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw meliputi penentuan dan pembagian materi, pembagian siswa ke dalam kelompok asal, penentuan pembagian siswa ke dalam kelompok ahli dan penentuan skor awal. Pembagian materi berupa topik-topik bahasan disesuaikan dengan bahan yang akan dipelajari. Pembagian siswa ke dalam kelompok secara acak sehingga didapat kelompok yang heterogen dalam jenis kelamin dan kemampuan akademis. Lie 2008: 41 mengelompokkan siswa berdasarkan heterogenitas kemampuan akademis di mana satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan akademis sedang, dan satu lainnya dengan kemampuan akademis kurang. Lebih lanjut Lie 2008: 42 menjelaskan cara pengelompokkan heterogenitas berdasarkan kemampuan akademis sebagai berikut: a mengurutkan siswa berdasarkan kemampuan akademis; b membentuk kelompok pertama dengan kriteria seperti di atas; dan c membentuk kelompok selanjutnya. Pembagian siswa ke dalam kelompok ahli disesuaikan dengan materi yang didapat oleh masing-masing anggota kelompok asal. Masing-masing anggota kelompok asal dengan materi yang sama akan bergabung dalam 9 commit to user kelompok ahli. Trianto 2007: 53 menyebutkan bahwa penentuan skor awal dapat menggunakan nilai ulangan sebelumnya. 2 Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif Jigsaw terdiri dari beberapa kegiatan pengajaran yaitu: membaca, diskusi kelompok ahli, laporan kelompok, tes dan rekognisi kelompok. Kegiatan membaca dilakukan oleh siswa yang telah memperoleh topik ahli untuk menemukan informasi yang terdapat dalam topiknya. Kegiatan diskusi kelompok ahli dilakukan oleh siswa dengan keahlian yang sama bertemu dan berdiskusi dalam kelompok ahli. Pada tahap ini seluruh siswa dengan topik ahli 1 berkumpul pada meja 1 dan seluruh siswa dengan topik ahli 2 berkumpul dengan meja 2 dan seterusnya untuk topik ahli yang lain. Pelaksanaan diskusi diperlukan satu pemimpin diskusi yang bertugas memoderatori diskusi, menunjuk anggota kelompok yang mengangkat tangan dan berusaha untuk memastikan tiap anggota ikut berpartisipasi. Alokasi waktu kegiatan sekitar 20 menit untuk dapat saling bertukar informasi dan tiap anggota kelompok harus mencatat poin yang didiskusikan. Saat siswa berdiskusi, guru meluangkan waktu dengan tiap kelompok secara bergantian. Kegiatan laporan kelompok dilakukan setelah siswa kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya dan bertugas mengajar teman-temannya. Masing- masing anggota diberi waktu untuk menelaah dan mempelajari materi yang telah didapat dalam diskusi kelompok ahli sebelum disampaikan pada teman-temannya. Selanjutnya masing-masing ahli diberi kesempatan menyampaikan informasi pada teman yang lain. Kegiatan tes berupa kuis-kuis individual yang mencakup semua topik. Kegiatan terakhir berupa rekognisi kelompok. Kelompok yang memperoleh skor tertinggi akan mendapat penghargaan. Penghitungan skor berdasarkan kemajuan skor individual dan skor kelompok, penghitungan skor secara rinci dalam Slavin 2009: 159-160 adalah sebagai berikut: commit to user a Penghitungan poin kemajuan Tujuan dari dibuatnya skor poin kemajuan adalah untuk memungkinkan semua siswa memberikan poin maksimal bagi kelompok, berapa pun tingkat kinerja sebelumnya. Siswa mengumpulkan poin untuk kelompok berdasarkan tingkat dimana skor kuis persentase yang benar melampaui skor awal. Tabel 2. Poin Kemajuan Skor Kuis tes Poin Kemajuan Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 10 – 1 poin di bawah skor awal Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal Lebih dari 10 poin di atas skor awal Kertas jawaban sempurna terlepas dari skor awal 5 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 Poin b Penghitungan skor kelompok Penghitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menghitung poin kemajuan dari masing-masing anggota kelompok lalu dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah anggota kelompok. c Merekognisi prestasi kelompok Tiga macam penghargaan untuk kelompok yang baik diberikan berdasarkan pada rata-rata skor kelompok. Ketiga macam penghargaan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3. Penghargaan Kelompok Sepuluh langkah praktis penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw menurut Aronson 2005 yaitu: 1 membentuk kelompok Jigsaw beranggotakan 5- 6 siswa. Kelompok heterogen berdasarkan jenis kelamin, etnik, ras, dan kemampuan; 2 menunjuk satu siswa sebagai pemimpin di setiap kelompok; 3 membagi materi ajar menjadi 5-6 bagian; 4 memberi potongan materi berbeda Kriteria rata-rata skor kelompok Penghargaan 15 16 17 KELOMPOK BAIK KELOMPOK SANGAT BAIK KELOMPOK SUPER commit to user pada masing-masing anggota dan memastikan siswa fokus pada materinya sendiri; 5 memberi waktu pada siswa untuk membaca materi minimal 2 kali dan tidak perlu dihafalkan; 6 membentuk kelompok ahli dengan cara mengumpulkan anggota kelompok Jigsa w dengan potongan materi yang sama kemudian memberi waktu pada kelompok ahli untuk berdiskusi dan mempersiapkan materi yang akan disampaikan pada kelompok Jigsaw ; 7 menginstruksikan siswa untuk kembali lagi ke kelompok Jigsaw ; 8 masing-masing anggota memaparkan materi bagiannya pada kelompok Jigsaw ; 9 guru berkeliling untuk memantau jalannya diskusi dan membantu kelompok yang mengalami kesulitan; 10 memberikan tes di akhir pembelajaran. Keseluruhan Penjelasan Kelompok Kelompok Belajar Kelompok Belajar Bersama 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 Gambar 1. Skema Pelaksanan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Silberman 2004: 194

