93
Fasilitator Lapangan TFL berjumlah tiga orang. TFL inilah yang bertugas untuk mendokumen dan menggambar pola bangunan MCK+.
Selain itu, peneliti mengumpulkan data mengenai bentuk dukungan yang diberikan oleh warga lainnya di sekitar lokasi pembangunan MCK+. Hal ini untuk
menilai apakah warga kelurahan benar-benar ikut berpartisipasi dalam memberdayakan masyarakat. Jawaban dari informan menunjukkan dukungan
yang beragam bagi pelaksanaan program SANIMAS, diantaranya tanah milik pribadi yang disumbangkan untuk lokasi pembangunan, materi berupa makanan
dan minuman, persetujuan atau izin saja, bahkan sekadar semangat dan juga doa agar tidak ada yang menghambat pembangunan.
Dari segi permodalan, pelaksanaan program SANIMAS menurut Bapak Ir. Herianto didanai oleh pemerintah pusat dan daerah dengan adanya kesepakatan
bersama. Kemauan mengalokasikan dana APBD merupakan salah satu prinsip pelaksanaan SANIMAS yang sebelumnya telah disetujui oleh pemerintah daerah.
Dari hasil wawancara dengan Bapak Sumarno, biaya yang diterima oleh Pengurus KSM Bunga Tanjung sebagai modal untuk menyelesaikan pembuatan MCK+
adalah sebesar Rp 400.000.000. Biaya ini dialokasikan untuk membeli bahan- bahan fisik bangunan dan operasionalnya.
4.2.3 Indikator Kecukupan
Dalam mengevaluasi kebijakan, perlu melihat sudah seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan dapat memecahkan masalah. Kebijakan atau
program dibuat untuk membantu memecahkan masalah publik. Program harus
Universitas Sumatera Utara
94
dapat meringankan masalah di lingkungan masyarakat sehingga kebutuhan masyarakat tidak lagi terhambat. Karenanya, pelaksana kebijakan juga mesti tahu
apa yang dihadapi masyarakat sehingga tidak salah memberikan pemecahan masalah.
Pada saat di lapangan, peneliti mengamati keadaan Kelurahan Bagan Deli, khususnya Lorong Ujung Tanjung I Lingkungan V. Berdasarkan pengamatan
peneliti, kondisi lingkungan kelurahan tidak terpelihara dengan baik dan tidak sehat. Masyarakat di kelurahan ini masih kurang menyadari pentingnya hidup
bersih dan sehat. Di sekitar rumah masyarakat, peneliti temui banyak sekali sampah yang dibuang sembarangan sehingga menimbulkan bau tidak sedap
dimana-mana. Peneliti menanyakan kepada informan mengenai kebutuhan yang paling
prioritas dan diharapkan segera disediakan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah kota. Hampir seluruh informan menjawab kebutuhan akan air bersih
merupakan prioritas. Bahkan atas program SANIMAS pun, masyarakat mengajukan usulan agar disediakan air bila pemerintah memberikan bantuan
sarana MCK+ bagi masyarakat di Kelurahan Bagan Deli. Bapak Sumarno selaku Ketua KSM menjadi pelopor untuk kelancaran
program SANIMAS di Kelurahan Bagan Deli. Ia tidak serta mengiyakan menerima program SANIMAS bagi kelurahan tersebut. Sebabnya, pada tahun-
tahun sebelumnya pun pemerintah sudah pernah memberikan bantuan sanitasi di Kelurahan Bagan Deli, tetapi beberapa bulan kemudian terlantar hingga sekarang
Universitas Sumatera Utara
95
karena tidak tersedianya air dan kurang perawatan. Bapak Sumarno dengan tegas mengatakan kepada pejabat pemberi program bahwa SANIMAS dapat diterima
masyarakat kelurahan asalkan tetap ada airnya. Kalau tidak ada airnya, kata Bapak Suamarno, nanti orang mau mandi, buang air besar, airnya darimana?
Ternyata pada waktu itu, air yang selama ini bersumber dari PDAM tidak ada masuk ke Kelurahan Bagan Deli karena pernah terjadi kasus penggelapan uang.
Apabila kebutuhan akan air merupakan masalah yang perlu diperhatikan pemerintah, maka sepatutnya pemerintah pula berupaya agar kebutuhan
masyarakat tercukupi. Atau dengan kata lain, harus ada jalan keluar supaya masalah ini diselesaikan. Salah satunya yaitu melalui program SANIMAS berupa
sarana MCK+ yang juga telah disediakan air seperti usulan masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan kunci yakni Bapak
Ir. Herianto tentang pelaksanaan program SANIMAS dalam memecahkan masalah di Kelurahan Bagan Deli, ia memberikan jawaban kalau pemerintah
pusat sifatnya stimulan. Stimulan itu artinya merangsang kabupatenkota untuk dapat mengandalkan diri sendiri dan melakukan. Artinya kalau dibuat satu,
maunya ditambah kuantitasnya. Di Sumatera Utara, sudah menjamur atau terbiasa membangun di kabupatenkota dalam rangka mengurangi BABS.
Ketika peneliti menanyakan langkah seperti apa yang telah dilakukan agar program SANIMAS dapat tercapai, ia menerangkan langkah yang dilakukan agar
tercapainya program SANIMAS seharusnya ada pendampingan dan pembinaan dari pemerintah kabupatenkota. Program SANIMAS memang menjadikan
Universitas Sumatera Utara
96
masyarakat sebagai aktor utama dari pelaksanaan program ini. Akan tetapi, operasional selanjutnya seperti iuran masyarakat atas pemakaian MCK itulah
diperuntukkan membayar listrik dan air. Mestinya pemerintah daerah yang membina masyarakat agar mengerti konsep kelanjutannya. Sekarang yang
menjadi permasalahan adalah Pemda-nya pun tidak ada yang mau memberdayakan. Jadi kalau masyarakat tidak didampingi, tidak dibimbing, dibuat
pelatihan di kabupatenkota, program SANIMAS menjadi terhenti. Salah siapa? Yang pertama, salah pembinaan di lingkungan. Yang kedua, memang
masyarakatnya tidak punya kemauan untuk hidup bersih dan sehat. Contohnya begini. Iuran harus dibayar tiap bulan. Ternyata ada masyarakat yang keras
kepala, tak mau dia bayar seribu sehari, tapi merokok dia dua bungkus. Seharusnya dia berhenti merokok. Artinya ada orang yang membina untuk
membukakan ini kepada dia supaya dia sadar. Jadi, menurut Bapak Ir. Herianto, program SANIMAS akan semakin
efisien apabila pemerintah daerahkota melakukan pembinaan bagi masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Menurutnya, masyarakat belum dapat
mengerti serta-merta apa yang kemudian dapat dilakukannya. Oleh karena itu, pemerintah daerahkota tidak boleh cepat lepas tangan, tetapi sebaiknya
merencanakan waktu yang tepat untuk meneruskan pemberdayaan masyarakat.
4.2.4 Indikator Pemerataan