Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Bawang Putih Impor

nilai Durbin-Watson D-W dalam pengujian yaitu 1.5 D-W 2.5. Selanjutnya dilakukan pengujian Stasioneritas data pada masing-masing variabel yang digunakan untuk melihat unsur trend didalam data. Hasil uji terdapat pada Lampiran 2 dan 3. Pengujian selanjutnya yaitu pengujian statistik dalam model analisis untuk mendapatkan model yang baik. Syarat pengujian asumsi dan syarat pengujian statistik dalam model telah terpenuhi sehingga model tersebut sudah dikatakan baik.

6.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Bawang Putih Impor

di Indonesia Hasil analisis untuk melihat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi impor bawang putih ke Indonesia terdapat pada Lampiran 1. Tabel 7 merupakan hasil pengujian analisis dilihat dari nilai-nilai pada variabel yang menunjukkan faktor- faktor apa saja yang dapat mempengaruhi permintaan bawang putih impor ke Indonesia. Terdapat delapan variabel yang diuji untuk menentukan faktor yang dapat mempengaruhi permintaan impor bawang putih. Tabel 7. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Bawang Putih Impor ke Indonesia Prediktor Koefisien SE. Koef. t P VIF Koefisien 0.3486 0.2082 1.67 0.098 Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika 0.2427 0.2755 0.88 0.381 1.7 Harga Bawang Putih Lokal 0.2101 0.0969 2.17 0.033 9.6 Harga Bawang Putih Impor -0.1828 0.1172 -1.56 0.123 9.4 Produksi Bawang Putih Lokal -0.0985 0.0257 -3.78 0.001 2.2 Konsumsi Bawang Putih Lokal 0.1787 0.1006 1.78 0.080 2.7 Volume Impor Sebelumnya -0.0019 0.1107 -0.02 0.987 2.4 Harga Bawang Merah lokal 0.0127 0.1018 0.12 0.901 3.1 Pendapatan Nasional 0.0904 0.1320 0.68 0.496 4.8 R 2 70.06 R 2 adj 66.40 Durbin-Watson 2.17 Keterangan: = Nyata pada taraf nyata 5 persen = Nyata pada taraf nyata 10 persen = Nyata pada taraf nyata 15 persen Hasil pengujian asumsi sudah memenuhi syarat dimana tidak terdapat dugaan multikolinearitas dan autokorelasi serta data yang digunakan tidak mengandung unsur trend dan sudah terdistribusi secara normal sehingga dapat dilakukan pengujian statistik. Nilai R 2 adj didapat sebesar 66.40 persen, hal ini menunjukkan bahwa model dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan bawang putih impor sebesar 66.40 persen dan sisanya dapat diterangkan oleh komponen error. Nilai R 2 adj memperhitungkan jumlah data yang digunakan dalam penelitian. Faktor-faktor yang dapat memepengaruhi permintaan bawang putih impor ke Indonesia yaitu diantaranya harga bawang putih lokal dengan nilai t hitung sebesar 2.17, berpengaruh nyata pada taraf nyata lima persen. Produksi bawang putih dalam negeri berpengaruh nyata terhadap permintaan bawang putih impor pada taraf nyata lima persen dengan nilai t hitung sebesar -3.78. Konsumsi bawang putih lokal berpengaruh nyata terhadap permintaan bawang putih impor pada taraf nyata 10 persen dengan nilai t hitung sebesar 1.78. Harga bawang putih impor berpengaruh nyata pada taraf nyata 15 persen dengan nilai t hitung sebesar -1.56. Nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika, harga bawang merah lokal, pendapatan nasional dan volume impor bawang putih periode sebelumnya tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan bawang putih impor di Indonesia. Harga bawang merah sebagai harga barang substitusi untuk komoditi bawang putih, mempunyai nilai t hitung sebesar 0.12. Harga bawang merah lokal berhubungan positif dengan permintaan bawang putih impor di Indonesia. Harga bawang merah yang meningkat menyebabkan permintaan bawang putih ikut meningkat. Hal ini dikarenakan bawang putih dan bawang merah merupakan komoditi yang saling menggantikan satu sama lain. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika merupakan mata uang yang digunakan dalam perdagangan Internasional. Nilai tukar rupiah dapat mempengaruhi permintaan bawang putih impor di Indonesia. Variabel nilai tukar behubungan positif dengan volume impor bawang putih, dilihat dari negara pengekspor artinya adalah ketika nilai tukar rupiah naik rupiah menlemah maka jumlah impor bawang putih akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena Negara pengekspor akan membayar lebih murah dan harga impor akan menjadi lebih murah dibandingkan apabila nilai tukar rupiah turun rupiah menguat karena negara pengekpor akan membayar lebih mahal dan harga impor menjadi lebih mahal. Volume bawang putih impor yang meningkat yang disebabkan oleh melemahnya nilai rupiah maka akan menyebabkan harga bawang putih impor menjadi lebih rendah karena banyaknya pasokan bawang putih yang di impor. Nilai tukar rupiah berhubungan positif terhadap jumlah bawang putih impor yang masuk ke Indonesia. Pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika tidak sesuai dengan landasan teori yang ada. Nilai tukar rupiah meningkat rupiah melemah pada permintaan impor meningkat, akan tetapi pengaruh nilai tukar tidak nyata terhadap permintaan bawang putih impor di Indonesia. Hal ini terjadi karena ketergantungan impor bawang putih di Indonesia sangat tinggi yaitu 80 persen dari total permintaan. Sehingga meningkat dan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika tidak berpengaruh terhadap permintaan bawang putih impor karena ada faktor lain yang lebih berpengaruh. Indonesia