Kerangka Berpikir TINJAUAN PUSTAKA

pembelajaran model POGIL berbantuan alat peraga dan berbasis etnomatematika. 2 Sikap siswa terhadap budaya berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa sebesar 70,4. Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang sudah pernah dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti memanfaatkan dan mengoptimalkan budaya-budaya yang ada di Batang sebagai sumber belajar, media, bahkan Lembar Kegiatan Siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak meninggalkan unsur-unsur budaya yang sudah ada sehingga dapat menambah kecintaan dan kepedulian siswa terhadap budaya.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika di sekolah diselenggarakan dengan beberapa tujuan yang mana salah satunya adalah agar siswa mampu mengomunikasikan matematika terutama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Nilai ujian akhir siswa semester 1 tahun ajaran 20142015 mata pelajaran matematika di SMP Negeri 4 Batang menunjukkan bahwa aspek kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan matematika yang masih belum dikuasai siswa secara optimal. Hal ini terbukti dari kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang ditentukan sekolah yakni 75. Selain itu, latihan soal yang diberikan guru tidak diakitkan dengan budaya di sekitar. Salah satu cara agar kemampuan komunikasi matematis siswa sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan pemahaman konsep yang baik terhadap materi terlebih dahulu. Beberapa alasan yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa diantaranya adalah materi pelajaran cenderung dirasa siswa bersifat abstrak dan penerapan pendekatan yang belum tepat. Pembelajaran yang seringkali dilakukan oleh para guru adalah model pembelajaran langsung. Model pembelajaran ini kurang tepat untuk digunakan, apalagi agar siswa mampu memahami konsep materi yang diajarkan. Siswa kurang dilibatkan secara langsung dalam menemukan dan mengonstruk pengetahuannya sendiri. Peserta cenderung hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Tentunya hal ini menghambat siswa dalam menguasai materi tersebut. Salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai diterapkan di kelas adalah model pembelajaran Probing-Prompting. Model pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk mengonstruk pengetahuannya sendiri serta memahami konsep-konsep yang telah diajarkan. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menggali pengetahuan yang telah dimiliki siswa, terjadi proses berpikir yang kemudian siswa akan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk dapat membangun pengetahuan baru yang sedang di pelajari. Kemajuan zaman dan teknologi disertai dengan masuknya budaya-budaya asing ke Indonesia. Oleh karena itu diperlukan pendekatan dalam pembelajaran untuk menghadapi tantangan akan hilangnya apresiasi siswa terhadap budaya lokal. Oleh karena itu dapat dilakukan melalui pembelajaran berbasis etnomatematika. Pembelajaran berbasis etnomatematika, siswa dituntut untuk memahami budaya yang ada di sekitar daerah mereka terkait materi yang akan diajarkan oleh guru. Berdasarkan kerangka berpikir di atas, peneliti mencoba menerapkan model Probing-prompting berbasis etnomatematika dan model langsung pada pada materi pokok kubus dan balok. Dengan menerapkan mencoba menerapkan model Probing-prompting berbasis etnomatematika diharapkan pembelajaran lebih efektif dan mencapai ketuntasan klasikal dibandingkan dengan pembelajaran model langsung yang diterapkan pada kelas kontrol. Siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model Probing-prompting berbasis etnomatematika diharapkan dapat meningkatkan keaktifan, motivasi, dan kreativitas mereka dalam belajar matematika sehingga kemampuan komunikasi matematis menjadi lebih baik dibandingkan dengan kemampuan komunikasi matematis pada kelas kontrol. Selain itu sikap cinta budaya lokal diharapkan berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas yang diterapkan model Probing-prompting berbasis etnomatematika. Kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas disajikan pada Gambar 2.13 Gambar 2.13 Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Penelitian