b. Modul Hasil Penelitian

1 Pengertian Modul Modul menurut Mulyasa 2005: 148 adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh siswa, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Menurut Winkel 2007: 472, modul merupakan satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri 12 commit to user secara perorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri self- instructional . Nasution 1988: 205 merumuskan pengertian modul sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Pengertian modul menurut Majid 2006: 176 adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa modul adalah salah satu sumber belajar yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah sehingga mudah dipahami siswa dan melatih siswa untuk dapat belajar mandiri. 2 Pembelajaran dengan Modul Menurut Suwarno 2006: 90-92, pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut : a Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa saja yang harus dilakukan oleh siswa, bagaimana melakukan dan sumber belajar apa yang harus digunakan. b Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik siswa. Dalam setiap modul harus : 1 memungkinkan siswa mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya; 2 memungkinkan siswa mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan 3 memfokuskan siswa pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur. c Pengalaman belajar pada modul disediakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan siswa untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar tapi lebih dari itu, modul memberikan kesempatan untuk bermain peran role playing , simulasi dan berdiskusi. d Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga siswa dapat mengetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak menimbulkan pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari. 13 commit to user e Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar siswa, terutama untuk memberikan umpan balik bagi siswa dalam mencapai ketuntasan belajar . Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa pembelajaran dengan modul merupakan pembelajaran yang bersifat informatif, individual dan mandiri menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan tugas guru dalam pembelajaran ini adalah mengorganisasi dan mengatur proses pembelajaran sehingga tercipta situasi pembelajaran yang kondusif serta membantu siswa yang mengalami kesulitan saat memahami isi modul atau melaksanakan tugas Mulyasa, 2005: 151. Dengan demikian penggunaan pembelajaran kooperatif Jigsaw disertai modul hasil penelitian diharapkan mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran modul menurut Santyasa 2009: 9 adalah sebagai berikut: a Modul dibagikan kepada siswa paling lambat seminggu sebelum pembelajaran. b Penerapan modul dalam pembelajaran menggunakan metode diskusi model pembelajaran kooperatif konstruktivistik. c Pada setiap akhir unit pembelajaran dilakukan tes penggalan, tes sumatif dan tugas-tugas latihan yang terstruktur . d Hasil tes dan tugas yang dikerjakan siswa dikoreksi dan dikembalikan dengan feedback yang terstruktur paling lambat sebelum pembelajaran unit materi ajar berikutnya. e Memberi kesempatan kepada siswa yang belum berhasil menguasai materi ajar berdasarkan hasil analisis tes penggalan dan sumatif, diperkelompokbangkan sebagi hasil diagnosis untuk menyelenggarakan program remidial pada siswa di luar jam pembelajaran. 