Objek dan Informan Penelitian

58

3.3 Objek dan Informan Penelitian

Objek penelitian ini adalah pemenuhan proses, perbuatan, cara memenuhi gizi ibu hamil dimasyarakat, sebagaimana tampak dalam kasus-kasus yang dipelajari dalam penelitian ini. Informan penelitian adalah semua orang yang memberikan informasi atau pun keterangan mengenai pemenuhan gizi ibu hamil pada masyarakat setempat. Mereka adalah empat orang kasus ibu hamil dan ibu yang pernah hamil, suami, ibu, teman, tukang pijat ibu hamil dan anak balita, bidan yang melakukan pemeriksaan kesehatan ibu hamil ANC ibu hamil, petugas gizi puskesmas, bidan koordinator puskesmas dan pimpinan Puskesmas. Pencarian Informan Sebelum memulai wawancara untuk pengumpulan data dalam proses penelitian, peneliti terlebih dahulu mencari informan. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah informan yang menarik minat peneliti karena informan itu memiliki keunikan ataupun kekhususan dalam melakukan pemenuhan gizi ibu hamil. Untuk mendapatkan informan yang unik dan menarik minat untuk dipelajari, peneliti mencari informan dengan bertanya ke orang-orang yang mengenal ibu-ibu hamil di desa ini seperti bertanya kepada ketua ibu PKK di desa Sei Mencirim dan Kader Posyandu. Peneliti merima saran dari ibu ketua PKK untuk menemui ibu yang bernama Sri Murniati, karena ibu itu aktif dalam kegiatan PKK, ramah dan sangat menjaga kehamilannya. Peneliti tidak mendapatkan informasi ibu hamil dari kader posyandu karena ibu-ibu hamil tidak ada yang mendatangi posyandu. Bapak Rizal Universitas Sumatera Utara 59 mengakui mengenal dengan sangat baik ibu-ibu hamil di desa Sei Mencirim. Bapak Rizal berhubungan dengan ibu-ibu hamil saat pengurusan Jampersal. Saat hamil, ibu- ibu hamil menjumpai bapak Rizal agar mereka mendapatkan kartu jampersal. Bapak Rizal sangat aktif dalam pengurusan jampersal bahkan saat transaksi dengan bidan atau pun keluarga dengan pihak rumah sakit apabila pasien dirujuk. Pihak keluarga selalu meminta bantuan bapak Rizal untuk mendampingi. Sifat bapak Rizal yang suka membantu menyebabkan ibu-ibu hamil di desa Sei Mencirim selalu minta tolong kepada Bapak Rizal bahkan dari desa lain di wilayah Mencirim juga minta bantuan kepada bapak Rizal. Bapak Rizal memperkenalkan peneliti dengan Ibu Sri Murniati sama dengan yang disarankan oleh ibu ketua PKK yang akrab disapa dengan Mbak Ning. Saat berkunjung ke rumah Mbak Ning, ternyata peneliti juga sudah pernah kenalan dengan Mbak Ning saat survey pendahuluan. Saat itu Mbak Ning sedang hamil delapan bulan, dan saat peneliti dengan Pak Rizal datang kembali ternyata mbak Ning sudah melahirkan hampir 3 minggu. Pendekatan hari kedua peneliti datang sendiri. Peneliti berusaha untuk membangun rapport hubungan yang baik dengan informan yakni dengan memperkenalkan diri sebagai mahasiswa yang ingin belajar tentang cara Mbak Ning dan masyarakat di desa Sei Mencirim dalam melakukan pemenuhan gizi pada kehamilan. Sebagai seorang mahasiswa, peneliti ingin mempelajari dan mengetahui cara-cara pemenuhan gizi yang dilakukan pada kehamilan. Untuk memulai suatu hubungan yang dekat, peneliti mencoba mulai Universitas Sumatera Utara 60 pendekatan dari perkenalan kekeluargaan. Bercerita tentang keluarga dan tentang anak, ternyata saat bercerita peneliti menemukan kalau Mbak Ning memang orang yang mudah bergaul, mudah akrab dengan orang lain dan peneliti juga merasa seperti sudah kenal lama dengan Mbak Ning. Peneliti juga dikenalkan Mbak Ning dengan ibunya yang rumahnya tidak jauh dari rumah Mbak Ning. Adik perempuan Mbak Ning juga dikenalkannya sama peneliti, sudah menikah namun rumahnya agak jauh dari rumah Mbak Ning akan tetapi adiknya sering berkunjung kerumahnya. Sudah dua kali peneliti berkunjung ke rumah Mbak Ning tapi tidak pernah bertemu dengan suaminya. Ternyata suaminya seorang pekerja bangunan, pergi pagi dan pulang malam akhirnya peneliti kenalan dengan suami Mbak Ning pada acara cukuran