PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN HASIL PENELITIAN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA PADA POKOK BAHASAN LIMBAH SISWA KELAS X.3 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA
commit to user
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA PADA POKOK
BAHASAN LIMBAH SISWA KELAS X.3 SMA AL ISLAM 1
SURAKARTA
Skripsi
Oleh:
Silvia Puspitasari
K 4306037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(2)
commit to user
ii
MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA PADA POKOK BAHASAN LIMBAH SISWA KELAS X.3 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA
Oleh:
SILVIA PUSPITASARI
K 4306037
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan guna mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(3)
commit to user
iii
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. rer.nat. H. Sajidan, M.Si
Dra. Sri Widoretno, M.Si
NIP. 19660415 199103 1 002
NIP. 19581114 198601 2 001
(4)
commit to user
iv
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
: Selasa
Tanggal
: 24 Mei 2011
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Dra. Muzayyinah, M.Si
...
Sekretaris
: Dr. Suciati, M.Pd
...
Anggota I
: Prof. Dr. rer.nat. H. Sajidan, M.Si ...
Anggota II
: Dra. Sri Widoretno, M.Si
...
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
(5)
commit to user
v
Silvia Puspitasari. K4306037. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN HASIL PENELITIAN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA PADA POKOK BAHASAN LIMBAH SISWA KELAS X.3 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA.
Skripsi. 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan bertanya siswa
kelas X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta melalui penggunaan modul pembelajaran
hasil penelitian pada pokok bahasan Limbah.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
(Classroom Action
Research)
yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap
yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah
siswa kelas X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta. Data penelitian diperoleh melalui
penyebaran angket, observasi, dan wawancara. Teknik analisis data adalah dengan
teknik analisis deskriptif. Validasi data dengan menggunakan teknik triangulasi.
Hasil penelitian membuktikan bahwa dengan pelaksanaan tindakan kelas
melalui penggunaan modul pembelajaran hasil penelititan pada pokok bahasan
Limbah dapat meningkatkan keaktifan bertanya siswa dalam pembelajaran
Biologi. Hal ini didasarkan pada hasil angket, observasi dan wawancara. Rata-rata
nilai prosentase capaian setiap indikator dari angket keaktifan bertanya siswa
untuk siklus I sebesar 73.40% dan siklus II 81.12%. Rata-rata nilai prosentase
capaian setiap indikator yang didapatkan dari hasil observasi keaktifan bertanya
siswa untuk siklus I sebesar 68.57% dan siklus II 83.90%. Sedangkan rata-rata
nilai prosentase capaian setiap indikator yang didapatkan dari hasil observasi
keaktifan bertanya siswa untuk siklus I sebesar 67.14% dan siklus II 77.62%Hasil
wawancara menunjukkan bahwa penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian
dapat meningkatkan keaktifan bertanya siswa. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian pada pokok
bahasan Limbah dapat meningkatkan keaktifan bertanya siswa kelas X.3 SMA Al
Islam Surakarta pada pembelajaran Biologi.
(6)
commit to user
vi
Silvia Puspitasari. K4306037. Biology Education FKIP of Sebelas Maret
University Surakarta.
THE USE OF MODULE BY RESULTS OF
RESEARCH TO IMPROVE THE S
TUDENTS’ ASKING ACTIVITY
ON
THE SUBJECT OF RUBBISH TO STUDENTS IN CLASS X.3 SMA AL
ISLAM 1 SURAKARTA.
Thesis. 2011.
The purpose of this research is to improve the student’s ask
ing activity in
class X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta through using of module by results of
research on the subject of Rubbish.
This research is a Classroom Action Research that carried out in two
cycles. Each cycles consist of planning, action, observation, and reflection.
Subject of this research are students in class X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta. This
research datas obtained through observations, questionnaires, and interviews. The
technique of analyzing data is a qualitative descriptive analysis technique. The
data validation is using triangulation technique
.
The result of the research proves that the implementation of the classroom
action research through the use of module by results of research on the subject of
Rubbish
can improve students’ asking activity in learning Biology. This is based
on the results of questionnaire, observation and interview. The average percentage
value of each indicator of achievement questionnaire of asking activity of students
for the first cycle is 73.40% and the second cycle is 81.12%. The average
percentage value of each indicator from the observation of asking activity of
students for the first cycle is 68.57% and the second cycle is 83.90%. While the
average percentage value of each indicator from the interview of asking activity of
students for the first cycle are 67.14% and the second cycle is 77.62%. The results
of interviews showed that the use of module by results of research can improve
asking activity of students. Based on these results we can conclude that the use of
module by results of research on the subject of Rubbish can improve stud
ents’
asking activity class X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta.
(7)
commit to user
vii
Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu
orang-orang yang beriman
(QS. Ali Imran: 139)
Cara terbaik untuk keluar dari suatu permasalahan adalah memecahkannya
It doesn’t matter what happens, life must go on.
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan
dengan ketakutan; tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran
(8)
commit to user
viii
Bismillahirrohmanirrohim, kupersembahkan karya ini untuk:
♥
Allah SWT serta Nabi Muhammad SWA. . .
♥ Kedua orangtuaku tercinta, Bapak dan Ibu, yang senantiasa memberi
kasih sayang, doa, motivasi, nasihat, serta pengorbanan yang tiada
batas. Terima kasih sedalam-dalamnya . . .
♥
Adikku tersayang, terima kasih atas doa dan bantuanmu . . .
♥
Umi & Desy, teman seperjuanganku...; Atid, sahabatku, terima kasih
atas bantuanmu...; Ayu, Achi, Singgih, persahabatan kita tak kan pernah
putus. . .
Keluarga dan saudara-saudaraku. . .
♥
Pak Sajidan dan Bu Retno, terimakasih atas bimbingan dan nasihatnya. .
.
♥ Teman-teman seperjuangan Pendidikan
Biologi ’0
6, terima kasih atas
kebersamaannya selama ini. . .
Para inspiratorku yang selalu menyemangatiku, terima kasih . . .
♥
Almamater
(9)
commit to user
ix
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“
PENGGUNAAN MODUL
PEMBELAJARAN HASIL PENELITIAN UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN BERTANYA PADA POKOK BAHASAN LIMBAH SISWA
KELAS X.3 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA
”
untuk memenuhi sebagian
persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2.
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3.
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4.
Bapak Prof. Dr.rer.nat. H. Sajidan, M.Si, selaku Pembimbing Skripsi I, yang
telah dengan sabar membantu, membimbing, dan memotivasi penulis,
sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai.
5.
Ibu Sri Widoretno, M.Si selaku Pembimbing Skripsi II, yang telah
membimbing, member masukan, dan memotivasi penulis, sehingga
penyusunan skripsi ini dapat selesai.
6.
Drs. Riyanto selaku kepala sekolah SMA Al Islam 1 Surakarta yang telah
memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
7.
Ibu Ira Hastuti, S.Pd selaku guru mata pelajaran Biologi Kelas X.3 SMA Al
Islam 1 Surakarta yang senantiasa membantu kelancaran penelitian dan kerja
samanya.
8.
Siswa X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta.
9.
Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
(10)
commit to user
x
Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL-PPM) terima
kasih atas keramahannya dan bantuannya dalam menyelesaikan penelitian ini.
11.
Rekan-rekan Pendidikan Biologi angkatan 2006, terima kasih atas bantuan dan
kebersamaannya.
12.
Bapak dan ibu yang tak henti-hentinya memberikan doa dan dukungan.
13.
Desy dan Umi, teman seperjuanganku, I proud to have you, terima kasih atas
segala bantuan, saran, dan doa. Terima kasih kalian telah menemaniku hingga
skripsi ini selesai. Perjalanan yang indah kawan.
14.
Atid, sahabatku, terima kasih atas bantuan dan doamu.
15.
Achi, Ayu, dan Singgih, sahabatku, terima kasih atas doa, saran, dan
bantuannya.
16.
Serta berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis mengharap saran dan kritik dari berbagai pihak untuk perbaikan
skripsi ini. Semoga dapat memberi manfaat.
Surakarta, Mei 2011
Penulis
(11)
commit to user
xi
Halaman
HALAMAN JUDUL ……….
HALAMAN PENGAJUAN ………..
HALAMAN PERSETUJUAN ………..
HALAMAN PENGESAHAN ………...
HALAMAN ABSTRAK ………...
HALAMAN MOTTO ………
HALAMAN PERSEMBAHAN ………
KATA PENGANTAR ………...
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
DAFTAR ISI ………...
xi
DAFTAR TABEL ……….
xv
DAFTAR GAMBAR ……….
DAFTAR LAMPIRAN ……….
xvii
xx
BAB I. PENDAHULUAN ………
...
1
A.
Latar Belakang Masalah ………...
1
B.
Perumusan Masalah ………...
3
C.
Tujuan Penelitian ………...
4
D.
Manfaat Penelitian ……….
4
BAB II. LANDASAN TEORI ………...
5
A.
Tinjuan Pustaka ………..
5
1. Penggunaan Modul Pembelajaran Hasil Penelitian untuk
Meningkatkan Keaktifan Bertanya Sisw
a ………...
5
a.
Modul ………...
1)
Pembe
lajaran dengan Modul ………...
2)
Karakteristik Modul ……….
3)
Komponen Modul ………...
5
5
6
7
b.
Keaktifan Bertanya ………...
8
2. Perubahan Kadar Cr, BOD, dan COD pada Limbah Cair Batik
Melalui Metode Bioremoval
Pellet
Kapang
Rhizopus sp
……...
9
(12)
commit to user
xii
b. Kapang
Rhizopus sp
………..
11
c. Metode Bioremoval
Pellet
Kapang
Rhizopus sp
…………..
12
B. Kerangka Berpikir
………..