3 Komponen Modul Komponen-komponen yang terdapat di dalam modul seperti yang diungkapkan oleh Mulyasa 2005: 149-150 terdiri atas: a Lembar kegiatan siswa b Lembar kerja commit to user c Kunci lembar kerja d Lembar soal e Lembar jawaban; dan f Kunci jawaban Berbagai komponen tersebut selanjutnya dikemas dalam format modul sebagai berikut. a Pendahuluan; yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah belajar, termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul tersebut. b Tujuan Pembelajaran; berisi tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai siswa setelah mempelajari modul. Dalam bagian ini dimuat pula tujuan terminal dan tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai tujuan. c Tes Awal; yang digunakan untuk menetapkan posisi siswa dan mengetahui kemampuan awalnya, untuk menentukan dari mana ia harus memulai belajar, dan apakah perlu untuk mempelajari atau tidak modul tersebut. d Pengalaman Belajar; yang berisi rincian materi untuk setiap tujuan pembelajaran khusus, diikuti dengan penilaian formatif sebagai balikan bagi siswa tentang tujuan belajar yang dicapainya. e Sumber Belajar; berisi tentang sumber-sumber belajar yang dapat ditelusuri dan digunakan oleh siswa. f Tes Akhir; instrumen yang digunakan dalam tes akhir sama dengan yang digunakan dalam tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan terminal setiap modul. Penyusunan modul dengan memperhatikan komponen-komponen yang telah diuraikan di atas dilakukan agar diperoleh modul yang lengkap dan terstruktur sehingga mempermudah siswa dalam mempelajari materi. 4 Penyusunan Modul Hasil Penelitian Modul yang digunakan dalam penelitian merupakan modul yang disusun berdasarkan hasil penelitian pemanfaatan air lindi dengan Boisca sebagai pupuk organik cair. Modul hasil penelitian digunakan sebagai bahan ajar untuk 15 commit to user menunjang pembelajaran pada pokok bahasan Limbah dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw . Raharjo 2009 mendefinisikan air lindi sebagai cairan hasil peruraian sampah organik menjadi senyawa organik sederhana dengan kandungan BOD berkisar 1500 mgl, jauh di atas baku mutu yang disyaratkan. Lebih lanjut dijelaskan Slamet, bahwa meresapnya air lindi ini ke dalam tanah akan mencemari tanah dan air tanah, dan efek negatif yang paling dikhawatirkan adalah tercemarnya sumur-sumur air minum penduduk. Hadisuwito 2007: 17 mengemukakan bahwa pada dasarnya limbah cair dari bahan organik bisa dimanfaatkan menjadi pupuk sebab limbah cair banyak mengandung unsur hara NPK dan bahan organik lainnya. Kandungan unsur dalam air lindi sesuai dengan penelitian Astuti 2008: 32 terhadap air lindi dari TPA Putri Cempo Mojosongo Surakarta antara lain Phospat PO4 0,95 mgl, Nitrat NO 3 900 mgl, Boron 1,97 mgl, Ammonia NH 4 168 mgl, Tembaga Cu 1,96 mgl, Mangan Mn 3,10 mgl, Seng Zn 0,23 mgl, Klorida Cl 837 mgl, Nitrit NO 2 27 mgl, Sisa klor Cl 2 1,41 mgl, dan Sulfida H 2 S 0,096 mgl. Penelitian lain oleh Arbain, Mardana dan Sudana 2008: 63 menyatakan bahwa kandungan air lindi di TPA Suwung di desa Pedungan Denpasar antara lain phospat 88,37mgl, nitrat 75,10 mgl, nitrit 1,58 mgl, NH 3 629,03 mgl, besi 16,20 mgl, klorida 2556 mgl, sulfat 439,19 mgl. Kandungan unsur air lindi berbeda-beda jenis dan besar nilainya sesuai dengan jenis limbahnya. Unsur-unsur kimia yang terkandung dalam air lindi merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Pemanfaatan air lindi sebagai pupuk organik dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan, pupuk dari air lindi ini dapat difungsikan sebagai pengganti pupuk kimia yang selama ini digunakan oleh masyarakat. Keunggulan utama dari pupuk organik dari air lindi ini adalah terdiri dari bahan-bahan