anaknya dan melakukan wawancara dengan suami Mbak Ning pada hari Minggu. Saat peneliti mau pulang Mbak Ning dan ibunya mengundang peneliti ke acara cukuran anaknya 2 hari lagi sekalian acara wirit dirumahnya. Peneliti diundangnya untuk mencicipi masakan yang dihidangkan mereka dan tidak usah ikut acara wiritannya karena mereka mengetahui kalau peneliti mempunyai kepercayaan yang berbeda dengan mereka. Makan aja datangnya Bu, tidak usah ikut wiridnya kata Mbak Ning Untuk lebih mendekatkan diri dengan Mbak Ning akhirnya peneliti datang memenuhi undangannya. Peneliti datang agak pagi dengan tujuan untuk ikut serta dalam proses masak memasak yang dilakukan oleh ibu-ibu di desa itu. Karena merasa orang asing yang tidak pernah dilihat oleh ibu-ibu yang hadir disitu, mereka Universitas Sumatera Utara 61 bertanya siapa peneliti. Peneliti memperkenalkan siapa peneliti dan tujuan peneliti datang ke desa Sei Mencirim. Akhirnya ibu-ibu itu juga memberi saran agar peneliti menemui Nenek Gina. Dari informasi ibu-ibu di desa Sei Mencirim ternyata ibu-ibu hamil juga biasa dan sering periksa hamilnya ke tukang kusuk. Apa lagi ibu-ibu hamil yang dikatakan bidan salah posisi atau letaknya salah, ibu-ibu hamil pergi ketukang kusuk untuk membenarkan posisi bayi karena dokter atau bidan tidak bisa mengubah posisinya. Dokter atau Bidan hanya menyarankan operasi saja. Ibu-ibu juga mencari tukang kusuk kalau kehamilannya turun. Kadang kadang tanpa keluhan apa-apa pun ibu-ibu hamil juga pergi ke nenek Gina untuk menyakinkan kesehatan janinnya. Akhirnya peneliti melakukan observasi ke rumah nenek Gina. Ternyata pasien nenek Gina banyak yaitu anak balita dan ibu hamil. Hari kedua berkunjung kerumah nenek Gina, peneliti membawa anak peneliti kusuk ke tempat nenek Gina dengan tujuan untuk berkenalan lebih dekat lagi dengan nenek Gina. Sambil mengkusuk anak saya nenek Gina menceritakan tentang keluhan-keluhan pasiennya yang datang berkusuk ke dia. Nenek Gina banyak bercerita tentang anak-anak dengan penyakit-penyakit yang sering dialami karena salah makan waktu hamil. Dari perkataannya itulah peneliti minta agar peneliti dapat belajar lebih banyak lagi tentang cara makan ibu hamil. Nenek Gina bersedia dan keesokan harinya peneliti datang untuk mewawancarai nenek Gina. Peneliti datang agak pagi dengan tujuan belum banyak pasiennya yang datang. Peneliti wawancara sambil Nenek Gina Universitas Sumatera Utara 62 melakukan aktifitasnya seperti menggoreng ikan, dan peneliti ikut membantu nenek Gina memetik sayur yang akan dimasak oleh nenek Gina. Nenek Gina tinggal sendiri di rumahnya, nenek Gina sudah berumur 68 tahun, rambutnya sudah memutih dan sudah terlihat raut kelelahan diwajahnya. Suaminya sudah lama meninggal. Nenek Gina mengaku keahliannya untuk mengkusuk diturunkan dari ibunya. Neneknya juga dulunya tukang kusuk. Saudara perempuannya yang tinggal di padang Bulan dan Simalingkar juga tukang kusuk. Dari gadis nenek Gina sudah menjadi tukang kusuk dan nenek Gina pernah bekerja sebagai pengawas di peternakan ayam di Binjai. Dari hasil wawancara dengan nenek Gina, peneliti tertarik mempelajari ibu hamil yang menjadi pasien nenek Gina. Peneliti tertarik mempelajari keunikan dari ibu hamil yang menjadikan nenek Gina sebagai konsultan gizinya. Peneliti berkenalan dengan ibu Lia dan suaminya pak Misno. Mereka sedang menunggu giliran untuk dikusuk oleh nenek Gina. Ibu Lia adalah seorang ibu yang sedang hamil pada usia kehamilannya yang sudah 6 bulan. Ibu Lia adalah pasien nenek Gina yang selalu memeriksakan kehamilannya sama nenek Gina. Peneliti bercakap-cakap dengan mereka dan akhirnya mereka bersedia menjadi informan. Peneliti tertarik mempelajari pemenuhan gizi yang dilakukan ibu Lia saat dia hamil sekarang karena dari pertemuan pertama ibu itu menyatakan sangat patuh dengan nasehat-nasehat nenek Gina. Peneliti meminta alamat rumahnya dan keesokan harinya peneliti berkunjung kerumah ibu Lia dan