akan tetap mengimpor karena konsumsinya tinggi dan produksinya terus menurun. Harga bawang putih lokal Indonesia mempunyai hubungan yang positif dengan volume impor bawang putih di Indonesia. Harga bawang putih lokal meningkat maka impor bawang putih Indonesia akan meningkat. Hal ini dikarenakan apabila harga bawang putih lokal meningkat maka konsumen akan beralih membeli bawang putih impor yang mempunyai harga lebih murah. Beralihnya konsumen ke bawang putih impor akan menyebabkan permintaan bawang putih impor meningkat sehingga untuk memenuhi peningkatan permintaan maka total impor bawang putih yang masuk ke Indonesia akan meningkat seiring meningkatnya permintaan. Harga bawang putih lokal sangat mempengaruhi banyaknya bawang putih impor masuk ke Indonesia. Semakin banyak bawang putih impor masuk ke Indonesia menyebabkan bawang putih lokal menjadi semakin terpuruk karena kalah besaing dalam segi harga. Harga bawang putih lokal cenderung lebih mahal dibandingkan dengan harga bawang putih impor yang diterima konsunsumen, sehingga konsumen beralih pada bawang putih impor yang lebih banyak beredar dipasar Indonesia. Mahalnya harga bawang putih lokal disebabkan karena biaya produksi untuk bawang putih di Indonesia mahal sehingga untuk menutupi biaya produksi petani menaikkan harga bawang putih. Harga bawang putih impor berhubungan negatif dengan jumlah impor bawang putih yang masuk ke Indonesia sudah sesuai dengan landasan teori mikroekonomi. Meningkatnya harga bawang putih impor di Indonesia maka jumlah bawang putih yang diminta akan mengalami penurunan dan kondisi berlaku sebaliknya. Hal ini disebabkan karena masyarakat akan beralih ke komoditi lain sebagai barang pengganti dari bawang putih dan mengurangi konsumsi bawang putih. Harga bawang putih impor berhubungan negatif dengan permintaan bawang putih impor di Indonesia dan harga bawang putih impor berpengaruh nyata terhadap permintaan bawang putih Indonesia. Harga bawang putih impor mempengaruhi besar dan kecilnya jumlah bawang putih impor masuk ke Indonesia. Harga bawang putih impor yang menurun ditentukan oleh banyaknya impor bawang putih yang masuk ke Indonesia karena tidak adanya bea masuk tarif impor sebesar 0 untuk komoditi ini pada tahun 2005. Pembebasan tarif impor untuk komoditi bawang putih salah satu yang menyebabkan harga impor bawang putih lebih rendah dibandingkan dengan harga bawang putih lokal. Sebelum diberlakukan pembebasan tarif impor, biaya dibebankan kepada konsumen sehingga harga lebih tinggi, setelah dilakukan pembebasan tarif impor oleh pemerintah maka harga bawang putih impor menjadi lebih rendah, karena biaya yang seharusnya ditanggung konsumen tidak diberlakukan kembali. Produksi bawang putih Indonesia berhubungan negatif dengan impor bawang putih di Indonesia dan produksi bawang putih mempengaruhi besar dan kecilnya jumlah bawang putih impor masuk ke Indonesia secara nyata. Hal ini menunjukkan bahwa produksi bawang putih Indonesia yang menurun akan meningkatkan permintaan bawang putih impor. Peningkatan produksi tidak sebanding dengan peningkatan konsumsi yang ada sehingga produksi meningkat maka impor bawang putih akan menurun. Produksi menurun disebabkan produktivitas menurun dan luas lahan yang menurun. Konsumsi bawang putih dalam negeri berhubungan positif dengan permintaan bawang putih impor Indonesia. Artinya yaitu konsumsi dalam negeri naik maka permintaan bawang putih akan naik, apabila tidak dapat dipenuhi oleh produksinya maka akan melakukan impor sehingga impor akan meningkat. Konsumsi bawang putih dalam negeri berpengaruh nyata terhadap permintaan bawang putih impor, karena banyaknya konsumsi akan mempengaruhi besarnya permintaan bawang putih di Indonesia. Konsumsi bawang putih lokal di Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun tidak diiringi dengan peningkatan produksinya yang menyebabkan kertergantungan impor untuk komoditi bawang putih. Pendapatan nasional berhubungan positif dengan permintaan bawang putih impor dan kondisi ini sudah sesuai dengan landasan teori yang ada. Pendapatan nasional meningkat maka akan meningkatkan konsumsi sehingga akan meningkatkan permintaan bawang putih. Pendapatan nasional tidak berpengarh nyata terhadap permintaan bawang putih, dikarenakan bawang putih bukan merupakan kebutuhan pokok. Apabila terjadi kenaikan pendapatan maka tidak akan membeli bawang putih dengan jumlah banyak, karena konsumsi bawang putih relatif tetap Jumlah impor bawang putih periode sebelumnya berhubungan negatif dengan volume impor bawang putih ke Indonesia. Apabila jumlah impor sebelumnya besar maka impor selanjutnya akan terjadi penerunan dan sebaliknya apabila sebelumnya volume impor kecil maka akan terjadi peningkatan jumlah impor. Jumlah impor bawang putih periode sebelumnya tidak berpengaruh nyata, dikarenakan masih banyak hal yang lebih mempengaruhi besarnya bawang putih impor ke Indonesia, diantaranya produksi bawang putih dalam negeri yang cenderung mengalami penurunan, harga bawang putih lokal dan konsumsi bawang putih Indonesia yang terus menerus mengalami peningkatan. Ketergantungan impor bawang putih yang tinggi menyebabkan volume impor periode sebelumnya tidak mempengaruhi permintaan bawang putih impor.

6.3. Hasil Estimasi Elastisitas Faktor-faktor yang Mempengaruhi