16
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……….
17
A.
Penelitian Laboratorium ………...
17
1.
Tempat dan Waktu Penelitian ……….
17
a.
Tempat Penelitian ……….
17
b.
Waktu Penelitian ………...
17
2.
Metode Penelitian ………...
18
3.
Data dan sumber Data ……….
18
a.
Data Penelitian ………..
18
b.
Sumber Data ……….
19
4.
Teknik Pengumpulan Data ………..
19
5. Prosedur
Penelitian ………..
19
a. Inokulsi
Rhizopus sp
, Pembuatan
Pellet
, dan
Treatment
…
..
19
b. Uji Kadar Cr
………
20
c.
Uji Kadar BOD ……….
22
d. Uji COD
………
25
B. Penelitian Tindakan Kelas ...
28
1.
Tempat dan Waktu Penelitian ………
.
28
a.
Tempat Penelitian ………
.
28
b. Waktu Penelitian ...
28
2. Metode
Penelitian ………
29
3. Data dan Sumber Data ...
30
a.
Data Penelitian ………..
30
b.
Sumber Data ………
30
4. Teknik Pengumpulan Data ...
31
a.
Observasi ………..
31
b. Wawancara
………
31
(13)
commit to user
xiii
6. Validitas Data
………...
...
33
7. Prosedur Penelitian
………..
33
8. Target Penelitian
………..
38
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
………..
41
A. Data dan Deskripsi Lokasi Penelitian
………
41
1. Data dan Deskripsi Sekolah
………
41
2. Data dan Deskripsi Kelas
………
41
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
………
42
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
………..
43
1. Pra Siklus
………...
...
43
a. Hasil Angket Keaktifan Bertanya
Siswa …………...
.
43
b. Hasil Observasi Keaktifan Bertanya Siswa
……...
.
44
c.
d.
Hasil Wawancara Keaktifan Bertanya Siswa
………...
1) Hasil Wawancara Guru
……….
2) Hasil Wawancara Siswa
………...
Validitas Data ………..
46
46
46
48
2. Siklus I
……….
51
a. Perencanaan Tindakan I
………
51
b. Pelaksanaan Tindakan I
………
51
c. Observasi dan Evaluasi Tindakan I
……….
1) Hasil Angket Keaktifan Bertanya Siswa
………..
2) Hasil Observasi Keaktifan Bertanya Siswa
………
...
3) Hasil Wawancara Keaktifan Bertanya Siswa …………...
4) Validitas Data ………...
52
52
54
55
57
d. Analisis dan Refleksi Tindakan I
………..
1) Hasil Angket Keaktifan Bertanya Siswa
………..
2) Hasil Observasi Keaktifan Bertanya Siswa
………..
3) Hasil Wawancara Keaktifan Bertanya Siswa
…………..
a) Hasil Wawancara Guru
……….
b) Hasil Wawancara Siswa
………
57
57
60
62
62
63
(14)
commit to user
xiv
a. Perencanaan Tindakan II
………
66
b. Pelaksanaan Tindakan II
. ………..
66
c. Observasi dan Evaluasi Tindakan II
………
1) Hasil Angket Keaktifan Bertanya Siswa
………..
2) Hasil Observasi Keaktifan Bertanya Siswa
………..
3) Hasil Wawancara keaktifan Bertanya Siswa ………
4) Validitas Data ………...
67
67
68
70
72
d. Analisis dan Refleksi Tindakan II
………
1) Hasil Angket Keaktifan Bertanya Siswa
………..
2) Hasil Observasi Keaktifan Bertanya Siswa
………..
3) Hasil Wawancara Keaktifan Bertanya Siswa
…………...
a) Hasil Wawancara Guru
……….
b) Hasil Wawancara Siswa
………...
72
72
76
80
80
81
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
……….
85
A. Simpulan
………
85
B. Implikasi
……….
85
1. ImplikasiTeoritis
……….
85
2. Implikasi Praktis
………..
85
C. Saran
………...
85
1. Bagi Guru
………
85
2.
3.
Bagi Siswa
………...
Bagi Peneliti ………
86
86
DAFTAR PUSTAKA ………
87
(15)
commit to user
xv
Halaman
Tabel 1.
Waktu Kegiatan Penelitian Perubahan Kadar Cr, BOD, dan
COD pada Limbah Cair Batik Melalui Metode Bioremoval
Pellet
Kapang
Rhizopus sp
………...
17
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Jumlah Contoh Uji ...
Contoh Uji dan Larutan Pereaksi untuk Bermacam-macam
Digestion Vessel ...
Waktu Kegiatan Penelitian Penggunaan Modul Pembelajaran
Hasil Penelitian ...
24
27
29
Tabel 5.
Teknik Penilaian Angket ………...
32
Tabel 6.
Tabel 7.
Aspek Keaktifan Bertanya dan Target Penel
itian ……….
Skor Capaian Tiap Aspek Angket Keaktifan Bertanya Siswa
Pada
Pra Siklus ………...
...
38
43
Tabel 8.
Skor Capaian Tiap Indikator Angket Keaktifan Bertanya Siswa
Pada
Pra Siklus ………...
...
43
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.
Tabel 15.
Skor Capaian Tiap Aspek Hasil Observasi Keaktifan Bertanya
Siswa Pada
Pra Siklus ………...
Skor Capaian Tiap Indikator Hasil Observasi Keaktifan
Bertanya Siswa Pada
Pra Siklus ………...
Skor Capaian Tiap Aspek Hasil Wawancara Keaktifan Bertanya
Siswa Pada Pra Siklus
………...
Skor Capaian Tiap Indikator Hasil Wawancara Keaktifan
Bertanya Siswa Pada Pra Siklus
………...
Skor Capaian Tiap Aspek Angket Keaktifan Bertanya Siswa
Pada
Pra Siklus dan Siklus I ………...
...
Skor Capaian Tiap Indikator Angket Keaktifan Bertanya Siswa
Pada
Pra Siklus dan Siklus I ………...
...
Skor Capaian Tiap Aspek Hasil Observasi Keaktifan Bertanya
Siswa Pada
Pra Siklus dan Siklus I ………...
45
45
46
47
53
53
54
(16)
commit to user
xvi
Tabel 17.
Tabel 18.
Tabel 19.
Tabel 20.
Tabel 21.
Tabel 22.
Tabel 23.
Tabel 24.
Tabel 25.
Tabel 26
Bertanya Siswa Pada
Pra Siklus dan Siklus I ………...
Skor Capaian Tiap Aspek Hasil Wawancara Keaktifan Bertanya
Siswa Pada Pra Siklus dan Siklus I
………...
Skor Capaian Tiap Indikator Hasil Wawancara Keaktifan
Bertanya Siswa Pada Pra Siklus dan Siklus I
………...
Gain
(Pertambahan) Skor Angket Keaktifan Bertanya Siswa
Pada Tiap Indikator Antara Pra Siklus dan Siklus I ……...
Skor Capaian Tiap Aspek Angket Keaktifan Bertanya Siswa
Pada
Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ………
.
Skor Capaian Tiap Indikator Angket Keaktifan Bertanya Siswa
Pada
Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ……….
Skor Capaian Tiap Aspek Hasil Observasi Keaktifan Bertanya
Siswa Pada
Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ……….
.
Skor Capaian Tiap Indikator Hasil Observasi Keaktifan
Bertanya Siswa Pada
Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ………...
Skor Capaian Tiap Aspek Hasil Wawancara Keaktifan Bertanya
Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
………...
Skor Capaian Tiap Indikator Hasil Wawancara Keaktifan
Bertanya Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
………...
Gain
(Pertambahan) Skor Angket Keaktifan Bertanya Siswa
Pada Tiap Indikator Antara Siklus I dan Siklus II ………
54
55
56
59
67
68
69
69
70
70
(17)
commit to user
xvii
Halaman
Gambar 1.
Struktur Tubuh
Rhizopus sp
……….
12
Gambar 2.
Bagan Kerangka Pikir Penggunaan Modul Pembelajaran Hasil
Penelitian
………..
16
Gambar 3.
Model Analisis Interaktif
...33
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.
Skema Trianggulasi Metode
……….Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ………
Grafik Hasil Analisis Tiap Indikator Berdasarkan Hasil Angket,
Hasil Observasi, dan Hasil Wawancara Keaktifan Bertanya
Siswa Pra Siklus ………...
Grafik Hasil Analisis Tiap Indikator Berdasarkan Hasil Angket,
Hasil Observasi, dan Hasil Wawancara Keaktifan Bertanya
Siswa Siklus
I ………...
Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Tiap Aspek Angket
Keaktifan Bertanya Siswa Pada
Pra Siklus dan Siklus I …...
...
Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Tiap Indikator
Angket Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus dan Siklus I..
Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Tiap Aspek Hasil
Observasi Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus dan Siklus
I ………
Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Tiap Indikator Hasil
Observasi Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus dan Siklus
I ………
Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Tiap Aspek Hasil
Wawancara Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus dan
Siklus I
……….
Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Tiap Indikator Hasil
Wawancara Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus dan
Siklus I
……….
33
40
48
57
58
58
60
61
63
64
(18)
commit to user
xviii
Gambar 15.
Gambar 16.
Gambar 17.
Gambar 18.
Gambar 19.
Gambar 20.
Gambar 21.
Gambar 22.
Gambar 23.
Gambar 24.
Hasil Observasi, dan Hasil Wawancara Keaktifan Bertanya
Siswa Siklus II ……….
Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Tiap Aspek Angket
Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus
II ………...
Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Tiap Indikator
Angket Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, dan
Siklus II ………
Diagram Kenaikan Rata-rata Prosentase Capaian Aspek Angket
Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus
II ………...
Diagram Kenaikan Rata-rata Prosentase Capaian Indikator
Angket Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, dan
Siklus II ………
Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Tiap Aspek Hasil
Observasi Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I,
dan Siklus II ……….
Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Tiap Indikator Hasil
Observasi Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I,
dan Siklus II ……….
Diagram Kenaikan Rata-rata Persentase Capaian Aspek Hasil
Observasi Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I,
dan Siklus II ………
Diagram Kenaikan Rata-rata Persentase Capaian Aspek Hasil
Observasi Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I,
dan Siklus II ………
Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Tiap aspek Hasil
Wawancara Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I,
dan Siklus II
……….
Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Tiap Indikator Hasil
72
73
74
75
76
77
77
79
80
81
(19)
commit to user
xix
Gambar 25.
Gambar 26.
dan Siklus II
………...
...
Diagram Kenaikan Rata-rata Persentase Capaian Aspek Hasil
Wawancara Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus, Siklus
I, dan Siklus II
………..
Diagram Kenaikan Rata-rata Persentase Capaian Wawancara
Hasil Wawancara Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus,
Siklus I, dan Siklus II
………...
82
82
(20)
commit to user
xx
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Pembelajaran
a.
Silabus
95
b.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
97
Lampiran 2. Instrumen Penelitian
a.
Lembar Observasi Awal Proses Pembelajaran Biologi
108
b.
Pedoman Wawancara Awal Guru
109
c.
Pedoman Wawancara Awal Siswa
110
d.
Kisi-kisi Angket Keaktifan Kemampuan Afektif Siswa
111
e.
Angket Kemampuan Afektif Siswa
113
f.
Lembar Observasi Kemampuan Afektif Siswa
115
g.
Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran
117
h.
Pedoman Wawancara Guru
119
i.
Pedoman Wawancara Siswa
123
j.
Modul 128
Lampiran 3. Data Hasil Penelitian
a.
Daftar Nama Siswa Kelas X.3SMA Al Islam 1 Surakarta
236
b.
Daftar Kelompok Siswa Kelas X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta 237
c.
Data Hasil Observasi Awal Proses Pembelajaran
238
d.
Data Hasil Wawancara Siswa Awal
239
e.
Data Hasil Wawancara Guru Awal
244
f.
Data Hasil Perhitungan Angket Keaktifan Bertanya Siswa
245
g.
Data Hasil Observasi Keaktifan Bertanya Siswa
278
h.
Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran
290
i.
Data Hasil Wawancara Guru
294
j.
Data Hasil Wawancara Siswa
300
Lampiran 4. Dokumentasi
(21)
commit to user
xxi
1)
Pra Siklus
333
2)
Siklus I
335
3)
Siklus II 336
Lampiran 5. Perijinan
Surat Ijin Research/Penelitian
337
Surat Pengantar Ijin Menyusun Skripsi
338
Surat Ijin Menyusun Skripsi
339
(22)
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah upaya sadar yang diarahkan untuk mempersiapkan siswa melalui kegiatan pengajaran, bimbingan dan latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Kegiatan pembelajaran menuntut keaktifan dari para pelaku yaitu
siswa.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran aktif dan mandiri mengutamakan aktivitas siswa. Siswa yang aktif dapat ditinjau dari salah satu segi, yaitu keaktifan bertanya. Dengan aktif bertanya, siswa diharapkan mampu mendalami materi.
Hasil observasi terhadap proses pembelajaran biologi kelas X.3 di SMA Al Islam 1 Surakarta yang berjumlah 35 siswa menunjukkan bahwa 5.71% siswa yang bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami, 14.29% siswa yang menjawab pertanyaan guru, 25.71% melakukan aktivitas sendiri, dan 17.14% siswa yang mencatat penjelasan dari guru. Suasana kelas yang demikian menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi tidak efektif karena siswa yang kurang aktif. Berdasarkan hasil observasi awal tersebut, dapat dipahami bahwa masalah yang ada pada kelas X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta adalah kurangnya keaktifan bertanya pada siswa.
Tindak lanjut terhadap kesimpulan sementara dari hasil observasi awal kelas X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta tersebut, maka dilakukan observasi lanjutan dengan menggunakan indikator keaktifan bertanya siswa. Hasil observasi lanjutan menunjukkan 25.71% siswa mengingat/mengenal, mengulang kembali informasi, 11.43% siswa dapat menjelaskan isi pokok dari suatu bacaan, 11.43% siswa dapat mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, 28.57% siswa mampu mencirikan dan merangkum pikiran utama dari satu gagasan atau wacana, 8.57% siswa mampu menemukan hubungan antara fakta dan kejadian, 42.86%
(23)
siswa mampu menarik kesimpulan dalam tabel data tertentu, 11.43% siswa mampu menggunakan pengetahuan, aturan, rumus, konsep, prinsip, hukum, dan teori, 8.57% siswa mampu menyelesaikan masalah dengan pengetahuan yang dimiliki dan membentuk pikirannya, 20% siswa mampu menganalisis kaitan antar bagian, 22.85% siswa mampu mengumpulkan bagian-bagian menjadi suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh, 22.85% siswa mampu membuat pertimbangan berdasarkan pengetahuan yang ia miliki. Hasil observasi lanjutan memperkuat kesimpulan sementara bahwa keaktifan bertanya siswa kelas X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta masih rendah.
Masalah yang menyebabkan kurangnya keaktifan bertanya pada siswa kelas X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta diperkirakan karena penggunaan metode pembelajaran yang belum berpusat pada aktivitas siswa. Selain itu, penggunaan sumber belajar yang masih berupa buku teks, belum mampu meningkatkan keaktifan siswa terutama keaktifan siswa dalam bertanya.
Salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan perbaikan sistem pembelajaran biologi dengan modul pembelajaran hasil penelitian yang pelaksanaannya adalah siswa diberi modul materi pelajaran biologi, sehingga semua siswa mengetahui materi yang diajarkan. Selanjutnya, siswa memahami materi yang belum dipahami. Siswa mencoba menulis pertanyaan untuk diajukan pada guru, dilanjutkan dengan tanggapan dari guru dan siswa lain tentang pertanyaan tersebut.
Keaktifan bertanya siswa dapat ditingkatkan dengan sumber belajar yang menarik dan memungkinkan siswa untuk belajar mandiri. Salah satu sumber belajar tersebut adalah modul pembelajaran hasil penelitian. Modul merupakan sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Penggunaan modul dapat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan siswa untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar tetapi lebih dari itu, yakni memberikan kesempatan
(24)
Modul pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran biologi kelas
X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta PHUXSDNDQ KDVLO SHQHOLWLDQ WHQWDQJ ³3HUXEDKDQ
Kadar Cr, BOD, dan COD pada Limbah Cair Batik melalui Metode Bioremoval
Pellet Kapang Rhizopus sp´+DVLOSHQHOLWLDQtersebut akan dikemas dalam bentuk modul pembelajaran pada pokok bahasan limbah. Kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah menganalisis jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah serta membuat produk daur ulang limbah.
Penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian dapat mengoptimalkan pembelajaran pada pokok bahasan limbah. Siswa diharapkan mempelajari materi terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran, sehingga akan memunculkan ketertarikan siswa terhadap materi yang akan mendorong siswa untuk bertanya saat diskusi untuk memperdalam materi.
Berdasarkan uraian di atas, maka judul penelitian ini:
´3HQJJXQDDQModul Pembelajaran Hasil Penelitian untuk Meningkatkan
Keaktifan Bertanya pada Pokok Bahasan Limbah Siswa Kelas X.3 SMA Al ,VODP6XUDNDUWD´
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penyusunan modul pembelajaran pada pokok bahasan limbah
berdasarkan hasil penelitian tentang ³Perubahan Kadar Cr, BOD, dan COD
pada Limbah Cair Batik melalui Metode Bioremoval Pellet Kapang Rhizopus
sp´"
2. Bagaimanakah penerapan modul pembelajaran pada pokok bahasan limbah
berdasarkan hasil penelitian tentang ³Perubahan Kadar Cr, BOD, dan COD
pada Limbah Cair Batik melalui Metode Bioremoval Pellet Kapang Rhizopus
sp´"
3. Bagaimanakah pengaruh keaktifan bertanya siswa kelas X.3 SMA Al Islam 1
Surakarta terhadap penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian pada pokok bahasan limbah?
(25)
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menyusun modul pembelajaran pada pokok bahasan limbah berdasarkan hasil
SHQHOLWLDQWHQWDQJ³Perubahan Kadar Cr, BOD, dan COD pada Limbah Cair
Batik melalui Metode Bioremoval Pellet Kapang Rhizopus sp´
2. Menerapkan modul pembelajaran pada pokok bahasan limbah berdasarkan
hasil peneOLWLDQWHQWDQJ³Perubahan Kadar Cr, BOD, dan COD pada Limbah
Cair Batik melalui Metode Bioremoval Pellet Kapang Rhizopus sp´
3. Mengetahui pengaruh keaktifan bertanya siswa kelas X.3 SMA Al Islam 1
Surakarta terhadap penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian pada pokok bahasan limbah.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan keaktifan bertanya siswa terhadap pembelajaran biologi.
b. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran, sehingga siswa lebih aktif
bertanya dalam belajar.
2. Bagi guru
a. Menyajikan pemecahan untuk mengatasi masalah pembelajaran biologi
khususnya untuk meningkatkan keaktifan bertanya siswa melalui penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian.
b. Memperkaya khasanah pengetahuan guru mengenai alternatif
pembelajaran biologi yang dapat meningkatkan keaktifan bertanya siswa.
3. Bagi sekolah
a. Memberikan sumbangan bagi sekolah untuk menetapkan kebijakan
perbaikan proses pembelajaran.
b. Menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan
(26)
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Penggunaan Modul Pembelajaran Hasil Penelitian untuk Meningkatkan
Keaktifan Bertanya Siswa
a. Modul
1) Pembelajaran Modul
Menurut Majid (2006: 176) pengertian modul adalah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar.