suaminya. Universitas Sumatera Utara 63 Pak Rizal juga mengenalkan peneliti dengan Ibu Ocha. Ibu Ocha menurut pak Rizal mempunyai keperibadian yang sama dengan Mbak Ning. Ibu Ocha aktif kalau ada kegiatan-kegiatan pemuda di desa Sei Mencirim. Ibu Ocha juga sering membantu kegiatan-kegiatan di kelurahan. Ibu Ocha berusia 21 tahun, hamil anak pertama dengan usia kehamilan delapan bulan. Ibu Ocha dan Suaminya Syahrial tinggal bersama ibunya yang bernama Ramlah berusia 52 tahun. Suami ibu Ocha dan Ibu Ramlah juga peneliti jadikan sebagai informan. Suami Ocha bekerja di sebuah pabrik di jalan Binjai. Peneliti menjadikan ibu Ramlah sebagai informan karena ibu Ramlah adalah pengolah makanan dirumah dan sekaligus seorang ibu yang sering memberikan nasehat atau pengalamannya kepada anaknya. Dan saat wawancara hari ke empat ke rumah ibu Ocha, kak Mul ikut bergabung cerita-cerita pengalamannya selama kehamilannya. Kak Mul adalah teman Ibu Ocha. Berusia 32 tahun, mempunyai 2 orang anak. Anaknya yang pertama berumur enam tahun dan yang kedua berumur satu tahun. Kak Mul bekerja sebagai petugas pembayaran rekening listrik yang berada persis didepan rumah Ibu Ocha. Akhirnya Kak Mul menjadi salah satu informan karena ada informasi yang penting yang disampaikan kak Mul dan Kak Mul salah satu orang yang sering memberikan nasehat berupa pengalamannya saat hamil kepada Ocha. Dari 3 tiga kasus yang telah peneliti pelajari semuanya merupakan penduduk lama di desa Sei Mencirim, artinya sejak lahir sudah tinggal di Desa Sei Mencirim dimana nenek dan orang tuanya juga penduduk desa Sei Mencirim. Universitas Sumatera Utara 64 Peneliti juga tertarik meneliti keunikan pemenuhan gizi yang dilakukan oleh ibu hamil pendatang di desa Sei Mencirim. Bapak Rizal mengenalkan peneliti dengan Ibu Yuni. Ibu Yuni berusia 40 tahun, sedang hamil anaknya yang kedua dengan usia kehamilan 8 bulan. Keluarga ibu Yuni baru 2 tahun tinggal di Desa Sei Mencirim. Mereka mengontrak sebuah perumahan di Desa Sei Mencirim. Ibu Yuni seorang ibu rumah tangga yang suka mencoba berbagi resep masakan yang ditontonnya di televisi. Suka menonton, dengar radio dan membaca buku jualan suaminya. Pak Rizal juga memberikan informasi kalau pada umumnya ibu-ibu hamil di desa Sei Mencirim memeriksa kehamilannya ke Bidan Tia nama disamarkan. Selain karena bidan Tia bersuku Jawa, bidan Tia juga ramah dan biaya pengobatan murah. Meskipun bidan Tia tidak menjadi bidan Jampersal, namun pada umumnya ibu-ibu hamil periksa hamilnya kepada bidan Tia. Ibu Ocha adalah salah satu pasien bidan Tia yang menjadi kasus dalam penelitian ini. Pak Rizal juga mengatakan bahwa ibu-ibu hamil mengurus jampersal hanya untuk persalinan saja dan kadang- kadang pun hanya untuk persiapan kalau akhirnya nanti akan dioperasi. Untuk periksa hamil setiap bulannya mereka tetap memakai biaya sendiri. Peneliti juga mewawancarai petugas gizi puskesmas, bidan koordinator dan pimpinan Puskesmas sebagai petugas kesehatan yang bertanggung jawab dalam program gizi ibu hamil di Desa Sei Mencirim. Pada proses pencarian informan, peneliti tidak langsung menjadikan setiap ibu hamil yang dikunjungi sebagai informan seperti pada ibu Mia dan Sulis. Peneliti Universitas Sumatera Utara 65 telah berkunjung kerumahnya 2 kali, namun peneliti merasa susah mengakrabin mereka. Mereka sedikit tertutup dan sulit percaya kepada peneliti. Ibu Mia ibu hamil 7 bulan sangat tertutup, kemungkinan karena masalah rumah tangga yang sedang dihadapinya. Tetangganya menceritakan kepada peneliti, kalau suaminya meninggalkanya. Mereka sedang dalam proses perceraian. Ibu Sulis ibu hamil 9 bulan. Peneliti merasa kalau dia kurang percaya kepada peneliti. Ibu ini merasa dan curiga kalau dia sedang di uji pengetahuannya mungkin karena dia tamatan ahli madya kebidanan. Awalnya peneliti tertarik menjadikannya sebagi informan karena dikehamilannya yg berusia 9 bulan, ibu ini kelihatan gemuk sekali.

3.4 Metode Pengumpulan Data