organik yang aman terhadap lingkungan. Salah satu metode yang memanfaatkan air lindi hasil pembusukan sampah organik menjadi pupuk organik cair adalah dengan metode komposter commit to user yang dikembangkan oleh Sukamto Hadisuwito. Metode ini praktis, sederhana dan dapat dilakukan di rumah sendiri. Peralatan yang digunakan antara lain tong komposter, sprayer, alat-alat untuk memotong sampah seperti pisau dan talenan serta bioaktivator Boisca. Cara pembuatan pupuk organik cair dari air lindi POC Lindi dengan menggunakan bioaktivator Boisca sangatlah mudah yaitu dengan menambahkan 1 tutup botol cairan Boisca ke dalam botol air lindi yang merupakan hasil dekomposisi sampah organik kemudian didiamkan selama semalam. Penggunaan POC Lindi pada tanaman adalah dengan mencampur 1 liter POC Lindi dengan 5 liter air. Boisca menurut Hadisuwito 2007: 39 merupakan bioaktivator khusus untuk pembuatan pupuk cair dari limbah organik rumah tangga. Lebih lanjut Hadisuwito memaparkan bahwa Boisca adalah kultur bakteri yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan mikroorganisme di dalam lingkungan hidup. Boisca dapat menekan mikroorganisme yang merugikan secara opkelompokal. Bakteri indegenious mampu mengurai bahan organik dalam waktu singkat menjadi senyawa sederhana yang dibutuhkan tanaman. Kekuatan dekomposisinya dapat mengubah limbah padatcair menjadi bahan yang bermanfaat bagi lingkungan. Bioaktivator ini berfungsi untuk membantu mempercepat proses pengomposan. Penelitian Rilawati 2009: 41 menyatakan bahwa Boisca mengandung bakteri pelarut phospat, bakteri penambat N, alkohol dan gula dengan kadar 8,81. Lebih lanjut Rilawati 2009: 41-42 menyatakan bahwa adanya bakteri pelarut phospat dalam Boisca dapat menambah kandungan unsur hara P dalam air lindi melalui proses mineralisasi, sedangkan bakteri penambat N dalam Boisca menambah kandungan unsur hara N sementara adanya kandungan alkohol dan gula dalam Boisca berfungsi sebagai media hidup bagi bakteri sehingga bakteri tersebut dapat hidup dan berkembang biak. Berdasarkan uraian di atas, fokus penelitan pemanfaatan air lindi dengan Boisca sebagai pupuk orgaik cair untuk mengetahui besar kadar penambahan Boisca pada pembuatan POC Lindi agar dapat menghasilkan pupuk dengan kandungan unsur N, P, dan K yang maksimal. Selanjutnya, pupuk dengan kandungan hara terbesar diujicobakan pada tanaman bayam untuk mengetahui commit to user pengaruh penggunaan POC Lindi terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman bayam berupa pertumbuhan tinggi batang, jumlah daun, dan berat segar saat panen. Penelitian pemanfaatan air lindi dengan Boisca sebagai pupuk orgaik cair dilaksanakan pada bulan Februari - April 2010. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap meliputi pembuatan air lindi dengan metode pengomposan aerob, pembuatan pupuk organik cair dari air lindi POC Lindi dengan metode fermentasi, uji kadar Nitrogen N, Phospor P, dan Kalium K pada POC Lindi dan ujicoba POC Lindi dengan kadar N, P, dan K terbesar pada tanaman bayam. Pelaksanaan penelitian mulai dari pembuatan air lindi hingga pembuatan POC Lindi dan ujicoba POC Lindi pada tanaman bayam dilakukan di desa Kedunggudel kecamatan Sukoharjo. Sedangkan, pelaksanaan uji kadar N, P, dan K pada POC Lindi dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNS. Hasil uji kadar N, P, dan K pada POC Lindi menyatakan bahwa POC Lindi yang terbuat dari air lindi ditambahkan 2 bioaktivator Boisca mempunyai kandungan unsur N, P, dan K terbesar. