Pengukuran Indeks Glikemik Pangan

2.5.2 Pengukuran Indeks Glikemik Pangan

Beberapa pilihan metodelogi harus dilakukan pada pengukuran indeks glikemik, seperti metode pengambilan sampel darah, pemilihan dan pengulangan makanan acuan, verifikasi kandungan karbohidrat yang tersedia dari makanan, jumlah dan jenis subyek dan perhitungan IAUC Simila, 2012 dalam Sundari 2014 Menurut FAO 1998, pengambilan sampel darah yang direkomendasikan untuk mengukur indeks glikemik adalah pengambilan sampel darah kapiler. Hal ini disebabkan pembuluh kapiler yang mudah didapatkan. Pangan acuan yang digunakan adalah roti putih atau glukosa murni dan porsi pangan acuan ataupun pangan uji harus mengandung 50g karbohidrat yang sebelumnya dilakukan pengujian karbohidrat pada pangan. Pemberian pangan acuan dan pangan uji dalam pengukuran indeks glikemik dilakukan dalam waktu yang berbeda dengan subyek yang sama untuk mengurangi efek keragaman respons glukosa darah dari hari ke hari. Untuk mendapatkan respons rata-rata yang representatif untuk pangan acuan, dianjurkan untuk melakukan penngukuran indeks glikemik pangan acuan secara berulang untuk setiap subyek. Perhitungan IAUC merupakan salah satu hal yang paling penting dalam pengukuran nilai indeks glikemik pangan. Sejumlah metode yang berbeda telah digunakan untuk menghitung daerah di bawah kurva. Untuk sebagian besar data indeks glikemik, area dibawah kurva telah dihitung sebagai daerah tambahan di bawah kurva respons glukosa darah IAUC, dengan mengabaikan daerah di bawah konsentrasi puasa. Hal ini dapat dihitung secara geometris dengan Universitas Sumatera Utara menerapkan aturan trapesium FAO, 1998. Menurut Rimbawan dan Siagian 2004, luas daerah di bawah kurva dianggap menggambarkan jumlah total respon glikemik, tidak hanya satu titik yang diberikan oleh puncak respons glukosa darah. Para ahli statistik menganjurkan penggunaan luas area di bawah kurva sebagai angka yang menggambarkan respons glukosa darah secara benar. Menurut Monro dan Shaw 2008 dalam Sundari 2014, pengukuran nilai indeks glikemik pangan dapat menggunakan rumus sebagai berikut: = Dimana ⁄ = ⁄ dengan demikian, Keterangan: IG : Indeks Glikemik IAUC food : Luas area di bawah kurva respon glukosa darah setelah 2 jam terhadap pangan uji IAUC glucose : Luas area di bawah kurva respon glukosa darah setelah 2 jam terhadap glukosa murni pangan acuan Wt : Berat g Menurut Miller, et al 1996 dalam Rimbawan dan Siagian 2004, prosedur penentuan indeks glikemik pangan adalah sebagai beikut: a. Pangan tunggal yang akan ditentukan indeks glikemiknya mengandung 50 gram karbohidrat diberikan kepada relawan yang telah menjalani puasa penuh kecuali air selama ± 10 jam sekitar pukul 22.00 sampai pukul 08.00 pagi besoknya Universitas Sumatera Utara b. Selama 2 jam pasca-pemberian atau 3 jam bila relawan menderita diabetes, sampel darah sebanyak 50µL – finger-prick capillary blood samples method- diambil setiap 15 menit pada jam pertama, kemudian 30 menit pada jam kedua yaitu berturut-turut pada menit ke 0 sebelum pemberian, 15, 30, 45, 60, 90, dan 120 untuk diukur kadar glukosanya. Kadar glukosa dapat diukur dengan metode glucose oxidase peroxidase reagent. c. Pada waktu yang berlainan, hal yang sama dilakukan dengan memberikan pangan acuan 50g glukosa murni atau white bread diberikan kepada relawan. Hal ini dilakukan sebanyak 2 kali dilakukan pada hari lain, minimal 3 hari setelah perlakuan pertama untuk mengurangi efek keragaman respons gula darah dari hari ke hari d. Kadar gula darah pada setiap waktu pengambilan sampel ditebar pada dua sumbu waktu x dan sumbu kadar glukosa darah y e. Indeks glikemik ditentukan dengan cara membandingkan luas daerah di bawah kurva antara pangan yang diukur indeks glikemiknya dengan pangan acuan.

2.6 Kerangka Konsep