Pengertian modul menurut Nasution (1988: 205) dapat dirumuskan sebagai suatu unit lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.
Menurut Santyasa (2009: 9), pelaksanaan pembelajaran modul adalah sebagai berikut:
a) Modul dibagikan kepada siswa paling lambat seminggu sebelum
pembelajaran.
b) Penerapan modul dalam pembelajaran menggunakan metode diskusi
model pembelajaran kooperatif konstruktivistik.
c) Pada setiap akhir unit pembelajaran dilakukan tes penggalan, tes
sumatif, dan tugas-tugas latihan yang terstruktur.
d) Hasil tes dan tugas yang dikerjakan siswa dikoreksi dan dikembalikan
dengan feedback yang terstruktur paling lambat sebelum pembelajaran
unit materi ajar berikutnya.
e) Memberi kesempatan kepada siswa yang belum berhasil menguasai
materi ajar berdasarkan hasil analisis tes penggalan dan sumatif, dipertimbangkan sebagai hasil diagnosis untuk menyelenggarakan program remidial pada siswa di luar jam pembelajaran.
(27)
Menurut Mulyasa (2005:152), beberapa keunggulan pembelajaran dengan sistem modul dapat dikemukakan sebagai berikut:
a) Berfokus pada kemampuan individual siswa, di mana siswa memiliki
kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya.
b) Adanya kontrol terhadap hasil belajar melalui penggunaan standar kompetensi
dalam setiap modul yang harus dicapai oleh siswa.
c) Relevansi kurikulum ditandai dengan adanya tujuan dan cara pencapaiannya,
sehingga siswa dapat mengetahui keterkaitan pembelajaran dan hasil yang akan diperoleh.
Menurut Winkel (2007: 473) pembelajaran modul merupakan pembelajaran individual untuk mencapai tujuan pendidikan secara efisien dan efektif dengan program pengajaran sesuai dengan laju kemajuan/kecepatan siswa sendiri dengan bantuan dari guru atau tidak. Peran guru sebagai fasilitator mendukung penggunaan modul pembelajaran yang menuntut siswa untuk mempelajari materi terlebih dahulu sebelum ada penjelasan dari guru.
2) Karakteristik Modul
Menurut Suwarno (2006:91-92) pula, pembelajaran sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas
tentang apa saja yang harus dilakukan oleh siswa, bagaimana melakukannya dan sumber belajar apa yang harus digunakan.
b) Modul adalah pembelajaran individual yang berupaya melibatkan sebanyak
mungkin karakteristik siswa. Setiap modul harus : (1) memungkinkan siswa mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuan; (2) memungkinkan siswa mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan (3) memfokuskan siswa pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur.
c) Adanya pengalaman belajar pada modul bertujuan untuk membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan siswa untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar
(28)
membaca dan mendengar tetapi lebih dari itu yaitu memberikan kesempatan
untuk bermain peran (role playing), simulasi dan berdiskusi.
d) Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga siswa
dapat mengetahui kapan memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak menimbulkan pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari.
Menurut Suradi dalam Wena (2009: 232) mengemukakan ciri-ciri modul sebagai berikut:
a) Modul adalah paket pembelajaran yang bersifat self-instruction.
b) Pengakuan adanya perbedaan individual belajar masing-masing siswa.
c) Membuat rumusan tujuan pembelajaran secara eksplisit.
d) Adanya asosiasi, struktur, dan urutan pengetahuan.
e) Penggunaan berbagai macam media pembelajaran.
f) Partisipasi aktif dari siswa.
g) Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa.
h) Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa terhadap hasil belajar.
Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi siswa dalam mencapai ketuntasan belajar. Pengukuran ini juga menjadi suatu kriteria atau standar kelengkapan modul.
3) Komponen Modul
Seperti yang diungkapkan oleh Nana Sudjana, dkk (1989: 134), modul dapat diuraikan secara rinci unsur-unsurnya yang meliputi:
a) Pedoman guru, berisi petunjuk agar guru mengajar secara efisien serta
memberikan penjelasan mengenai jenis kegiatan yang harus dilakukan siswa, waktu untuk menyelesaikan modul, alat pelajaran yang digunakan, dan petunjuk evaluasinya.
b) Lembar kegiatan siswa, memuat pelajaran yang harus dikuasai siswa. Susunan
materi sesuai dengan tujuan instruksional yang akan dicapai, disusun langkah demi langkah, sehingga mempermudah siswa dalam belajar. Lembaran kegiatan tercantum kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa.
(29)
c) Lembar kerja, menyertai lembar kegiatan siswa yang digunakan untuk menjawab atau mengerjakan soal-soal.
d) Kunci lembar kerja, berguna untuk mengevaluasi atau mengoreksi sendiri
hasil pekerjaan siswa. Apabila terdapat kekeliruan dalam pengerjaannya, siswa bisa meninjau kembali pekerjaannya.
e) Lembar tes, adalah alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan tujuan yang
telah dirumuskan dalam modul. Lembar tes berisi soal-soal untuk menilai keberhasilan siswa dalam mempelajari materi yang disajikan dalam modul.
f) Kunci lembar tes, merupakan alat koreksi terhadap penilaian yang
dilaksanakan oleh siswa sendiri.
b. Keaktifan Bertanya
³.HDNWLIDQ DGDODK NHVLEXNDQ NHJLDWDQ´ .%%,.DPXV %HVDU %DKDVD
Indonesia, 2005: 36). Jadi, keaktifan siswa adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh siswa.
Prinsip belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, sehingga aktivitas merupakan prinsip atau asas yang penting dalam interaksi belajar mengajar.
Menurut Brown dalam J.J. Hasibuan, dkk, (1994: 19) mendeskripsikan
SHQJHUWLDQ EHUWDQ\D VHEDJDL EHULNXW «any statement which tests or creates knowledge in the learner (setiap pertanyaan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri siswa merupakan pengertian bertanya).
Dalam Hasibuan, dkk (1986: 62), bertanya adalah ucapan verbal yang meminta respons dari seseorang yang dikenai. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai hal-hal yang merupakan pertimbangan. Jadi bertanya adalah stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir.
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat saja. Diedrich membagi kegiatan siswa antara lain:
a.Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b.
Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
(30)
c. Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato. d. Writing activities, seperti misalnya menulis
cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. e. Drawing activities,
misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f. Motor
activities, yang termasuk di dalamnya antata lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model reparasi, bermain, berkebun, beternak. g.
Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. h. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup (Sardiman, 2007: 101).
Kegiatan-kegiatan lisan menurut Yamin (2007: 85) antara lain: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. Terkait dengan jenis aktivitas siswa, maka keaktifan bertanya merupakan salah satu jenis dari aktivitas siswa yang termasuk
dalam oral activities.
Penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian akan memunculkan keingintahuan siswa terhadap hal-hal yang belum diketahuinya, sehingga hal tersebut akan mendorong siswa belajar aktif. Salah satunya adalah dengan aktif bertanya.
2. Perubahan Kadar Cr, BOD, dan COD pada Limbah Cair Batik melalui
Metode Bioremoval Pellet Kapang Rhizopus sp
a. Limbah Cair Batik
Aktifitas industri batik di samping memberikan dampak positif juga memberikan dampak negatif. Menurut Suleman dalam Setyaningsih (2002), banyaknya produsen batik, baik yang besar maupun yang berskala rumah tangga, memiliki kesamaan yaitu dengan menghasilkan limbah cair batik, dengan
kandungan zat warna, zat padat tersuspensi, BOD (Biochemichal Oxygen
Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), minyak dan lemak yang perlu pengolahan sebelum dibuang ke badan air.
Menurut penelitian Junaidi, dkk (2006: 2), pengelolaan limbah cair setelah proses produksi bertujuan untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan
(31)
pencemar yang terkandung dalam limbah cair tersebut sehingga limbah cair
tersebut layak untuk dibuang.
Di dalam proses pewarnaan batik di antaranya menggunakan pewarna yang mengandung Cr. Penggunaan pewarna tersebut akan menghasilkan limbah logam berat yang berbahaya yaitu Cr. Menurut Suhendrayatna (2001), Cr adalah elemen berbahaya di permukaan bumi dan dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr (II) sampai Cr (VI), tapi hanya Cr bervalensi tiga dan enam yang memiliki kesamaan sifat biologinya. Cr bervalensi tiga memiliki sifat racun yang lebih rendah dibanding dengan Cr bervalensi enam.
Adapun sifat-sifat yang dimilki oleh logam Cr (Darwono, 1995) dalam Meriatna (2008: 29-30) adalah:
1) Sifat kimia Cr
a) Logam yang mengkilap dan titik cairnya tinggi yang banyak dipergunakan di
industri baja.
b) Dapat larut dalam asam kecuali nitrit, tidak larut dalam air.
c) Pada tingkat konsentrasi 10 ppm dalam air, krom diperkirakan toksik bagi
beberapa alga.
2) Sifat fisik Cr
a) Titik lebur 19030C pada tekanan 1 atm.
b) Titik didih 26420C pada 1 atm.
c) Massa jenis 650 gr/cm3
Cr dapat dikurangi dengan bakteri atau fungi menurut Varenyam Achal, dkk (2011: 166):
Chromium has become an important soil contaminant at many sites throughout the world and facilitating reduction of toxic Cr (VI) to nontoxic (III) using different microorganisms such as bacteria or fungi, is becoming an attractive remediation strategy. There is a need to find out different fungal species that can remove such toxic heavy metal ions from contaminated sites.