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Rilawati 2009 bahwa Boisca mengandung bakteri pelarut phospat dan bakteri penambat nitrogen sehingga semakin besar konsentrasi penambahan Boisca maka pupuk yang dihasilkan semakin kaya akan unsur N, P dan K. Mikroorganisme yang ada pada biaktivator Boisca membantu memecah unsur-unsur hasil dekomposisi sampah sehingga memperkaya kandungan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. POC Lindi dengan kadar unsur N, P, dan K terbesar selanjutnya diujicobakan pada tanaman bayam untuk mengetahui pengaruhnya pada pertumbuhan bayam khususnya tinggi batang, jumlah daun dan berat basah saat panen. Sebagai data pembanding digunakan juga pupuk NPK kimia dan kontrol tanpa pupuk. Hasil pengamatan pertumbuhan tinggi batang tanaman bayam, jumlah daun dan berat basah saat panen kemudian dianalisis menggunakan analisis varians. Hasil analisis varians terhadap pertumbuhan tinggi batang dan jumlah daun tanaman bayam tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara commit to user perlakuan tanpa pemupukan, dipupuk POC Lindi dan dipupuk NPK kimia. Hal ini dapat dikarenakan oleh seragamnya media tanam yang digunakan. Media tanam sebelumnya telah dicampur dengan kompos, dengan demikian sudah terdapat nutrisi yang mencukupi untuk perkembangan vegetatif tanaman. Hasil analisis varians terhadap berat basah saat panen menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara perlakuan tanaman bayam tanpa pemupukan, dipupuk POC Lindi dan dipupuk NPK kimia. Setelah itu dilanjutkan dengan uji lanjut anava Uji Scheffe untuk mengetahui rerata pasangan yang mempunyai perbedaan signifikan. Hasil dari Uji Scheffe menunjukkan bahwa pemupukan dengan POC lindi berbeda nyata dengan kontrol tanpa pemupukan, pemupukan NPK kimia tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap kontrol dan pemupukan POC lindi tidak berbeda nyata dengan NPK kimia. Uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan pupuk organik akan memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dengan penggunan pupuk kimia. Hadisuwito 2007: 23-28 menyebutkan keunggulan pupuk organik yaitu: 1 menyehatkan lingkungan karena pupuk organik merupakan hasil daur ulang dari sampah organik; 2 revitalisasi produktivitas tanah yakni dapat membantu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan permeabilitas tanah, meningatkan jumlah serta aktivitas mikroorganisme tanah dan mengurangi ketergantungan lahan pada pupuk anorganik; 3 menekan biaya usaha tani karena harga pupuk organik lebih murah dari pada pupuk anorganik; 4 meningkatakan kualitas produk karena pada dasarnya tanaman yang diberi bubuk organik lebih berkualitas. Penyusunan modul hasil penelitian berdasarkan tujuan pembelajaran materi pokok bahasan Limbah diperkaya dengan hasil penelitian pemanfaatan air lindi dengan Boisca sebagai pupuk organik cair. Modul hasil penelitian dibagi menjadi dua bagian untuk pelaksanaan dua kali pertemuan pembelajaran. Materi modul pertama berisikan pengertian limbah, jenis-jenis limbah, parameter kualitas limbah dan pengelolaan limbah. Modul bagian ke dua berisi materi tentang penanganan limbah beserta contoh penanganan limbah dalam kehidupan nyata commit to user seperti pemanfaatan air lindi menjadi pupuk organik cair. Selain itu, materi modul ke dua juga berisikan pembuatan produk hasil pemanfaatan limbah yang dikreasikan sendiri oleh siswa. Masing-masing modul dibagi menjadi 6 bagian topik bahasan. Pembagian modul dilakukan untuk dapat menunjang pelaksanaan pembelajaran kooperatif Jigsaw . Modul hasil penelitian secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.

