Secara khusus menurut Harahap 1992, 4 dan Meidawati 1998, 201, mengemukakan bahwa pencatatan dalam konteks agama Islam adalah:
1. Sebagai dasar untuk menjadi bukti dilakukannya transaksi.
2. Menjaga agar tidak terjadi manipulasi rekayasa dalam transaksi maupun
penyusunan pertanggungjawaban keuntunganbagi hasil. Sedangkan dalam konsep Islam bahwa pada hakekatnya akuntansi pencatatan
telah ada sejak manusia ini ada dan mempunyai andil cukup besar dalam perkembangannya, terutama dalam hal yang berkaitan dengan:
1. MuamallahMuhasabah transaksi 2. Sebagai dasar pencatatannya adalah bukti evidence.
3. Evidence diklasifikasikan secara teratur dan sistematis sekarang diatur dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 592007, tentang Perbankan Syariah kemudian diatur lebih lanjut dalam PAPSI 2003Pedoman Akuntansi Perbankan
Syariah dan DSN Dewan Syariah Nasional melalui fatwanya tahun 20002001.
4. Bahwa untuk mendapatkan obyektivitas dan keandalan data akuntansi, maka laporan keuangan harus diperiksa atau diaudit oleh ahlinya, yaitu pihak independen akuntan
publik, khususnya untuk perbankan harus ada rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional DSN, serta pengawasan dari Dewan Pengawas Syariah DPS dan Bank
Indonesia.
H. Z
AKAT DALAM
P
ERSPEKTIF
A
KUNTANSI
S
YARIAH
Dalam Islam telah ditegaskan bahwa manusia sebagai makhluk sosisal yang diciptakan oleh Allah SWT, adalah semata-mata untuk mengabdi pada-Nya. Oleh karena
itu, setiap insan muslim selain mempunyai kewajiban individu fardhu ain juga mempunyai kewajiban bersama fardhu kifayah. Zakat merupakan perwujudan kewajiban
untuk kepetingan bersama dalam rangka untuk pemenuhan kebutuhan semua orang yang tidak mampu sesuai ashnaf-nya dalam memenuhi kepentingan diri keluarga, dan
masyarakatnya. Perwujudan kepentingan bersama ini secara umum, antara lain mengunjungi saudaranya bila tertimpa musibah, bertakziah, dan penunaian ibadah zakat.
Menunaikan ibadah zakat, telah tertuang dalam Al Qur’an Surah At Taubah ayat 103 yang merupakan perpaduan dan perwujudan dari kepentingan individu dengan kepentingan
bersama sesuai konsep Islam. Dan hal ini hanya dapat terlaksana bila telah dilakukan pencatatan, perhitungan, dan pembagian terhadap aset harta yang dimiliki, baik oleh
individu maupun entitas ekonomi perusahaan, sesuai dengan kesepakatan akad yang telah dibuat dan hokum yang berlaku.
Hal ini sejalan dengan beberapa pengertian simpulan tentang zakat oleh para peneliti atau penulis di bawah ini.
o Saud 1976: zakat secara linguistik mempunyai makna ganda, yaitu pertumbuhan
growth dan pembersihan purification. o
Siregar 1999, 58 dan Chapra 2000, 270: zakat mempunyai makna literal, yaitu penyucian thaharah, pertumbuhan nama’, keberkatan barokah, dan pujian madh.
o Dalam Al Qur’an:
Surat At-Taubat, 103; dasar pengenaan zakat adalah kekayaan: “Sesungguhnya bumi
Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin
138
ini kepunyaan Allah dipusakai-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba- Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa” QS; 7, 128.
QS; 2, 29-30 menyatakan: bahwa sesungguhnya Allah akan menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi agar berlaku amanah dan mampu mengelola sumber
daya alam secara benar dan adil sebab Manusia itu sebagai khalifatullah god’s vicengerent.
