1 Kesimpulan Dinamika dan Konfigurasi Kepentingan di Balik Pemaknaan terhadap Burung Berkicau di Jawa (Kasus di Surabaya dan Yogyakarta)

komunitas penggemar burung itu sendiri. Terdapat kekuatan kepentingan yang berasal dari luar komunitas penggemar burung yang memberikan tekanan terhadap proses pembentukan konstruksi pemaknaan di tingkat komunitas. Dinamika pergeseran pemaknaan pada komunitas penggemar burung merupakan bentuk respon terhadap kepentingan-kepentingan lain di luar komunitas penggemar burung yang memberikan tekanan terhadap komunitas. Hal ini yang kemudian dimaknai sebagai proses reartikulasi pemaknaan, yaitu sebuah proses pemaknaan kembali burung di tingkat komunitas dalam keterkaitannya dengan perubahan konfigurasi kepentingan di tingkat komunitas penggemar burung itu sendiri dan kepentingan lain di luar komunitas. Hal ini penting ditelaah karena, eksistensi komunitas penggemar burung pada dasarnya merupakan proses adaptasi komunitas penggemar burung terhadap perubahan konfigurasi kepentingan dalam komunitas penggemar burung itu sendiri.

7. 2 Saran

Melalui kegiatan penelitian ini penulis memberikan beberapan saran untuk kepentingan aktor-aktor yang berkaitan dengan burung, secara langsung maupun tidak langsung, di tingkat komunitas penggemar burung itu sendiri maupun di luar komunitas. Saran dalam konteks ini dibagi menjadi dua, yaitu saran yang bersifat rekomendasi teoritis serta rekomendasi praksis.

7.2.1 Rekomendasi Teoritis:

1. Secara teoritis, perlunya dilakukan pengkayaan pengkajian mengenai burung yang menfokuskan dimensi kajiannya pada analisis sosial mengenai permasalahan burung. Hal ini didasarkan pada argumentasi bahwa permasalahan burung pada dasarnya berkaitan dengan dimensi manusia sebagai aktor, dimensi sosio-kultural, ekonomi dan eko-sosio- kultural. Permasalahan yang berkaitan dengan burung merupakan permasalahan yang kompleks di mana terdapat banyak kepentingan yang bermain di dalamnya.

2. Secara teoritis, pemahaman interpretatif terhadap realitas sosial

pemaknaan yang berkembang di tingkat komunitas penggemar burung berkicau pada dasarnya tidak hanya berkaitan dengan proses interpretasi aktor-aktor dalam proses interaksi sosial antar aktor. Kekuatan struktural, baik dalam bentuk kepentingan, ternyata memberikan pengaruh yang cukup kuat dalam ”mengarahkan” konstruksi sosial di tingkat aktor. Berdasarkan hal ini maka dapat disimpulkan konteks kesadaran aktor dalam pemahaman sosiologi interpretatif ternyata tidak dapat berdiri sendiri sebagai teori dalam menjelaskan fenomena konstruksi sosial pemaknaan. Karena secara struktural fenomena konstruksi sosial di tingkat komunitas penggemar burung ternyata juga dapat dilakukan.

7.2.2 Rekomendasi Praksis:

1. Dalam tataran praksis. Saat ini komunitas penggemar burung berkembang sangat signifikan membentuk representasi kepentingan yang beragam. Di tingkat komunitas kepentingan yang berada di balik aktor-aktor dalam komunitas hendaknya tidak bersifat pragmatis dengan hanya mengedepankan dimensi kepentingannya sendiri dalam komunitas. 2. Proses konstruksi pemaknaan di tingkat komunitas, apapun bentuknya hendaknya diinternalisasikan secara baik dengan mengedepankan partisipasi aktor-aktor dalam komunitas penggemar burung. Kesan elitis dan tidak partispatif dalam proses konstruksi kebijakan di tingkat komunitas perlu dikurang untuk menghindari terjadinya konflik vertikal dan horizontal di tingkat komunitas penggemar burung. 3. Komunitas penggemar burung hendaknya menjadi representasi dari setiap aktor yang tedapat dalam komunitas penggemar burung itu sendiri. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan burung, yaitu latihan dan lomba burung hendaknya dikonstruksi dalam kerangka representasi dari kepentingan setiap aktor di komunitas tersebut. 4. Komunitas penggemar burung dapat dijadikan sebagai kekuatan masif untuk melakukan upaya-upaya pelestarian burung tanpa mengancam eksistensi mereka sebagai sebuah komunitas. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan aktor-aktor yang memiliki posisi strategis dalam komunitas penggemar burung di Jawa, khususnya Surabaya dan Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Adian, D. Gahral. 2002. Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan: Dari David Hume sampai Thomas Khun. Teraju Khazanah Pustaka Keilmuan. Jakata. Andrew. P. 1992. The Bird of Indonesia. Kukila Chechlist No I. Indonesia Ornithological Society. Jakarta Astiyanto, Heniy. 2006. Filsafat Jawa: Menggali Butir-Butir Kearifan Lokal. Warta Pustaka. Yogyakarta Bappenas. 2005. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Indonesia: Antara Krisis dan Peluang. Bappenas. Jakarta Beng, Quek Tee. 1997. Bird Breeding: A Way To Coservation, paper ini dipresentasikn dalam Seminar Nasional “Peran Pelestarian Hidupanliar dan Ekosistemnya dalam Pembangunan Nasional yang Berkelanjutan. Kerjasama antara Yayasan Pembinaan Suaka Alam dan Margawsatwa Indonesia, YSI The Indonesian Wildlife Fund, IWF. Jakarta 22 Juli 1997. Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Rajawali Pers. Jakarta Burger, DH. 1983. Perubahan-Perubahan Struktur dalam Masyarakat Jawa. Bharatara Karya Aksara. Jakarta Calhoun, Craig, et.al ed. 2002. Contemporary Sociological Theory. Blackwell Publishing Denzin, NK and YS Lincoln eds. 2000. Handbook of Qualitatif Research Second Edition, Thousand Oaks, London, New Delhi: Sage Publication Furness, R.W and J.J.D Greewood ed. 1993. Bird as Monitors of Enviromental Change. Chapman Hall. London Gauthama, Margaret P,dkk ed. 2003. Budaya Jawa dan Masyarakat Modern. Pusat Kajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah- BPPT. Jakarta Geertz, Clifford. 1983. Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia terjemahan. Bharata Aksara. Jakarta Hüsken, Frans. 1998. Masyarakat Desa dalam Perubahan Zaman: Sejarah Differensiasi Sosial di Jawa 1830-1980. Grasindo. Jakarta Jati, Aselmus. 1998. Kelimpahan dan Distribusi Jenis-jenis Burung Berdasarkan Fragmentasi dan Stratifikasi Habitat Cagar Alam Langgaliru – Sumba. Thesis Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor Jepson, P. and Richard J. Landle. 2005. Bird-keeping in Indonesia: Conservation Impact and the Potential for Substitution-Based Conservation Respons. Oryx Vol 39 No October 2005 Koentjaraningrat.1974. Bunga Rampai: Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. PT Gramedia. Jakarta ___________ .1994. Kebudayaan Jawa: Seri Etnografi Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta Kuntowijoyo. 1987. Budaya dan Masyarakat. PT. Tiara Wacana Yogya. Yogyakarta ___________ . 2006. Raja, Priyayi dan Kawula. Ombak. Yogyakarta