Pengertian di atas menunjukkan bahwa Cr menjadi kontaminan pada tanah dan mengurangi racun Cr (VI) yang berbahaya menjadi Cr (III) yang tidak
(32)
berbahaya digunakan mikroorganisme sepert bakteri dan jamur, yang bisa menjadi strategi remediasi yang atraktif.
Menurut Sihaloho (2008: 36), BOD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan oleh populasi mikroorganisme yang berada dalam kondisi aerob untuk menstabilkan materi organik. Semakin besar angka BOD maka derajat pengotoran air limbah semakin besar. Menurut Hariyadi (2004: 2), nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran
jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable organics) yang ada di perairan.
Menurut Fatha (2007: 23), COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK)
adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
organik yang ada dalam satu liter sampel air, dimana pengoksidanya adalah
K2Cr2O7 atau KMnO4. Menurut Hariyadi (2004: 2), selisih nilai antara COD dan
BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari
COD. COD menggambarkan jumlah total bahanorganik yang ada.
b.Kapang Rhizopus sp
Kapang (mould/filamentous fungi) menurut Milmi (2008) merupakan
mikroorganisme anggota Kingdom Fungi yang membentuk hifa. Kapang melakukan reproduksi dan penyebaran menggunakan spora. Spora kapang terdiri dari dua jenis, yaitu spora seksual dan spora aseksual. Spora aseksual dihasilkan lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan spora seksual.
Spora aseksual memiliki ukuran yang kecil (diameter 1-ȝPGDQULQJDQ
Klasifikasi Rhizopus sp menurut Muzzayinah (2005) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Fungi
Divisio : Zygomycota Class : Zygomycetes Ordo : Mucorales Familia : Mucoraceae
Genus : Rhizopus
(33)
Menurut Muzzayinah (2005: 98), miselium Rhizopus membentuk tiga hifa. Pertama yang disebut dengan rhizoid, yang menetrasi substrat dan bertugas mengabsorbsi makanan. Kedua, stolon yang tumbuh di permukaan substrat. Ketiga adalah sporangiophore yang tumbuh tegak tidak bercabang.
Gambar 1. Struktur Tubuh Rhizopus sp
Sumber: University of Winnipeg (http://kentsimmons.uwinnipeg.ca/2006.
Diakses tanggal 12 September 2010)
Habitat dari Rhizopus adalah di darat, di tanah yang lembab atau sisa
organisme mati. Rhizopus bereproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi
secara aseksual adalah dengan spora nonmotil yang dihasilkan oleh sporangium, sedangkan reproduksi seksualnya dengan konjugasi dua hifa (-) dan hifa (+).
c. Metode Bioremoval Pellet Kapang Rhizopus sp
Menurut Suhendrayatna (2001), metode bioremoval adalah terakumulasi
dan terkonsentrasinya zat polusi (pollutant) dari suatu cairan oleh material biologi,
selanjutnya melalui proses rekoveri material ini dapat dibuang dan ramah terhadap lingkungan. Proses bioremoval berpotensi tinggi untuk mengurangi kadar logam berat pada level konsentrasi yang sangat rendah. Bioremoval lebih efektif
dibanding dengan dengan ion exchange dan reverse osmosis. Proses bioremoval
ion logam berat umumnya terdiri dari dua mekanisme yang melibatkan proses
active uptake dan passive uptake.
Passive uptake dikenal dengan istilah proses biosorbsi. Proses ini terjadi ketika ion logam berat mengikat dinding sel dengan dua cara yang berbeda. Pertama, pertukaran ion di mana ion monovalen dan divalen seperti Na, Mg, dan Ca pada dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat. Kedua adalah formasi
(34)
kompleks antara ion-ion logam berat dengan functional groups seperti carbonyl,
amino, thiol, hydroxyl, phosphate yang berada pada dinding sel. Proses biosorbsi ini bersifat bolak-balik dan cepat.
Active uptake dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini secara simultan terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan mikroorganisme dan akumulasi intraseluler ion logam tersebut. Proses ini tergantung dari energi yang terkandung dan sensitifitasnya terhadap parameter-parameter yang berbeda seperti pH, suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya, dll.
Proses bioremoval merupakan metode yang sangat simpel. Mikroorganisme dimasukkan, ditumbuhkan selanjutnya dikontakkan dengan air yang tercemar. Proses pengontakkan dilakukan dalam jangka waktu tertentu agar biomassa berinteraksi dengan ion-ion logam dan selanjutnya biomassa dipisahkan dari cairan. Penelitian ini dipelajari perubahan kadar Cr, BOD, dan COD pada
limbah cair batik melalui metode bioremoval pellet kapang Rhizopus sp dengan
variasi pellet dalam limbah 0:10(%b/v), 5:10(%b/v), 10:10(%b/v), 15:10(%b/v),
dan 20:10(%b/v) dengan waktu retensi selama 7 hari.
Menurut Kartasudjana (2001: 3), pellet merupakan bentuk masa
bahan-bahan pakan, konsentrat atau ransum yang dibentuk dengan menekan dan
memadatkannya melalui lubang cetakan secara mekanis. Komponen yang
digunakan dari pellet kapang Rhizopus sp adalah tepung limbah tapioka (onggok),
tepung kanji, Rhizopus sp, dan air. Spora dari kapang Rhizopus sp ini diisolasi
untuk kemudian dibungkus dalam material organik berupa tepung limbah tapioka
dan dikemas dalam bentuk pellet. Berdasarkan sifat tepung limbah tapioka
sebagai pembungkus yang mudah didegradasi oleh lingkungan, ketersediaan bahan yang cukup melimpah, mudahnya penanganan, kecepatan pertumbuhan kapang, dan kemampuan menyesuaikan diri yang tinggi serta bentuk yang praktis
menjadikan pellet kapang Rhizopus sp layak diaplikasikan sebagai solusi alternatif
termurah untuk mereduksi logam berat Cr dengan disesuaikan pada fungsi fisiologik, anatomi tubuh kapang serta kemampuan biosorbsi ion logam berat.
Menurut penelitian Wignyanto (2006: 6), waktu retensi pellet dalam
(35)
limbah tapioka tinggi namun dengan kandungan air yang sama akan mengurangi
kekompakan penyatuan bahan pellet, sehingga air sangat mudah untuk masuk ke
dalam pellet. Keadaan tersebut juga berpengaruh pada kehalusan dan homogenitas
partikel bahan di samping adanya bahan perekat. Keseluruhan faktor tersebut sangat mempengaruhi daya serap air yang pada akhirnya akan menentukan
lamanya waktu mengapung dari pellet.
Rhizopus sp dapat dimasukkan dalam adsorben yang baik menurut Iqbal Ahmad, dkk (2005: 125) adalah sebagai berikut:
Result from this study showed that the dead biomass of Rhizopus sp. had a higher adsorption capacity as compared Aspergillus sp. biomass. Several authors have also reported the biosorption ability of live biomass of the various filamentous fungi including species of metals like Zn, Ni, Cd, Cu, Co but less commonly to chromium. However certain others authors reported the bioadsorption ability of dead/living biomass of Rhizopus and Aspergillus sp. (Gadd., 1990; Fourest et al., 1994; Bai and Abraham., 2001; Teskova and Petrov., 2002)
Pengertian di atas menunjukkan bahwa hasil studi menunjukkan bahwa
biomassa mati dari Rhizopus sp mempunyai adsorsbsi yang lebih tinggi
dibandingkan Aspergillus sp. Beberapa penulis juga melaporkan bahwa
kemampuan biosorpsi dari biomassa hidup dari jamur yang mempunyai variasi filamen menyerap logam berat seperti Zn, Ni, Cd, Cu, Co tetapi sedikit pada Cr. Meskipun demikian, penulis lain melaporkan bahwa kemampuan biosorpsi bisa
dari biomassa yang mati atau hidup dari Rhizopus dan Aspergillus sp.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran di kelas X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta menunjukkan bahwa keaktifan bertanya siswa rendah. Hasil observasi di kelas X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta menunjukkan bahwa 5.71% siswa yang bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami, 14.29% siswa yang menjawab pertanyaan guru, 25.71% melakukan aktivitas sendiri, dan 17.14% siswa yang mencatat penjelasan dari guru. Berdasarkan observasi awal tersebut, dapat dipahami bahwa masalah yang ada pada kelas X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta adalah rendahnya keaktifan bertanya siswa. Masalah tersebut diperkirakan karena metode pembelajaran yang
(36)
belum berpusat pada aktivitas siswa pembelajaran yang masih berupa buku teks, belum mampu meningkatkan keaktifan siswa..
Modul merupakan paket belajar mandiri yang disusun secara sistematis untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan Modul Pembelajaran dalam proses pembelajaran memungkinkan siswa aktif dalam pembelajaran sebab pada pembelajaran modul guru berperan sebagai fasilitator, sedangkan siswa sebagai pelaku utama. Pembelajaran modul memungkinkan siswa untuk mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dibahas.
Penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian yang dapat memungkinkan siswa untuk memahami materi sebelum dijelaskan oleh guru, menandai atau mengenali materi yang belum dipahami, dan menanyakan materi tersebut, sehingga dapat menstimulus siswa untuk bertanya. Stimulus untuk bertanya diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Modul yang digunakan merupakan hasil penelitian tentang
³3HUXEDKDQ.DGDU&U%2'GDQ&2'SDGD/LPEDK&DLU%DWLNPHODOXL0HWRGH
Bioremoval Pellet Kapang Rhizopus sp´
Berdasarkan uraian di atas dan untuk mengatasi permasalahan rendahnya keaktifan bertanya siswa, peneliti berkolaborasi dengan guru biologi SMA Al Islam 1 Surakarta untuk melakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan modul pembelajaran hasil penelitian pada pokok bahasan Limbah.