1. Zakat dan Pajak
Zakat merupakan ibadah penyucian harta yang bersifat wajib dalam Rukun Islam ke-4 setelah mengucap syahadat, mendirikan shalat, dan menunaikan ibadah puasa. Tidak
ada sangsi atau hukuman, hanya sangsi moral dan di akhirat kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Zakat tidak tunduk pada prinsip perpajakan, ciri
dan tujuannya berbeda. Sedangkan pajak adalah kewajiban individu atau badan untuk menyetorkan uang ke kas negara berdasarkan peraturan perundangan, dan sifatnya
memaksa disertai sangsi administratif dan atau kurungan badan.
2. Empat Azas Pemungutan Zakat
Dalam pemungutan zakat harus sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan dalam Al Qur’an atau pun Sunah Rasulullah SAW, yakni telah sampai haul dan nisabnya.
Besarnya persentase pengenaan zakatnya disesuaikan dengan jenis harta yang dimiliki, misalnya harta perdagangan 2,5 dari nilainya, hasil pertanian tanpa pengairan 20 dari
hasil panen yang diperoleh, harta temuanqarun adalah 20 dari nilai temuannya. Dalam distribusinya, zakat ini telah ditentukan pula pihak yang berhak menerimanya 8 pihak,
dalam konteks bernegara atau bermasyarakat dibentuk badan amil amil zakat BAZIS yang telah diakui dan disahkan oleh masyarakat atau negara. Sehingga zakat yang telah
dibayarkan pada BAZIS yang resmi atau terdaftar, berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan, dapat mengurangi pajak yang akan dibayar. Meskipun cara perhitungan dan
pemungutannya berbeda, namun pada dasarnya kedua hali ini adalah wujud dari penunaian kewajiban terhadap agama dan bangsa. Sebab, dalam pengelolaan dan pemungutan zakat
berbeda dengan pemungutan terhadap pajak. Dalam pengelolaan kedua hal tersebut hendaknya memperhatikan empat azas berikut; Rahman, 1966, 333, dan Mannan, 1997,
275:
Tabel 8 P
ERBEDAAN
A
SAS
Z
AKAT DAN
P
AJAK
ASAS ZAKAT
PAJAK
1. KESAMAAN Kewajiban
setiap warga
berdasarkan harta kekayaan yang dimiliki, untuk orang yang berhak
menerimanya sesuai dengan tuntunan syariah.
Kewajian setiap warga berdasarkan pendapatannya dengan sistem
perpajakan, untuk pembiayaan dan pembangunan negara
2. KEPASTIAN Ditetapkan secara pasti dan tidak
dapat diubah berdasarkan ketentuan syariah.
Ditetapkan secara pasti berdasarkan ketentuan yang berlaku UU
perpajakan + aturan lainnya namun dapat diubah oleh negara.
3. KESELARASAN dan KETEPATAN
Dipungut pada saat terbaik sesuai situasi dan kondisi atau telah
Dipungut pada saat tertentu sesuai dengan kondisi si wajib pajak.
Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin
139
memenuhi batas nisabnya.
4. EKONOMI Tidak memerlukan sistem
organisasi yang lengkap dan tidak memerlukan biaya yang besar.
Memerlukan sistem organisasi yang lengkap dengan menggunakan prinsip
Cost Benefit Rratio
Standar Akuntansi Zakat sangat diperlukan. Karena standar ini yang mengatur bagaimana mengelola Zakat tersebut. Hal ini telh dan diterbitkan oleh lembaga pembuat
standarstandard setting body lihat PSAK 1102012 tentang ZIS. Sehingga terdapat kepastian hukum dengan standar yang pasti maka selayaknya ketentuan atau standar
khusus mengenai zakat ini diterbitkan untuk kepentingan umat, terutama dalam konteks pengelolaan negara berkaitan dengan pengumpulan dana masyarakat public money untuk
pembangunan dan program pengentasan kemiskinan. Dibandingkan pajak yang cenderung memaksa dan mungkin sumbernya non halal, maka pajak dipungut atau dikeluarkan atas
kesadaran individu bahwa dibalik harta yang kita miliki terdapat hak orang lain yang harus dikeluarkan yakni dalam bentuk zakat. Sedangkan dalam pajak yang terindikasi adanya
ketidakjelasan dalam proses pengumpulan dan distribusinya cenderung tidak merata dan tidak sesuai dengan konsep keadilan, kebenaran, dan pertanggungjawaban. Sesuai dengan
prinsip muamallah dalam akuntansi syariah, sehingga agak sulit untuk dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan transparan.
