22
Kandungan bubur bayi instan yang akan diteliti oleh peneliti, diharapkan dapat disukai oleh bayi dan dapat memenuhi asupan gizi bayi. Perkiraan
kandungan gizi bubur bayi instan dapat dilihat dari tabel diatas.
2.3 Makanan Pendamping Air Susu Ibu MP-ASI
Menurut SNI 01-7111.1-2005 yang dimaksud dengan MP-ASI adalah makanan bergizi yang diberikan di samping ASI kepada bayi berusia 6 enam
bulan ke atas atau berdasarkan indikasi medik, sampai anak berusia 24 dua puluh empat bulan untuk mencapai kecukupan gizi. Setelah bayi berumur 6 bulan,
pemberian ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi yang aktivitasnya sudah cukup banyak. Pada umur 6 bulan, berat badan bayi yang
normal sudah mencapai 2-3 kali berat badan saat lahir. Pesatnya pertumbuhan bayi perlu dibarengi dengan pemberian kalori dan gizi yang cukup. Oleh karena
itu, selain ASI, bayi yang berumur lebih dari 6 bulan perlu diberi makanan tambahan disesuaikan dengan kemampuan lambung bayi untuk mencerna
makanan Prabantini, 2010. Memasuki usia 6 bulan, bayi telah siap menerima makanan bukan cair,
karena gigi sudah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat. Di samping itu, lambung juga telah baik mencerna zat tepung Arianto, 2008.
Saat bayi berusia 6-8 bulan, bayi diberi bubur susu atau makanan yang dlumatkan. Selain itu, bayi juga dapat mengonsumsi makanan camilan seperti
biskuit yang dilumatkan. Menjelang usia 9 bulan, bayi sudah dapat memakan makanan lunak seperti nasi tim. Saat bayi berusia 9-12 bulan, makan setengah
Universitas Sumatera Utara
23
padat dan makanan padat berupa makanan keluarga sudah boleh diperkenalkan Malau, 2014
MP-ASI dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu MP-ASI bubur, biskuit, siap masak, dan siap santap. MP-ASI bubur adalah MP-ASI yang telah diolah
sehingga dapat disajikan seketika hanya dengan menambahkan air minum atau cairan yang sesuai.
Bahan utama pembuatan bubur instan MP-ASI berupa salah satu campuran serealia, umbi-umbian, kacang-kacangan, biji-bijian yang mengandung
minyak, susu, ikan, daging, unggas, buah, dan bahan makanan lain yang sesuai Yustiyani, 2013.
WHO telah menetapkan bahwa ASI harus tetap diberikan secara eksklusif sampai usia 6 bulan dan makanan pendamping ASI diberikan setelah usia 6 bulan.
Perkenalan yang terlalu dini dapat meningkatkan reaksi alergi karena belum sempurnanya saluran cerna, dan mungkin berhubungan dengan
peningkatan resiko infeksi dada serta obesitas. Jika perkenalan dilakukan terlambat, fase perkembangan kemampuan mengunyah akan terlewatkan,
sehingga terjadilah kegagalan pertumbuhan akibat ketidakcukupan gizi. Selama proses penyapihan pemberian makanan pendamping ASI, bayi memerlukan
waktu untuk terbiasa dengan warna dan tekstur baru. Pemberian makanan pendamping ASI harus selalu diawasi untuk menghindari bahaya tersedak
Barasy, 2007. Pemberian makanan pendamping disarankan bervariasi setiap minggunya
agar bayi tidak merasa bosan. Saat memberikan makanan pendamping, ibu harus
Universitas Sumatera Utara
24
memperhatikan jadwal pemberian makanan yang tepat untuk bayi. Jika ibu telah mengetahui jadwal pemberian makanan yang tepat, ibu tidak lagi memberikan
camilan snack menjelang waktu makan. Hal ini bertujuan untuk menghindari nafsu makanannya yang besar. Jika ibu tetap ingin memberikan snack satu jam
sebelum makan, berilah snack yang sehat berupa buah segar atau sayuran Malau, 2014.
Pembuatan makanan tambahan ASI memerlukan cara pengolahan tertentu sehingga makanan menjadi lunak, mudah dicerna dan disiapkan. Salah satu
metode pengolahan yang sering digunakan adalah metode pengolahan kering yang menghasilkan makanan tambahan dalam bentuk bubuk. Keuntungan pengolahan
kering adalah biaya yang lebih murah daripada pengolahan basah, volume produk lebih kecil, ringan, dan mudah dipindahkan.
Persyaratan MP-ASI menurut SNI 01-7111.4-2005 disajikan pada Tabel 2.3 berikut :
Tabel 2.3 Persyaratan MP-ASI Komposisi
Per 100 gr Energi
≥ 80 kkal Protein
8-22 gr Lemak
6-15 gr Air
4,0 gr Abu
3,5 gr Serat pangan
≤ 5 gr Vitamin A
250-700 RE Vitamin C
≥27 mg Vitamin D
3-10 ug Vitamin E
≥ 4 mg Vitamin K
≥10 ug Natrium
≤48,5 mg Kalsium
≥ 200 mg Besi
≥ 5 mg Seng
≥ 2,5 mg Iodium
≥ 45 ug
Universitas Sumatera Utara
25
Menurut Krisnatuti 2000, campuran bahan pangan untuk makanan bayi terdiri dari 2 jenis:
a. Campuran dasar, terdiri dari serelia biji-bijian atau umbi-umbian dan
kacang-kacangan. Campuran ini belum memenuhi kandungan zat gizi yang lengkap sehingga masih perlu tambahan zat gizi lainnya seperti zat vitamin dan
mineral. b.
Campuran ganda, terdiri dari makanan pokok sebagai bahan pangan utama dan merupakan sumber karbohidrat seperti serealia; lauk-pauk hewani ataupun
nabati sebagai sumber protein, misalnya susu, daging, sapi, ayam, ikan, telur, dan kacang-kacangan; sumber vitamin dan mineral, berupa sayuran dan buah-buahan
yang berwarna terutama hijau tua dan jingga, dan tambahan energi berupa lemak, minyak, atau gula yang berfungsi untuk meningkatkan kandungan energi
makanan campuran. Menurut Tarigan 2011, ada beberapa jenis makanan tambahan yang
dianjurkan, yaitu: a.
Bubur tepung beras beras merah, dimasak dengan menggunakan cairan air kaldu daging sayuran, susu formula, ASI atau air
b. Bubur tepung baik tepung maizena dimasak dengan kaldu atau susu
formula ASI c.
Pure buah atau buah yang dihaluskan, seperti pisang, pepaya, melon, apel, alpokat
d. Pure sayuran, sayuran yang direbus kemudian dihaluskan menggunakan
blender. Sayuran yang dianjurkan, kacang polong, kacang merah, wortel, tomat,
Universitas Sumatera Utara
26
kentang, labu kuning. Selama memblender,sayuran sebaiknya ditambah dengan kaldu atau air matang agar tekstur sayuran menjadi lembut.
e. Pure kacang, kacang merah kacang hijau kacang polong yang direbus
dengan kaldu hingga empuk kemudian dihaluskan dengan blender. Pastikan blender atau alat saji berlabel food grade agar aman bagi bayi
f. Daging, pilihan daging yang tidak berlemak
g. Ayam, pilih daging aym kampung muda tanpa tulang, kulit dan lemak
h. Ikan, pilih daging ikan tanpa duri seperti fillet salmon, fillet ikan kakap
dan gindara
2.4 Daya Terima