Skema kerangka berpikir dalam pelaksanaan kegiatan penelitian secara sederhana dapat dilihat sebagai berikut:
(37)
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH:
Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir Penggunaan Modul Pembelajaran Hasil Penelitian
PERMASALAHAN PEMBELAJARAN :
Keaktifan bertanya rendah.
Modul pembelajaran hasil penelitian
³3HUXEDKDQ .DGDU &U %2' GDQ &2'
pada Limbah Cair Batik Mealui Metode
Pellet Kapang Rhizopus sp´ sebagai
Modul : memungkinkan siswa belajar mandiri
TARGET:
Keaktifan bertanya siswa meningkat
HASIL OBSERVASI:
- Siswa kurang aktif dalam
bertanya.
- Kurangnya keterlibatan peran
aktif siswa dalam pembelajaran.
- Kurangnya pemahaman siswa
terhadap materi biologi.
PENYEBAB:
- Metode pembelajaran yang belum
berpusat pada aktivitas siswa.
- Sumber belajar yang berupa buku
teks belum mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam bertanya.
(38)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan Modul pembelajaran hasil penelitian sebagai salah satu bahan ajar. Modul sebagai bahan pembelajaran ini disusun dari hasil penelitian perubahan kadar Cr, BOD,
dan COD pada limbah cair batik melalui metode bioremoval pellet kapang
Rhizopus sp di laboratorium sebagai pengembangan bahan ajar pada pokok bahasan Limbah.
A.Penelitian Laboratorium
1. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian laboratorium untuk uji kadar Cr, BOD, dan COD pada limbah industri batik dilaksanakan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL PPM) Yogyakarta. Limbah industri
batik diambil dari home industry batik di kawasan Sukoharjo.
b. Waktu Penelitian
Penelitian uji kadar Cr, BOD, dan COD dilaksanakan pada bulan Maret-November 2010.
Tabel 1. Waktu Kegiatan Penelitian Perubahan Kadar Cr, BOD, dan COD pada
Limbah Cair Batik Melalui Metode Bioremoval Pellet Kapang Rhizopus sp.
N
o. Rencana Kegiatan
Tahun 2010
Mar Apr Mei Jun Juli Ags Sep Okt Nov
1. Persiapan
a. Analisis kurikulum SMA ---xx xx--- b. Pengajuan judul penelitian ---xx c. Pembuatan rancangan penelitian ---xx d. Pengajuan izin penelitian ---xx
2. Pelaksanaan
a. Persiapan alat dan bahan
----x xx---
(39)
b. Inokulsai, pembuatan pellet --x-- c. Pengujian awal kadar Cr, BOD, dan COD
---x-
d. Retensi limbah batik dengan pellet
---xx e. Pengujian
akhir kadar Cr, BOD, dan COD
--x--
f. Pengumpulan data
--xxx
g. Analisa data xxxx x
xxxx x
3. Penyelesaian
Pembuatan Modul pembelajaran hasil penelitian xxxx x xxxx x xxxx x
2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan observasi dan eksperimen yang meliputi uji kadar Cr dengan menggunakan metode analisa SSA (Spektrofotometrik Serapan Atom secara ekstraksi), BOD dengan winkler dan DO meter, dan COD dengan metode refluks tertutup secara spektrofotometri pada limbah industri batik. Hasil penelitian ini akan ditulis dalam modul yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas di kelas X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta.
3. Data dan Sumber Data
a. Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi kadar Cr, BOD, dan
COD pada limbah industri batik melalui metode bioremoval pellet kapang
(40)
b. Sumber Data
Data diperoleh dari hasil uji kadar Cr, BOD, dan COD dari bahan yang dilakukan di laboratorium dan penetapan angka kadar Cr, BOD, dan COD dalam mg/l diperoleh melalui perhitungan secara kuantitatif.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data terdiri atas perlakuan di laboratorium dan perhitungan untuk memperoleh data tentang kadar masing-masing unsur dalam sampel atau contoh bahan yang diuji melalui beberapa tahap sebagai berikut :
a. Analisis Kadar Cr, BOD, dan COD
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan observasi dan eksperimen yang meliputi uji kadar Cr dengan menggunakan metode analisis SSA (Spektrofotometrik Serapan Atom secara ekstraksi), BOD dengan winkler dan DO meter, dan COD dengan metode refluks tertutup secara spektrofotometri pada limbah industri batik.
b. Dokumentasi
Dokumentasi berupa foto penelitian perubahan kadar Cr, BOD, dan COD
pada limbah cair batik melalui metode bioremoval pellet kapang Rhizopus sp.
5. Prosedur Penelitian
a. Inokulasi Rhzopus sp, Pembuatan Pellet dan Treatment
1) Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan adalah mesin giling, timbangan digital, toples dengan ukuran 10 liter. Bahan yang digunakan adalah ragi tempe,
Pepton Glucose Yeast (PGY), tepung kanji, tepung limbah tapioka, limbah cair industri batik.
2) Cara Kerja
Persiapan pertama kali adalah inokulasi Rhizopus sp ditumbuhkan dalam
media cair Pepton Glucose Yeast (PGY) dengan komposisi glukosa (20 g/l), yeast
(41)
Pembuatan pellet kapang Rhizopus sp yaitu untuk pengolahan dan pemecahan untuk pemisahan bahan-bahan pencemar atau kotoran dari bahan yang
akan digunakan, yaitu tepung limbah tapioka. Pellet dibuat dengan campuran
bahan tepung limbah tapioka dengan tepung kanji yang berfungsi sebagai perekat. Setelah semua bahan baku tercampur secara homogen, lalu dibuat dalam bentuk
pellet.
Pellet basah yang telah dipotong-potong dijemur sampai kadar airnya 10- 20%. Proses pengeringan bisa dilakukan dengan penjemuran di bawah terik matahari atau menggunakan mesin. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Penjemuran secara alami tentu sangat tergantung kepada cuaca. Mesin pengering yang umum digunakan sangat beragam, diantaranya oven
pengering yaitu pada suhu 370C selama 90 menit. Supaya dihasilkan
pengeringan yang merata, harus sering dibalik supaya tidak gosong. Pengeringan
dihentikan apabila pellet kering, keras dan mudah patah.
Air limbah yang digunakan berasal dari home industri batik di kawasan Sukoharjo. Pada tahap pelaksanaan, digunakan ember sebanyak 5 buah bervolume
10 liter diisi dengan 10 liter limbah cair batik. Kelima ember ditandai dengan
nomor 1 sampai 5. Ember pertama dimasukkan pellet sebanyak 20 g. Ember
kedua dimasukkan pellet sebanyak 15 g. Ember ketiga dimasukkan pellet
sebanyak 10 g. Ember keempat dimasukkan pellet sebanyak 5 g. Dan ember
kelima tidak dimasukkan pellet (kontrol). Tiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali
perulangan.
b. Uji Kadar Cr
Uji kadar Cr dilakukan dengan menggunakan metode analisis SSA (Spektrofotometrik Serapan Atom secara ekstraksi) (Badan Standardisasi Nasional /SNI 06-6989.17-2004).
1) Prinsip
Penambahan asam nitrat bertujuan untuk melarutkan analit logam dan menghilangkan zat pengganggu yang terdapat dalam contoh uji dalam air dan air limbah dengan bantuan pemanas listrik, kemudian diukur dengan SSA
(42)
2) Alat
Alat yang diperlukan yaitu: SSA, lampu holow katoda Cr, gelas piala, pipet ukur 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml; 40 ml dan 60 ml, labu ukur 100 ml, corong
gelas, pemanas listrik, kertas saring whatman 40 dengan ukuran pori 0,42 m,
dan labu semprot.
3) Bahan
Bahan yang diperlukan yaitu: air suling, asam nitrat ( , Larutan
standar logam Cr, Gas etilen ( , dan sample limbah.
4) Cara Kerja
Bila contoh uji tidak dapat segera dianalisa, maka contoh uji diawetkan
dengan penambahan pekat sampai pH kurang dari 2 dengan waktu simpan
maksimal 6 bulan.
Persiapan pengujian dengan 100 ml contoh uji yang sudah dikocok sampai homogen dimasukkan ke dalam gelas piala. Ditambahkan 5 ml asam nitrat kemudian dipanaskan di pemanas listrik sampai larutan hamper kering. 50 ml air suling dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml melalui kertas saring dan ditepatkan 100 ml dengan air suling.
Pembuatan larutan baku logam krom 100 mg/l adalah dengan 10 ml larutan induk logam Cr diambil dengan pipet, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda batas.
Pembuatan larutan baku logam Cr 10 mg/l adalah dengan 50 ml larutan standar logam Cr diambil dengan pipet, dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml. Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera.
Pembuatan larutan kerja logam Cr adalah dengan diambil 0 ml; 2 ml; 5 ml; 10 m; 20 ml; 30 ml; 40 ml dan 50 ml dari larutan baku Cr 10 mg/l, masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Larutan pengencer ditambahkan sampai tanda tera sehingga diperoleh konsentrasi logam Cr 0,0 mg/l; 0,2 mg/l; 0,5 mg/l; 1,0 mg/l; 2,0 mg/l; 3,0 mg/l; 4,0 mg/l; 5,0 mg/l.
Pembuatan kurva kalibrasi dan cara uji contoh uji adalah alat SSA dioptimalkan sesuai petunjuk penggunaan alat. Masing-masing larutan kerja yang
(43)
telah dibuat pada panjang gelombang 357,9 nm diukur. Kurva kalibrasi dibuat untuk mendapatkan persamaan garis regresi. Dilanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan.
