Teori Dasar Perdagangan Internasional

Presentase perubahan Q Presentase Perubahan I Elastisitas Pendapatan permintaan untuk barang normal bertanda positif ∂ Q ∂ I positif karena kenaikan pendapatan mengakibatkan kenaikan pembelian barang. Elastisitas untuk barang inferior eQ,I bernilai negatif yaitu dimana terjadi peningkatan pendapatan maka menurunkan kuantitas yang dibeli. Elastisitas harga silang eQ,P y mengukur presentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta sebagai respon atas satu persen perubahan harga barang lain. Elastisitas harga silang mengukur reaksi jumlah yang dibeli Q terhadap perubahan harga barang lain P y . Apabila barang-barang ini saling bersubstitusi, elastisitas harga silang permintaan akan bernilai positif saat harga satu barang dan kuantitas permintaan barang lain bergerak searah. Elastisitas harga silang dapat dirumuskan sebagai berikut: Presentase perubahan Q Presentase perubahan P y

3.1.4. Teori Dasar Perdagangan Internasional

Teori Perdagangan Internasional mengkaji dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional serta keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan perdagangan Internasional membahas alasan-alasan serta pengaruh pembatasan perdagangan, serta hal-hal yang menyangkut proteksionisme new protectionism Salvatore, 1997. Ide yang mendasar dari perdagangan bebas internasional adalah untuk mengurangi distorsi yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah dalam bentuk kebijakan tarif dan non-tarif. Pengenaan tarif sebagai pajak menyebabkan biaya perdagangan meningkat. Akibat dari biaya perdagangan yang eQ,I = eQ,P y = meningkat maka harga-harga barang impor di negara-nrgara pengekspor akan meningkat, harga terendah untuk barang-barang ekspor dan penurunannya volume perdagangan. Heckscher-Ohlin Salvatore, 1995 dalam teorinya mengenai timbulnya perdagangan, menganggap bahwa negara dicirikan oleh bawaan faktor yang berbeda, sedangkan fungsi produksi disemua negara adalah sama. Menggunakan asumsi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa dengan fungsi produksi yang sama dan faktor bawaan yang berbeda, suatu negara akan cenderung untuk mengekspor komoditi yang secara relatif intensif dalam menggunakan faktor produksi yang relatif banyak dimiliki karena faktor produksi melimpah dan murah. Suatu negara juga akan mengimpor komoditi yang faktor produksinya relatif langka didapat dan biaya yang mahal. Gambar 2, secara teoritis dapat dilihat dimana negara A adalah negara pengekspor dan negara B adalah negara pengimpor. Negara A eksportir akan mengekpor suatu komoditi misalkan bawang putih ke negara B. Saat sebelum terjadi perdagangan harga di negara A pada P 1 karena terjadi kelebihan penawaran excess suplly sebesar garis BE, harga yang terbentuk sebelum terjadi perdagangan lebih rendah. Sehingga negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya kenegara B. Negara B sebagai negara pengimpor importir mengalami kekurangan supply penawaran bawang putih karena konsumsi domestiknya melebihi dari produksinya dan terjadi excess demand kelebihan permintaan sebesar garis B’E’. Sehingga harga bawang putih menjadi lebih tinggi, harga yang terbentuk di Negara B adalah P 3 . Hal ini yang menyebabkan terjadinya perdagangan antar negara, karena negara B yang kekurangan bawang putih untuk memenuhi konsumsi berkeinginan untuk membeli komoditi bawang putih dari negara A. Kedua negara melakukan perdagangan melalui pasar Internasional sehingga terjadi keseimbangan harga dipasar Internasional berada dititik E dan harga terbentuk di pasar Internasional berada di P 2 . Gambar 3: Keseimbangan Parsial dalam Perdagangan Internasional Sumber : Salvatore, 1997 Keterangan: P x P y = Harga relatif komoditi X P 1 = Harga domestik komoditi X di Negara A, sebagai negara eksportir sebelum terjadi perdagangan Internasional P 2 = Harga yang terjadi dipasar Internasional setelah terjadi perdagangan internasional P 3 = Harga domestik komoditi X di negara B, sebagai negara importir sebelum terjadi perdagangan internasional BE = Besarnya excess suplay di Negara A atau jumlah yang di ekspor B’E’ = Besarnya excess demand di Negara B atau jumlah yang di impor Negara A Eksportir Pasar Internasional Negara B Importir Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Pada umumnya fungsi produksi digunakan oleh para ekonom untuk menggambarkan hubungan antara input dan output serta menunjukkan berapa jumlah maksimum output yang dapat diproduksi apabila sejumlah input tertentu dipergunakan dalam proses produksi. Peningkatan produksi tidak hanya berarti bahwa terdapat kelebihan produk pertanian untuk dikonsumsi secara langsung tetapi juga terdapat kelebihan penggunaan bahan mentah mengolah produk non pertanian yang dibutuhkan oleh masyarakat.

3.2. Faktor-Faktor yang Diduga Mempengaruhi Permintaan Bawang Putih Impor di Indonesia