komunitas penggemar burung itu sendiri. Terdapat kekuatan kepentingan yang berasal dari luar komunitas penggemar burung yang memberikan tekanan
terhadap proses pembentukan konstruksi pemaknaan di tingkat komunitas. Dinamika pergeseran pemaknaan pada komunitas penggemar burung merupakan
bentuk respon terhadap kepentingan-kepentingan lain di luar komunitas penggemar burung yang memberikan tekanan terhadap komunitas. Hal ini yang
kemudian dimaknai sebagai proses reartikulasi pemaknaan, yaitu sebuah proses pemaknaan kembali burung di tingkat komunitas dalam keterkaitannya dengan
perubahan konfigurasi kepentingan di tingkat komunitas penggemar burung itu sendiri dan kepentingan lain di luar komunitas. Hal ini penting ditelaah karena,
eksistensi komunitas penggemar burung pada dasarnya merupakan proses adaptasi komunitas penggemar burung terhadap perubahan konfigurasi kepentingan dalam
komunitas penggemar burung itu sendiri.
7. 2 Saran
Melalui kegiatan penelitian ini penulis memberikan beberapan saran untuk kepentingan aktor-aktor yang berkaitan dengan burung, secara langsung maupun
tidak langsung, di tingkat komunitas penggemar burung itu sendiri maupun di luar komunitas. Saran dalam konteks ini dibagi menjadi dua, yaitu saran yang bersifat
rekomendasi teoritis serta rekomendasi praksis.
7.2.1 Rekomendasi Teoritis:
1. Secara teoritis, perlunya dilakukan pengkayaan pengkajian mengenai burung yang menfokuskan dimensi kajiannya pada analisis sosial
mengenai permasalahan burung. Hal ini didasarkan pada argumentasi bahwa permasalahan burung pada dasarnya berkaitan dengan dimensi
manusia sebagai aktor, dimensi sosio-kultural, ekonomi dan eko-sosio- kultural. Permasalahan yang berkaitan dengan burung merupakan
permasalahan yang kompleks di mana terdapat banyak kepentingan yang bermain di dalamnya.
2. Secara teoritis, pemahaman interpretatif terhadap realitas sosial
pemaknaan yang berkembang di tingkat komunitas penggemar burung berkicau pada dasarnya tidak hanya berkaitan dengan proses interpretasi
aktor-aktor dalam proses interaksi sosial antar aktor. Kekuatan struktural, baik dalam bentuk kepentingan, ternyata memberikan pengaruh yang
cukup kuat dalam ”mengarahkan” konstruksi sosial di tingkat aktor. Berdasarkan hal ini maka dapat disimpulkan konteks kesadaran aktor
dalam pemahaman sosiologi interpretatif ternyata tidak dapat berdiri sendiri sebagai teori dalam menjelaskan fenomena konstruksi sosial
pemaknaan. Karena secara struktural fenomena konstruksi sosial di tingkat
komunitas penggemar burung ternyata juga dapat dilakukan.
7.2.2 Rekomendasi Praksis:
1. Dalam tataran praksis. Saat ini komunitas penggemar burung berkembang sangat signifikan membentuk representasi kepentingan yang beragam. Di
tingkat komunitas kepentingan yang berada di balik aktor-aktor dalam komunitas
hendaknya tidak
bersifat pragmatis
dengan hanya
mengedepankan dimensi kepentingannya sendiri dalam komunitas. 2. Proses konstruksi pemaknaan di tingkat komunitas, apapun bentuknya
hendaknya diinternalisasikan secara baik dengan mengedepankan partisipasi aktor-aktor dalam komunitas penggemar burung. Kesan elitis
dan tidak partispatif dalam proses konstruksi kebijakan di tingkat komunitas perlu dikurang untuk menghindari terjadinya konflik vertikal
dan horizontal di tingkat komunitas penggemar burung. 3. Komunitas penggemar burung hendaknya menjadi representasi dari setiap
aktor yang tedapat dalam komunitas penggemar burung itu sendiri. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan burung, yaitu latihan
dan lomba burung hendaknya dikonstruksi dalam kerangka representasi dari kepentingan setiap aktor di komunitas tersebut.
4. Komunitas penggemar burung dapat dijadikan sebagai kekuatan masif untuk melakukan upaya-upaya pelestarian burung tanpa mengancam
eksistensi mereka sebagai sebuah komunitas. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan aktor-aktor yang memiliki posisi strategis dalam
komunitas penggemar burung di Jawa, khususnya Surabaya dan Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Adian, D. Gahral. 2002. Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan: Dari David Hume sampai Thomas Khun. Teraju Khazanah Pustaka
Keilmuan. Jakata. Andrew. P. 1992. The Bird of Indonesia. Kukila Chechlist No I. Indonesia
Ornithological Society. Jakarta Astiyanto, Heniy. 2006. Filsafat Jawa: Menggali Butir-Butir Kearifan Lokal.
Warta Pustaka. Yogyakarta Bappenas. 2005. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Indonesia: Antara
Krisis dan Peluang. Bappenas. Jakarta Beng, Quek Tee. 1997. Bird Breeding: A Way To Coservation, paper ini
dipresentasikn dalam Seminar Nasional “Peran Pelestarian Hidupanliar dan Ekosistemnya dalam Pembangunan Nasional
yang Berkelanjutan. Kerjasama antara Yayasan Pembinaan Suaka Alam dan Margawsatwa Indonesia, YSI The Indonesian Wildlife
Fund, IWF. Jakarta 22 Juli 1997.
Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Rajawali Pers. Jakarta
Burger, DH. 1983. Perubahan-Perubahan Struktur dalam Masyarakat Jawa. Bharatara Karya Aksara. Jakarta
Calhoun, Craig, et.al ed. 2002. Contemporary Sociological Theory. Blackwell Publishing
Denzin, NK and YS Lincoln eds. 2000. Handbook of Qualitatif Research Second Edition, Thousand Oaks, London, New Delhi: Sage
Publication Furness, R.W and J.J.D Greewood ed. 1993. Bird as Monitors of Enviromental
Change. Chapman Hall. London Gauthama, Margaret P,dkk ed. 2003. Budaya Jawa dan Masyarakat Modern.
Pusat Kajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah- BPPT. Jakarta
Geertz, Clifford. 1983. Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia terjemahan. Bharata Aksara. Jakarta
Hüsken, Frans. 1998. Masyarakat Desa dalam Perubahan Zaman: Sejarah Differensiasi Sosial di Jawa 1830-1980. Grasindo. Jakarta
Jati, Aselmus. 1998. Kelimpahan dan Distribusi Jenis-jenis Burung Berdasarkan Fragmentasi dan Stratifikasi Habitat Cagar Alam Langgaliru
– Sumba. Thesis Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor
Jepson, P. and Richard J. Landle. 2005. Bird-keeping in Indonesia: Conservation Impact and the Potential for Substitution-Based Conservation
Respons. Oryx Vol 39 No October 2005 Koentjaraningrat.1974.
Bunga Rampai:
Kebudayaan, Mentalitet
dan Pembangunan. PT Gramedia. Jakarta
___________ .1994. Kebudayaan Jawa: Seri Etnografi Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta
Kuntowijoyo. 1987. Budaya dan Masyarakat. PT. Tiara Wacana Yogya. Yogyakarta
___________ . 2006. Raja, Priyayi dan Kawula. Ombak. Yogyakarta