5) Perhitungan
a) Konsentrasi logam Cr total
Cr (mg/l) = C x fp Dengan pengertian:
C adalah konsentrasi yang didapat hasil pengukuran (mg/l); fp adalah faktor pengenceran
b) Persen temu balik (% recovery, %)
% R = x 100%
Dengan pengertian:
A adalah kadar contoh uji yang di spike; B adalah kadar contoh uji yang tidak di spike; C adalah kadar standar yang diperoleh (target value)
c. Uji BOD
Uji BOD menggunakan metode uji APHA 2005, Section 5210-B, Section 4500-OG.
1) Prinsip
Sejumlah contoh uji ditambahkan ke dalam larutan pengencer jenuh oksigen yang telah ditambah larutan nutrisi dan bibit mikroba, kemudian
diinkubasi dalam ruang gelap pada suhu 200C 10C selama 5 hari. Nilai BOD
dihitung berdasarkan selisih konsentrasi oksigen terlarut 0 (nol) hari dan 5 (lima) hari. Bahan kontrol standar dalam uji BOD ini digunakan larutan glukosa-asam glutamat.
2) Alat
Alat yang diperlukan yaitu: DO meter yang terkalibrasi; lemari
inkubasi/water cooler suhu 200C 10C, botol dari gelas 5 l-10 l, pipet volumetrik 1
ml dan 10 ml, labu ukur 100 ml; 200 ml; dan 1000 ml, pH meter, botol DO,
(44)
3) Bahan
Bahan yang diperlukan yaitu: sampel limbah; air bebas mineral; larutan nutrisi; larutan suspensi bibit mikroba; larutan air pengencer; larutan glukosa-asam glutamat; larutan glukosa-asam dan basa 1 N; larutan natrium sulfit; inhibitor nitrifikasi Allylthiourea (ATU); asam asetat; larutan kalium iodida 10%; dan larutan indikator amilum (kanji).
4) Cara Kerja
Larutan air pengencer dibuat dengan menyiapkan air bebas mineral yang jenuh oksigen atau minimal 7,5 mg/l dalam botol gelas yang bersih kemudian
diatur suhunya pada kisaran 200C 30C. Setiap 1 l air bebas minera\l tersebut
ditambahkan masing-masing 1 ml larutan nutrisi yang terdiri dari larutan buffer
fosfat, MgSO4, CaCl2, dan FeCl3-. Bibit mikroba juga ditambahkan ke dalam
setiap 1 l air bebas mineral tersebut.
Larutan glukosa-asam glutamat dibuat dengan mengeringkan glukosa dan
asam glutamat pada 1030C selama 1 jam. 150 mg glukosa dan 150 mg asam
glutamat ditimbang kemudian dilarutkan dengan air bebas mineral hingga 1 l. Larutan glukosa-asam glutamat dibuat dengan mengkondisikan larutan
glukosa-asam glutamat pada suhu 200C 30C. 20 ml larutan glukosa-asam
glutamat dimasukkan ke dalam labu ukur 1 l kemudian diencerkan dengan larutan air pengencer hingga 1 l. Kemudian mengaduknya sampai homogen.
Larutan contoh uji dibuat dengan mengkondisikan contoh uji pada suhu
200C 30C. Dalam labu ukur dilakukan pengenceran contoh uji dengan larutan
pengencer hingga 1 l. Jumlah pengenceran sangat tergantung pada karakteristik contoh uji dan dipilih pengenceran yang diperkirakan dapat menghasilkan penurunan oksigen terlarut minimal 2 mg/l dan sisa oksigen terlarut minimal 1 mg/l setelah inkubasi 5 hari. Pengenceran contoh uji dapat dilakukan berdasarkan faktor pengenceran seperti di bawah ini:
(45)
Tabel 2. Jumlah Contoh Uji
Jenis contoh uji Jumlah contoh uji
(%) Faktor pengenceran
Limbah industri yang sangat pekat 0,01 ± 1,0 10000 ± 100
Limbah yang diendapkan 1,0 ± 5,0 100 - 20
Efluen dari proses biologi 5,0 ± 25 20 ± 4
Air sungai 25 ± 100 4 ± 1
Sumber: Standart Methods for The Examination of Water and Wastewater 21st
Edition, 2005: Biochemical Oxygen Demand (5210)
Dua buah botol BOD disiapkan dan ditandai masing-masing botol dengan
notasi A1 dan A2 Larutan contoh uji dimasukkan ke dalam masing-masing botol
DO A1 dan A2 sampai meluap, kemudian menutup masing-masing botol secara
hati-hati untuk menghindari terbentuknya gelembung udara. Pengocokkan dilakukan beberapa kali kemudian menambahkan air bebas mineral pada sekitar
mulut DO yang telah ditutup. Botol A2 disimpan dalam lemari inkubator 200C
10C selama 5 hari.
Pengukuran oksigen dilakukan terhadap larutan dalam botol A dengan alat
DO meter yang terkalibrasi sesuai dengan Standart Methods for The Examination
of Water and Wastewater 21st Edition, 2005: Membrane electrode method (4500-O G) atau dengan metode titrasi secara iodometri (modifikasi Azida) sesuai dengan SNI 06-6989.14-2004. Hasil pengukuran merupakan nilai oksigen terlarut pada nol hari harus dilakukan paling lama 30 menit setelah pengenceran.
Mengulangi pengerjaan di atas untuk botol A2 yang telah diinkubasi 5 hari 6
jam. Hasil pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut 5 hari (A2).
Mengulangi pengerjaan di atas untuk penetapan blanko dengan menggunakan larutan pengencer tanpa contoh uji. Hasil pengukuran yang
diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (B1) dan nilai oksigen terlarut
5 hari (B2).
Mengulangi pengerjaan di atas untuk penetapan kontrol standar dengan menggunakan larutan glukosa-asam glutamat. Hasil pengukuran yang diperoleh
(46)
merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (C1) dan nilai oksigen terlarut 5 hari
(C2). Melakukan kembali pengerjaan di atas terhadap beberapamacam
pengenceran contoh uji.
5) Perhitungan
BOD5 =
Dengan pengertian:
BOD5 adalah nilai BOD5 contoh uji (mg/l)
A1 adalah kadar oksigen terlarut contoh uji sebelum inkubasi (0 hari) (mg/l);
A2 adalah kadar oksigen terlarut contoh uji setelah inkubasi 5 hari (mg/l);
B1 adalah kadar oksigen terlarut blanko sebelum inkubasi (0 hari) (mg/l);
B2 adalah kadar oksigen terlarut blanko setelah inkubasi 5 hari (mg/l);
VB adalah volume suspensi mikroba (ml) dalam botol DO blanko;
VC adalah volume suspensi mikroba dalam botol contoh uji;
P adalah perbandingan volume contoh uji (V1) per volume total (V2).
d. Uji COD
Uji COD menggunakan metode uji APHA 2005, Section 5220-C.
1) Prinsip
Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji
dioksidasi oleh Cr2O72- dalam refluks tertutup selama 2 jam menghasilkan Cr3+.
Kelebihan kalium dikromat yang tidak tereduksi, ditritasi dengan larutan Ferro
Ammonium Sulfat (FAS) menggunakan indikator ferroin. Jumlah oksidan yang
dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2 mg/l).
2) Alat
Alat yang diperlukan yaitu: digestion vessel lebih baik gunakan kultur
tabung borosilikat dengan ukuran 16 mm x 100 mm; 20 mm x 150 mm atau 25 mm x 150 mm bertutup ulir. Atau alternatif lain, gunakan ampul borosilikat dengan kapasitas 10 ml (diameter 19 mm sampai dengan 20 mm); pemanas
dengan lubang-lubang penyangga tabung (heating block); mikroburet; labu ukur
100 dan 1000 ml; pipet volumetrik 5 ml, 10 ml dan 25 ml; gelas piala; timbangan
(47)
3) Bahan
Bahan yang diperlukan yaitu: sample limbah, air bebas organik, larutan
pereaksi asam sulfat, larutan baku kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,01667 M ( 0,1
N); larutan indikator ferroin; larutan baku Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,05M;
asam sulfamat (NH2SO3H); dan larutan baku Kalium Hidrogen Ftalat
(HOOCC6H4COOK, KHP) COD 500 mg O2/l.
4) Cara Kerja
Pembuatan larutan pereaksi asam sulfat yaitu dengan melarutkan 10,12 g
serbuk/kristal Ag2SO4 ke dalam 1000 ml H2SO4 pekat kemudian mengaduknya
hingga larut.
Pembuatan larutan baku kalium dikromat (digestion solution) yaitu dengan
melarutkan 4,903 g K2Cr2O7 yang telah dikeringkan pada suhu 1500C selama 2
jam ke dalam 500 ml air bebas organik. Kemudian menambahkan 167 ml H2SO4
pekat dan 33,3 g HgSO4. Larutkan dan dinginkan pada suhu ruang dan encerkan
sampai 1000 ml.
Pembuatan larutan indikator ferroin yaitu dengan melarutkan 1,485 g
1,10-phenanthrolin monohidrat dan 695 mg FeSO4.7H2O dalam air bebas organik dan
encerkan sampai 100 ml).
Pembuatan larutan baku Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,05M yaitu
dengan melarutkan 19,6 g Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O dalam 300 ml air bebas organik,
kemudian menambahkan 20 ml H2SO4 pekat, dinginkan dan tepatkan sampai
1000 ml).
Pembuatan asam sulfamat (NH2SO3H) yaitu dengan menambahkan 10 mg
asam sulfamat untuk setiap mg NO2-N yang ada dalam contoh uji. Penambhan
asam sulfamat jika ada gangguan nitrit.
Pembuatan larutan baku Kalium Hidrogen Ftalat (HOOCC6H4COOK,
KHP) yaitu dengan menggerus perlahan KHP lalu keringkan sampai berat konstan
pada suhu 1100C. 425 mg KHP dilarutkan ke dalama air bebas organik dan
tepatkan sampai 1000 ml. Larutan ini stabil bila disimpan dalam kondisi dingin
pada temperatur 40C 20C dan dapat digunakan sampai 1 minggu selama tidak
(48)
Contoh uji dihomogenkan. Digestion vessel dan tutupnya dicuci dengan
H2SO4 20% sebelum digunakan.
