Butuh usaha keras untuk meminimalkan gangguan-gangguan tersebut. Akan tetapi, yang lebih penting lagi adalah mengusahakan agar siswa tetap memiliki
konsentrasi belajar yang kuat sehingga tetap mampu melakukan kegiatan dengan baik, walaupun faktor gangguan tersebut tetap ada.
2.2.7 Ciri-ciri Konsentrasi Belajar
Sulitnya berkonsentrasi belajar banyak dialami siswa dan merupakan hal tersebut merupakan faktor yang sangat menghambat timbulnya minat belajar yang tinggi. Hal
tersebut terkadang dialami siswa ketika mereka melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi belajar berkaitan dengan perilaku belajar yang
meliputi perilaku kognitif, perilaku afektif, dan perilaku psikomotor. Karena belajar merupakan aktivitas yang berbeda-beda pada berbagai bahan pelajaran, maka perilaku
konsentrasi belajar tidak sama pada perilaku belajar tersebut. Engkoswara dalam Rusyan 1989: 10 menjelaskan klasifikasi perilaku belajar yang dapat digunakan untuk
mengetahui ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi belajar sebagai berikut. 1 Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan, informasi,
dan masalah kecakapan intelektual. Pada perilaku kognitif ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai dengan kesiapan pengetahuan yang dapat segera
muncul bila diperlukan, komprehensif dalam penafsiran informasi, mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh, dan mampu mengadakan analisis dan sintesis
pengetahuan yang diperoleh. 2 Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi. Pada perilaku ini,
siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai dengan adanya penerimaan, yaitu tingkat perhatian tertentu, respon yang berupa keinginan untuk
mereaksi bahan yang diajarkan, mengemukakan suatu pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari suatu keyakinan, ide dan sikap seseorang.
3 Perilaku psikomotor. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai dengan adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai
dengan petunjuk guru, serta komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan-gerakan yang penuh arti.
4 Perilaku berbahasa. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi dengan baik dan benar.
Menurut Supriyo 2008: 103 terdapat ciri-ciri atau gelaja yang nampak pada siswa yang tidak dapat konsentrasi dalam belajar yaitu : a pada umumnya anak merasa
betah berjam-jam untuk melakukan aktifitas di luar kegiatan belajar, b mudah kena rangsangan lingkungan seperti suara radio,tv, gangguan adikkakak, c kadangkala
selalu mondar-mandir kesana kemari untukmencari perlengkapan belajar, dan d setelah belajar tidak tahu apa yang baru saja dipelajari.
Menurut Fanu 2009: 220 mengemukakan beberapa ciri-ciri siswa yang mengalami masalah konsentrasi belajar tanda-tanda inatentif, antara lain:
a. Tidak bisa memberikan perhatian yang penuh atau melakukan kesalahan-kesalahan karena ceroboh dalam melakukan pekerjaan atau
pelajaran sekolahnya; b. Mengalami kesulitan untuk terus-menerus terfokus pada pekerjaan
sekolah ketika sedang belajar atau tidak kerasan dengan kegiatan bermainnya ketika ia sedang bermain;
c. Tampak tidak memberikan perhatian dan tidak menghormati orang lain ketika sedang berbicara;
d. Tidak bisa megikuti petunjuk atau arahan yang diberikan kepadanya untuk melakukan sebuah pekerjaan dan tugas-tugas sekolahnya
tetapi hal ini bukan dikarenakan ketidakmampuannya untuk memahami atau karena kenakalannya, melainkan disebabkan oleh ia
tidak bisa memperhatikan petunjuk tersebut, melainkan pada hal-hal lainnya;
e. Mengalami kesulitan dalam mengorganisasikanmengatur tugas-tugas dan kegiatan-kegiatannya;
f. Menghindari, tidak menyenangi, dan enggan mengerjakan tugas-tugas yang memerlukan usaha mental berlarut-larut seperti PR;
g. Menghilangkan berbagai macam barang-barang yang dimilikinya, seperti mainan, tugas-tugas sekolah, pensil, buku, peralatan, baju, dan
seterusnya;
h. Mudah terusik oleh kegaduhan, objek yang bergerak atau rangsangan- rangsangan lainnya;
i. Pelupa. Dari beberapa ciri-ciri di atas dapat diketahui bahwa masalah pembiasaan
konsentrasi siswa sering terjadi ketika mereka tidak bisa memberi perhatian yang penuh saat proses belajar berlangsung, siswa cenderung beraktifitas sendiri tanpa aturan, dan
mereka juga enggan mengerjakan tugas-tugas sekolah.
2.3 Layanan Bimbingan Kelompok
2.3.1 Pengertian Bimbingan Kelompok
Winkel 2004: 465 menyebutkan bimbingan kelompok merupakan salah satu pengalaman melalui pembentukan kelompok-kelompok untuk keperluan pelayanan
bimbingan. Sedngkan menurut Wibowo 2005: 17 bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan
mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.
Tohirin 2008: 170 mengemukakan bahwa “layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan bantuan bimbingan kepada individu siswa melalui
kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas, dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi
pengembangan atau pemecahan masalah individu siswa yang menjadi peserta layanan. Dalam layanan bimbingan kelompok dibahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian
bersama anggota kelompok. Masalah yang menjadi topik pembicaraan dalam layanan bimbingan kelompok, dibahas melalui suasana dinamika kelompok secara intens dan
konstruktif, diikuti oleh semua anggota kelompok di bawah bimbingan pemimpin kelompok.”