53
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Bubur Bayi Instan
Berdasarkan dua perlakuan yang dilakukan terhadap bubur bayi instan, maka dihasilkan karakteristik bubur instan yang berbeda. Bubur bayi instan
dengan penambahan umbi bit sebesar 15 mempunyai rasa yang manis, aroma yang wangi, berwarna merah muda dan teksturnya lembut. Bubur bayi instan
dengan penambahan umbit bit sebesar 30 mempunyai rasa manis khas umbi bit, berwarna merah gelap, beraroma sedikit langu khas bit dan teksturnya kental.
5.2 Daya Terima Bubur Bayi Instan
5.2.1 Warna
Warna merupakan corak sukar yang diukur sehingga menimbulkan pendapat yang berbeda dalam menilai kualitas warnanya. Penilaian warna bubur
bayi instan merupakan penilaian yang berdasarkan nilai subjektif yang ditangkap oleh indera penglihatan.
Fungsi warna pada suatu makanan sangatlah penting, karena dapat membangkitkan selera makanan. Warna dapat menandakan rasa suatu makanan.
Bila suatu makanan menyimpang dari warna yang umumnya berlaku, makanan tersebut pastinya tidak dipilih oleh konsumen. Meskipun sesungguhnya makanan
tersebut masih baik kondisinya. Meskipun demikian, warna juga tidak selalu identik dengan suatu rasa tertentu Astawan, 2008.
Suka atau tidak sukanya panelis terhadap bubur bayi instan pertama kali dipengaruhi tertarik atau tidak tertariknya panelis terhadap warna yang dihasilkan
bubur bayi instan. Uji daya terima bubur bayi instan terhadap warna oleh panelis 53
Universitas Sumatera Utara
54
menunjukkan bahwa bubur bayi instan dengan penambahan umbi bit sebesar 15 lebih disukai panelis.
Warna kemerahan pada kedua perlakuan bubur bayi instan dihasilkan dari warna merah gelap oleh umbi bit. Perbedaan warna bubur bayi instan T1 dan T2
disebabkan karena penambahan umbi bit yang berbeda. Penambahan umbi bit yang paling banyak terdapat pada bubur bayi instan pada perlakuan T2. Perbedaan
inilah yang menyebabkan warna yang cukup berbeda antara kedua bubur bayi instan.
Menurut Hendry 1996 yang dikutip oleh Sari 2014, warna makanan dan minuman memengaruhi persepsi tentang rasa makanan dan minuman juga
tentang seberapa manis makanan dan minuman itu karena rasa manis mempunyai hubungan erat dengan warna yang ditampilkan dari makanan dan minuman
tersebut.
5.2.2 Aroma
Aroma merupakan bau khas yang dihasilkan oleh suatu makanan dan dinilai subjektif oleh indera penciuman. Menurut Wheat 1981, aroma yaitu bau
yang sukar diukur sehingga menimbulkan pendapat yang beralinan dalam menilai kualitas aromanya. Perbedaan pendapat ini disebabkan karena setiap orang
memiliki perbedaan penciuman, meskipun mereka dapat membedakan aroma namun setiap orang mempunya kesukaan yang berlainan.
Uji daya terima panelis terhadap bubur bayi instan menunjukkan bahwa panelis menyukai bubur bayi instan dengan penambahan umbi bit sebesar 15.
Bubur bayi instan dengan penambahan umbi bit sebesar 15 T1 memiliki skor
Universitas Sumatera Utara
55
yang lebih tinggi dibandingkan dengan bubur bayi instan dengan penambahan umbi bit 30. Jika dilihat dari total skor, bubur bayi instan T1 dikategorikan ke
dalam kategori sangat suka dan bubur bayi instan T2 dikategorikan ke dalam kategori suka. Kedua bubur bayi tetap disukai oleh panelis, namun ada penilaian
lebih terhadap aroma bubur bayi instan T1 oleh karenanya dikategorikan ke dalam kategori sangat suka.
Aroma pada bubur dihasilkan oleh aroma bit beserta bahan penyusun bubur. Pada bubur bayi instan T2, aroma bit yang dihasilkan lebih khas
dikarenakan jumlah umbi bit yang ditambahkan juga lebih besar dibanding bubur bayi instan T1 dan aroma bahan penyusun lainnya tidak bisa menutupi aroma
langu khas umbi bit. Aroma bubur bayi instan T1 tidak begitu langu layaknya umbi bit, ditutupi oleh aroma bahan penyusun lainnya, yakni tepung susu.
Indera penciuman sangat senstif terhadap bau dan kecepatan timbulnya bau lebih kurang 0,8 detik. Kepekaan indera penciuman diperkirakan berkurang
setiap bertambahnya umur satu tahun. Penerimaan indera penciuman akan berkurang oleh adanya senyawa-senyawa tertentu seperti formaldehida. Kelelahan
daya penciuman terhadap bau dapat terjadi dengan cepat Winarno, 2004
5.2.3 Rasa