2. Aktivitas Belajar

Definisi aktivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007: 23 adalah kegiatan atau keaktifan atau kesibukan. Belajar tanpa aktivitas merupakan sesuatu yang mustahil. Seperti yang diungkapkan Sardiman 2007: 95 bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam proses pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan oleh Yamin 2007: 75 bahwa proses pembelajaran dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Frobel dalam Sardiman 2007: 96 mengungkapkan prinsip utama belajar adalah siswa itu harus bekerja sendiri. Lebih lanjut Rosseau menjelaskan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan, pengalaman dan penyelidikan sendiri dengan cara bekerja sendiri.

c. Prinsip Aktivitas Belajar

Prinsip aktivitas belajar menurut pandangan ilmu jiwa lama bahwa aktivitas belajar didominasi oleh guru, sedang siswa bersifat pasif dan menerima begitu saja. Aktivitas siswa terbatas pada mendengarkan, mencatat, menjawab pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan dan bekerja hanya karena diperintahkan oleh guru. Pandangan tersebut kini telah berubah, menurut pandangan ilmu jiwa modern siswa dianggap sebagai organisme yang mempunyai potensi untuk berkembang dan tugas guru adalah membimbing dan menyediakan kondisi yang optimum untuk perkembangan bakat dan potensi siswa. Ini berarti bahwa siswa harus beraktivitas, berbuat dan harus aktif sendiri Sardiman, 2007: 97-99. commit to user Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Slameto 1991: 87 mengugkapkan bahwa dengan adanya aktivitas siswa sendiri, pelajaran menjadi berkesan dan dipikirkan, kemudian diolah dan selanjutnya dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Hal ini juga dapat mengakibatkan siswa menjadi bertanya, mengajukan pendapat dan menimbulkan diskusi dengan guru. Aktivitas belajar dikatakan optimal jika terdapat aktivitas fisik dan aktivitas mental yang saling berkaitan. Hal ini sesuai dengan asas aktivitas yang termasuk dalam 10 prinsip mengajar di mana guru hendaknya berusaha membangkitkan aktivitas, baik fisik maupun mental siswa setiap proses pembelajaran Tim Didaktik Metodik, 1993: 25. Manfaat penggunaan asas aktivitas dalam proses pembelajaran menurut Hamalik 2001: 175-176, yaitu: 1 siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri; 2 berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara intergral; 3 memupuk kerja sama yang harmonis antar siswa; 4 siswa bekerja sesuai minat dan kemampuanya sendiri; 5 memupuk disiplin kelas dan suasana belajar menjadi demokratis; 6 mempererat hubungan sekolah dan masyarakat dan hubungan antara orang tua siswa dan guru; 7 mengembangkan pemahaman siswa dan berpikir kritis; 8 proses pembelajaran menjadi hidup.

d. Jenis-jenis Aktivitas Belajar

Jenis-jenis aktivitas belajar menurut Paul D. Dierich dalam Yamin 2007: 84-86 digolongkan menjadi 8 kelompok, yaitu: 1 Kegiatan-kegiatan visual visual activities , meliputi membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. 2 Kegiatan-kegiatan lisan oral activities , meliputi mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. 3 Kegiatan-kegiatan mendengarkan listening activities , meliputi mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. commit to user 4 Kegiatan-kegiatan menulis writing activities , meliputi menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket. 5 Kegiatan-kegiatan menggambar drawing activities , meliputi menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola. 6 Kegiatan-kegiatan metrik motor activities , meliputi melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari dan berkebun. 7 Kegiatan-kegiatan mental mental activities , meliputi merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. 8 Kegiatan-kegiatan emosional emotional activities , meliputi minat, membedakan, berani, tenang, gembira, dan bersemangat. Penggunaan pembelajaran kooperatif Jigsaw disertai modul hasil penelitian menggabungkan beberapa kegiatan yakni visual activities , oral activities , listening activities , writing activities dan mental activities .