Standarisasi larutan baku FAS dilakukan dengan larutan baku kalium dikromat setiap melakukan pengujian dengan cara sebagai berikut: pipet 5 ml
digestion vessel ke dalam erlenmeyer, tambahkan air bebas organik sejumlah contoh uji dan dinginkan pada suhu ruang. 1-2 tetes indikator ferroin ditambahkan dan titrasi dengan larutan titrasi FAS kemudian menghitung kembali molaritas larutan.
Molaritas larutan FAS =
x normalitas digestion vessel
Pipet volume contoh uji dan menambahkan digestion vessel dan pereaksi
asam sulfat ke dalam tabung/ampul seperti yang dinyatakan dalam tabel berikut:
Tabel 3. Contoh Uji dan Larutan Pereaksi untuk Bermacam-macam Digestion
Vessel
Digestion vessel Contoh
Uji (ml)
Digestion solution (ml)
Larutan pereaksi asam sulfat (ml)
Total volume (ml) Tabung kultur 16x100mm 20x150mm 25x150mm Standar Ampul: 10 ml 2,50 5,00 10,00 2,50 1,50 3,00 6,00 1,50 3,5 7,0 14,0 3,50 7,5 15,0 30,0 7,50 tabung ditutup dan dikocok perlahan sampai homogen. Tabung diletakkan pada
pemanas yang telah dipanaskan pada suhu 1500C kemudian melakukan digestion
selama 2 jam. Contoh uji yang sudah direfluks perlahan-lahan didinginkan samapi suhu ruang. Saat pendinginan sesekali tutp contoh uji dibuka untuk mencegah
adanya tekanan gas. Memindahkan secara kuantitatif contoh uji dari tube/ampul
ke dalam erlenmeyer untuk titrasi. Indikator ferroin 0,05 ml ± 0,1 ml atau 1-2 tetes
ditambahkan dan diaduk dengan pengaduk magnetik sambil dititrasi dengan larutan baku FAS 0,05 M sampai terjadi perubahan warna yang jelas dari hijau-biru menjadi coklat-kemerahan. Kemudian mencatat volume larutan FAS yang
(49)
digunakan. Mengulangi pengerjaan di atas terhadap air bebas organik sebagai blanko. Kemudian mencatat volume FAS yang digunakan.
5) Perhitungan
Nilai COD sebagai mg/l O2:
COD (mg O2/l) =
Keterangan :
A adalah volume larutan FAS yang dibutuhkan untuk blanko (ml); B adalah volume larutan FAS yang dibutuhkan untuk contoh uji (ml); M adalah molaritas larutan FAS
8000 adalah berat miliequivalent oksigen x 1000 ml/l
B.Penelitian Tindakan Kelas
1. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian dilaksanakan di kelas X.3 Sekolah Menengah Atas (SMA) Al Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.
b. Waktu Penelitian
Penelitian penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian dilakukan secara bertahap meliputi tahap persiapan, penelitian, dan penyelesaian dengan perincian masing-masing tahap sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi observasi, identifikasi masalah, penentuan tindakan, pengajuan judul skripsi, penyusunan proposal, penyusunan instrumen penelitian berupa Silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), angket, lambar observasi, pedoman wawancara, seminar proposal, dan pengajuan perizinan penelitian.
2)Tahap Penelitian
Tahap penelitian penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian yaitu meliputi pelaksanaan pembelajaran dengan modul pembelajaran hasil penelitian, pengambilan data, dan analisa data.
(1)
commit to user
apa saja yang dianggapnya sulit. Keaktifan bertanya siswa meningkat pada siklus II ini jika dibandingkan dengan siklus I.
Penggunaan modul hasil penelitian membuat siswa tertarik dan antusias untuk memahaminya lebih lanjut. Hal tersebut akan memicu keingintahuan siswa dan merangsang munculnya pertanyaan.
b) Hasil Wawancara Siswa
Hasil wawancara beberapa siswa tentang penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian pada pokok bahasan Limbah diperoleh informasi bahwa siswa merasa lebih aktif dalam pembelajaran terutama aktif dalam bertanya. Siswa merespon dengan baik adanya penggunaan modul. Materi dalam modul banyak hal-hal yang baru, sehingga siswa mendapatkan pengetahuan yang lebih.
Tabel 24 menunjukkan tingkat kenaikan nilai tiap aspek pada hasil wawancara keaktifan bertanya siswa yang disajikan dalam bentuk diagram yang tersaji pada Gambar 23 sebagai berikut:
Gambar 23. Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Tiap Aspek Hasil Wawancara Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Diagram di atas menunjukkan adanya kenaikan persentase skor untuk tiap aspek hasil wawancara keaktifan bertanya siswa pada saat kegiatan pra siklus, siklus I, dan siklus II.
(2)
commit to user
Data Tabel 25 menunjukkan tingkat kenaikan nilai tiap indikator hasil wawancara keaktifan bertanya siswa yang disajikan dalam bentuk diagram yang tersaji pada Gambar 24 sebagai berikut:
Gambar 24. Diagram Kenaikan Persentase Skor Untuk Tiap Indikator Hasil
Wawancara Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Diagram di atas menunjukkan bahwa secara umum hampir seluruh indikator mengalami kenaikan. Persentase capaian nilai rata-rata aspek keaktifan bertanya siswa berdasarkan hasil wawancara dari pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram yang tersaji pada Gambar 25 di bawah ini:
Gambar 25. Diagram Kenaikan Rata-rata Persentase Capaian Aspek Hasil Wawancara Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
(3)
commit to user
Diagram di atas menunjukkan bahwa persentase capaian nilai rata-rata aspek hasil wawancara keaktifan bertanya siswa untuk pra siklus, siklus I, dan siklus II berturut-turut sebesar 54.76%, 67.14%, dan 77.62%.
Peningkatan persentase capaian niali rata-rata indikator hasil wawancara keaktifan bertanya siswa secara umum dari pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram yang tersaji pada Gambar 26 di bawah ini.
Gambar 26. Diagram Kenaikan Rata-rata Persentase Capaian Aspek Hasil Wawancara Keaktifan Bertanya Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Diagram di atas menunjukkan bahwa persentase capaian nilai rata-rata indikator hasil wawancara keaktifan bertanya siswa pada kegiatan pra siklus, siklus I, dan siklus II berturut-turut sebesar 53.64%, 66.36%, dan 76.36%. Peningkatan terjadi karena penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian.
Analisis dari hasil angket keaktifan bertanya siswa, lembar observasi keaktifan bertanya siswa, serta hasil wawancara guru dan siswa maka dapat diketahui bahwa rata-rata capaian indikator untuk setiap aspek telah mencapai target yang telah ditentukan. Tindakan dalam rangka meningkatkan keaktifan bertanya siswa melalui penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian telah berhasil dan penelitian ini tidak perlu dilanjutkan lagi untuk siklus selanjutnya.
(4)
commit to user
Menurut Silberman (2004: 164) untuk menciptakan kondisi belajar yang aktif salah satu caranya adalah dengan menstimulir siswa untuk menyelidiki atau mempelajarai sendiri materi pelajarannya tanpa penjelasan terlebih dahulu dari guru. Penerapan Modul pembelajaran hasil penelitian menstimulasi pengajuan pertanyaan yang merupakan kunci belajar.
Menurut Salandanan (2001) dalam Mercedes (2009: 4), ´&ODVVURRP
instruction using modules is described as self-pacing where the students progress
WKURXJK WKH OHDUQLQJ WDVNV DW WKHLU RZQ UDWH´. Pembelajaran kelas dengan
penggunaan modul digambarkan sebagai kemandirian di mana kemajuan atau kecepatan siswa dalam mempelajari materi tergantung pada tingkat kemampuan mereka. Modul merupakan pembelajaran individual di mana siswa terlebih dahulu memahami materi sebelum ada penjelasan dari guru.
Berdasarkan uraian di atas dapat memperkuat hasil penelitian bahwa penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian dapat meningkatkan keaktifan bertanya siswa.
(5)
commit to user
BAB VSIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian pada pokok bahasan Limbah dapat meningkatkan keaktifan bertanya siswa kelas X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar referensi dan pengembangan penelitian tindakan kelas lebih lanjut mengenai upaya meningkatkan keaktifan bertanya dalam pembelajaran biologi pada siswa SMA Al Islam 1 Surakarta.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini dapat diterapkan pada proses pembelajaran pada pokok bahasan Limbah. Penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian diharapkan pembelajaran tidak bersifat membosankan, melainkan menjadi menarik. Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan keaktifan bertanya siswa.
C. SARAN
1. Bagi Guru
a. Guru hendaknya benar-benar mempelajari pembelajaran dengan modul pembelajaran hasil penelitian sebelum mempraktekannya, sehingga proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien.
b. Guru hendaknya menggunakan sumber bahan ajar lain selain buku paket seperti modul dan LKS agar siswa memperoleh wawasan baru.
(6)
commit to user
2. Bagi SiswaSiswa hendaknya mau mempelajari modul terlebih dahulu. Akan ada masalah yang ditemui dan yang tidak terjawab oleh siswa sendiri. Hal ini menyebabkan munculnya pertanyaan. Sehingga siswa menjadi aktif bertanya saat pembelajaran berlangsung.
3. Bagi Peneliti
Pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian hendaknya dilakukan dengan alokasi waktu yang lebih lama, sehingga akan diperoleh hasil yang lebih optimal.
Semoga hasil penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti yang lain dengan penelitian yang lebih mendalam serta dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi para pendidik.