Analisis Faktor Metode Analisis Data .1 Analisis Regresi Linier Berganda

        j k 2 jk j k 2 jk j k 2 jk p r r KMO r = korelasi antara dua variabel p = korelasi parsial  H = sampel atribut variabel belum layak ntuk dianalisis lebih lanjut  H 1 = sampel atribut variabel layak untuk dianalisis lebih lanjut Kriteria dalam melihat nilai probabilitas tingkat signifikansi:  Angka Sig 0,005 maka H diterima  Angka Sig ≥ 0,05 maka H ditolak Angka MSA Measurement of Sampling Adequency berkisar antara 0 hingga 1, dengan rumus dan kriteria:         j k 2 jk j k 2 jk j k 2 jk j p r r MSA r = korelasi antara dua variabel p = korelasi parsial  MSA ≥ 0,5 – 1, atribut variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain dan dapat dianalisis lebih lanjut  MSA 0,5, atribut variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut Angka MSA pada uji KMO and Bartlett’s Test digunakan untuk menguji dan mengukur hubungan antar semua indikator yang digunakan. 2. Melakukan ekstraksi terhadap sekumpulan variabel yang ada, sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Menggunakan Metode PCA Principal Component Analyze untuk menyederhanakan variabel yang diamati. Menurut Soemartini 2008, PCA merupakan metode yang berfungsi meminimumkan masalah multikolinearitas tanpa harus mengeluarkan variable bebas yang terlibat hubungan kolinear. Tujuan PCA bertujuan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan menyusutkan mereduksi dimensinya. Hal ini dilakukan dengan cara menghilangkan korelasi diantara variabel bebas melalui transformasi variabel bebas asal ke variabel baru yang tidak berkorelasi sama sekali. Setelah beberapa komponen hasil PCA yang bebas multikolinearitas diperoleh, maka komponen-komponen tersebut menjadi ariabel bebas baru yang akan diregresikan atau dianalisa pengaruhnya terhadap variabel tak bebas Y dengan menggunakan analisis regresi. 3. Untuk mengetahui isi faktor yang terbentuk sudah berbeda nyata dengan faktor lain secara signifikan maka dilakukan proses rotasi. Proses rotasi bertujuan untuk memperjelas posisi sebuah variabel, akankah dimasukkan ke dalam faktor yang satu ataukah ke faktor yang lain. 4. Menamakan faktor yang terbentuk berdasarkan variabel yang berada pada faktor tersebut. 5. Faktor yang terbentuk diberi nama sesuai dengan variabel-variabel yang membentuknya. Logika pengujian adalah, jika sebuah variabel memang mempunyai kecenderungan mengelompok dan membentuk sebuah faktor, maka variabel tersebut akan mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan variabel lain. Sebaliknya, variabel dengan korelasi yang lemah dengan variabel lain cenderung tidak akan mengelompok dalam faktor tertentu. Analisis faktor digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap variabel atribut yang telah ditentukan. Setiap variabel atribut akan diberi nilai 1 sangat tidak setuju sampai 5 sangat setuju dalam skala tingkatan point itemized roating scale dalam bentuk skala likert, yaitu : 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Netral 4. Setuju 5. Sangat setuju

3.5.4 Analisis Multiatribut Fishbein

Analisis yang digunakan untuk hipotesis ketiga yaitu analisis Multiatribut Fishbein. Analisis ini digunakan untuk mengetahui atribut daging sapi yang paling dipertimbangkan oleh konsumen, dengan rumus sebagai berikut: A = Keterangan : A : sikap konsumen rumah tangga terhadap daging sapi di Kabupaten Jember. Bi : tingkat kepercayaan konsumen rumah tangga bahwa daging sapi di di Kabupaten Jember yang dibeli memiliki variabel tertentu variabel ke-i. ei : dimensi evaluatif evaluasi konsumen terhadap variabel ke-i yang dimiliki daging sapi di Kabupaten Jember. Langkah-langkah: a. Menentukan penilaian kepercayaan terhadap atribut daging sapi bi dengan cara menentukan standar penilaian scoring dengan menggunakan skala likert, Menurut Sugiyono 2013, Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Adapun penilaian secara skala Likert yaitu: 5 untuk sangat baik 4 untuk baik 3 untuk cukup 2 untuk tidak baik 1 untuk sangat tidak baik Kemudian untuk mencari nilai kepercayaan terhadap daging sapi bi dilakukan dengan membagi banyaknya jawaban responden dengan jumlah responden, yaitu: bi = Keterangan: bi : nilai kepercayaan terhadap daging sapi a : jumlah responden yang memilih sangat baik b : jumlah responden yang memilih baik c : jumlah responden yang memilih netral d : jumlah responden yang memilih tidak baik e : jumlah responden yang memilih sangat tidak baik b. Menentukan evaluasi mengenai atribut ei dengan menentukan standar penilaian scoring dengan menggunakan skala Likert seperti langkah di atas, kemudian skor masing-masing atribut dikalikan dengan frekuensi jawaban responden untuk mengetahui nilai evaluasi konsumen terhadap atribut daging sapi. c. Menentukan sikap terhadap obyek A dengan rumus dibawah ini: Ao = bi . ei Keterangan: Ao : sikap konsumen terhadap daging sapi di Kabupaten Jember Bi : tingkat kepercayaan konsumen bahwa daging sapi yang dibeli di Kabupaten Jember memiliki variabel tertentu variabel ke-i. ei : dimensi evaluatif evaluasi konsumen terhadap variabel ke-i yang dimiliki daging sapi di Kabupaten Jember. Adapun atribut daging sapi yang diamati berdasarkan hasil observasi yang dilakukan ke beberapa konsumen rumah tangga di Kabupaten Jember yang menentukan 3 atribut yang perlu diperhatikan: 1. Warna daging sapi 2. Kandungan lemak 3. Bagian daging sapi Mengurutkan indeks sikap konsumen dari nilai yang tertinggi hingga terendah adalah cara untuk menentukan atribut mana yang dominan dipertimbangkan oleh konsumen. Indeks sikap konsumen Ao yang tertinggi terhadap suatu atribut daging sapi menunjukkan bahwa atribut tersebut merupakan atribut yang dominan dipertimbangkan oleh konsumen.

3.6 Definisi Operasional

1. Daging sapi merupakan sumber protein hewani yang lebih baik dibandingkan dengan sumber protein nabati, karena daging sapi juga mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap dan seimbang serta lebih mudah dicerna. 2. Konsumen rumah tangga merupakan setiap orang pemakai daging sapi yang terdapat dalam pasar sekitar Kabupaten Jember. 3. Perilaku konsumen merupakan sikap dari seorang konsumen untuk mengkonsumsi dan memilih daging sapi sesuai kebutuhan masing-masing.