91
menurut Bapak Sumarno, tujuan progam SANIMAS ialah untuk membersihkan lingkungan. Karena menurut beliau, sebelumnya masyarakat masih kurang
menjaga kebersihan lingkungan, khususnya pada saat buang air besar BAB.
4.2.2 Indikator Efisiensi
Program dan proyek merupakan dua hal yang berbeda. Program dibuat sebagai suatu kegiatan yang dirancang oleh berbagai macam tugas dengan jangka
waktu relatif panjang. Biasanya program ini terdiri dari beberapa proyek kerja dan memberikan arahan tentang tujuan yang ingin dicapai serta persoalan yang perlu
dipecahkan. Sementara berupa kesatuan tugas yang berjangka waktu lebih pendek terdiri dari beberapa tugas yang memiliki sasaran, jadwal serta anggaran tertentu.
Efektivitas dan efisiensi sangatlah berhubungan. Apabila kita berbicara tentang efisiensi bilamana kita membayangkan hal penggunaan sumber daya
resources kita secara optimum untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Efisiensi akan terjadi jika penggunaan sumber daya diberdayakan secara optimum sehingga
suatu tujuan akan tercapai. Program Sanitasi Berbasis Masyarakat telah dikerjakan sejak tahun 2006
di Sumatera Utara dan masih tetap diimplementasikan secara berkelanjutan hingga tahun 2014. Pada bulan September 2011, Satker PPLP Dinas Tarukim
Provinsi Sumatera Utara menaruh fokus pengerjaan program SANIMAS di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan. Setelah disepakati baik oleh
pemerintah daerah maupun masyarakat, program SANIMAS mulai dilaksanakan
Universitas Sumatera Utara
92
di Kelurahan Bagan Deli. Lorong Ujung Tanjung I Lingkungan V menjadi lokasi sasaran pembangunan MCK+ yang diselesaikan selama 100 hari.
Suatu program dapat dikatakan efisien apabila dalam menjalankan sesuatu memperhatikan ketepatan cara baik usaha, kerja, tidak membuang waktu, tenaga
dan biaya. Ini sangat penting apalagi program SANIMAS dirancang khusus untuk memberdayakan masyarakat dan menempatkan masyarakat sebagai pelaku,
pengambil keputusan dan penanggung jawab seluruh kegiatan. Program SANIMAS sengaja menarik keterlibatan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya sendiri. Pola penyelenggaraan SANIMAS dilakukan oleh Kelompok Swadaya
Masyarakat KSM dengan difasilitasi oleh Tenaga Fasilitator Lapangan. Penentuan orang-orang sebagai anggota KSM ini menurut Bapak Sumarno adalah
sukarelawan yang diperoleh berdasarkan musyawarah di kantor lurah dan masyarakat sendiri yang memilih. Sebagai sukarelawan, artinya masyarakat itu
sendiri yang memberikan diri untuk mengerjakan program tanpa memperoleh upah.
Adapun jumlah anggota KSM yang diberi nama KSM Bunga Tanjung adalah tujuh orang yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, operator,
pengutip dan dua orang anggota. Bapak Sumarno menerangkan tentang pekerja program merupakan orang-orang di kelurahan itu sendiri, tapi kalau ahlinya dari
luar kelurahan. Tenaga ahli yang dimaksudkan Bapak Sumarno adalah Tenaga
Universitas Sumatera Utara
93
Fasilitator Lapangan TFL berjumlah tiga orang. TFL inilah yang bertugas untuk mendokumen dan menggambar pola bangunan MCK+.
Selain itu, peneliti mengumpulkan data mengenai bentuk dukungan yang diberikan oleh warga lainnya di sekitar lokasi pembangunan MCK+. Hal ini untuk
menilai apakah warga kelurahan benar-benar ikut berpartisipasi dalam memberdayakan masyarakat. Jawaban dari informan menunjukkan dukungan
yang beragam bagi pelaksanaan program SANIMAS, diantaranya tanah milik pribadi yang disumbangkan untuk lokasi pembangunan, materi berupa makanan
dan minuman, persetujuan atau izin saja, bahkan sekadar semangat dan juga doa agar tidak ada yang menghambat pembangunan.
Dari segi permodalan, pelaksanaan program SANIMAS menurut Bapak Ir. Herianto didanai oleh pemerintah pusat dan daerah dengan adanya kesepakatan
bersama. Kemauan mengalokasikan dana APBD merupakan salah satu prinsip pelaksanaan SANIMAS yang sebelumnya telah disetujui oleh pemerintah daerah.
Dari hasil wawancara dengan Bapak Sumarno, biaya yang diterima oleh Pengurus KSM Bunga Tanjung sebagai modal untuk menyelesaikan pembuatan MCK+
adalah sebesar Rp 400.000.000. Biaya ini dialokasikan untuk membeli bahan- bahan fisik bangunan dan operasionalnya.
4.2.3 Indikator Kecukupan