B. Kerangka Berpikir

Permasalahan dalam pembelajaran biologi di kelas X.4 SMA Al Islam 1 Surakarta adalah kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa tersebut berupa aktivitas belajar siswa saat mengikuti pembelajaran biologi. Penyebab masalah kurangnya aktivitas belajar siswa saat pembelajaran berlangsung adalah karena metode dan sumber belajar yang digunakan belum membuat siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Alternatif pemecahan permasalahan tersebut adalah dengan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw disertai modul hasil penelitian sebagai sumber belajar. Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw ini merangsang siswa untuk belajar secara aktif. Penggunaan modul hasil penelitian dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw memungkinkan meningkatkan aktivitas belajar siswa karena dirangsang untuk mempelajari atau membaca modul sebelum pembelajaran di kelas kemudian mendiskusikan materi dengan teman di bawah bimbingan guru. Melalui modul pembelajaran siswa dapat berperan secara aktif dalam pembelajaran. Modul hasil commit to user penelitian ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang disesuaikan dengan materi pokok limbah. Penggunaan pembelajaran kooperatif Jigsaw disertai modul hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran biologi pada pokok bahasan Limbah kelas X.4 SMA Al Islam 1 Surakarta. Alur kerangka berpikir dalam melaksanakan kegiatan penelitian secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 2. 23 commit to user Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw disertai Modul Hasil Penelitian HASIL OBSERVASI : - Kurangnya aktivitas belajar siswa - Kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. - Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi biologi. PENYEBAB : - Metode pembelajaran yang digunakan belum membuat siswa aktif belajar. - Penggunaan sumber belajar berupa buku teks belum dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. PERMASALAHAN PEMBELAJARAN: Aktivitas belajar siswa kurang. Jigsaw : menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara sehingga memungkinkan siswa aktif belajar. Modul : merangsang siswa untuk membaca materi terlebih dahulu sehingga siswa dapat lebih memahami materi. TARGET : Aktivitas belajar siswa meningkat ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH : Pembelajaran kooperatif Jigsaw. + Modul hasil penelitian “Pemanfaatan Air Lindi dengan Boiscasebagai Pupuk Organik Cair” sebagai sumber belajar. commit to user BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif Jigsaw disertai modul hasil penelitian. Modul sebagai bahan pembelajaran disusun dari hasil penelitian pemanfaatan air lindi dengan Boisca sebagai pupuk organik cair sebagai pengembangan bahan ajar pada pokok bahasan Limbah.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Dokumen yang terkait

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep gaya bernuansa nilai (penelitian tindakan kelas di MTs Hidayatul Islamiyah Karawang)

0 8 223

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada konsep rangka dan panca indera manusia: penelitian kuasi eksperimen di Kelas IV MI Al-Washliyah Jakarta

0 5 172

Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Mi Al-Amanah Joglo Kembangan

0 6 103

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN HASIL PENELITIAN PADA POKOK BAHASAN PERUSAKAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS X 8 SMA NEGERI

2 20 109

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA PADA POKOK BAHASAN PERHITUNGAN KIMIA.

0 2 17

PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN HASIL PENELITIAN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA PADA POKOK BAHASAN LIMBAH SISWA KELAS X.3 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

1 2 107

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN ANIMASI FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA PADA POKOK BAHASAN KALOR SISWA KELAS X6 DI SMA AL ISLAM 1

0 2 109

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA DI KELAS X SMA.

0 1 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK TALK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM SISWA SMP AL-ISLAM SURAKARTA.

0 1 18

PENDAHULUAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM SISWA SMP AL-ISLAM SURAKARTA.

0 0 7