Oleh karena itu, kalau pajak sudah ada peraturan maupun ketentuan yang mengaturnya maka seyogyanya zakat juga demikian terutama aturan dari pemerintah dan
organisasi profesi misalnya: kewajiban untuk melaporkan pungutan zakatnya dan standar akuntansi Zakat. Menurut Harahap 1997, 285, bahwa dalam standar zakat hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut.
1. Dasar penilaian adalah nilai tukar sekarang current exchange value, berdasarkan harga pasar yang berlaku.
2. Aturan periode satu tahun, kecuali untuk zakat pertanian disesuaikan dengan musim panen masa produksinya.
3. Independensi aturan, zakat dihitung berdasarkan kekayaan akhir tahun, setelah sampai haul dan nisabnya.
4. Menggunakan standar realisasi. 5. Menggunakan net total dan memerlukan net income.
6. Dasar pengenaan adalah harta kekayaan maal.
I. P
ERBEDAAN DAN
P
ERSAMAAN
A
NTARA
Z
AKAT DAN
P
AJAK
Zakat adalah proses penyucian harta dan merupakan kewajiban setiap individu muslim sebagai sarana untuk mencapai taqwallah sedangkan Pajak adalah Iuran wajib pungutan
setiap warga negara badan yang pemungutannya dapat dipaksakan dan disertai adanya sangsi denda atau kurungan badan. Selanjutnya dalam konteks kewajiban pada negara
maka pajak merupakan iuran wajib yang dapat dipaksakan dan dapat dikenakan sanksi denda atau kurungan apabila warga negara tidak menunaikan kewajibannya. Pajak diatur
dan ditetapkan dengan peraturan pemerintah dan undang-undang ketentuan lainnya. Yang berfungsi sebagai pemasukan pada kas negara untuk membiayai pembangunan dan
pembiayaan negara lainnya. Sedangkan zakat adalah kewajiban individu yang bersifat ibadah amaliah. Penunaian kewajiban diserahkan kepada kesadaran insan yang
Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin
140
bersangkutan. Oleh karena itu, tidak ada sanski denda atau kurungan tetapi semata-mata didasari atas kesadaran karena Allah SWT semata. Zakat ini ditarik dan dikumpulkan oleh
Amil pengelola zakatBAZBAZIS untuk disalurkan kepada pihak yang berhak menerimanya dalam Al Qur’an, ada 8 pihak.
Secara lebih jelas unsur persamaan dan perbedaan antara Zakat dan Pajak sebagai berikut.
Tabel 9 P
ERSAMAAN DAN
P
ERBEDAAN
Z
AKAT DAN
P
AJAK
No. PERBEDAAN
Persamaan Perbedaan
Zakat Pajak
1 Adanya unsur
kewajiban Pengentian
definisi Penyucian harta dan merupakan
kewajiban setiap individu muslim sebagai sarana untuk mencapai
taqwallah Iuran wajib pungutan setiap warga
negara badan yang pemungutannya dapat dipaksakan dan disertai adanya
sangsi denda atau kurungan badan. 2
Harus disetorkan ke pihak yang
berwenang menerimanya
Sasaran oranglembaga
yang menerimanya Ditentukan ada delapan ashnaf
kelompok masyarakat amilin, muallaf, fakir dan miskin, gharim, jihad fi
sabilillah, dll. Badanlembaga yang telah ditunjuk
dan atau dibentuk menurut ketentuanperaturan
atau perundangan negara.
3 Memperoleh
imbalanpahala baik
secara langsung ataupun
tidak Pengelolaan
manajemen Dikelola secara sederhana oleh
individu dan atau badan yang dibentuk oleh masyarakat Amil atau negara
BAZIS Dikelola secara terstruktur dan
sistematis oleh lembaga yang ditunjuk. misalnya: Departemen
Keuangan, Dirjen Anggaran Pajak, KPP, dll
4 Berfungsi untuk
kepentingan sosial
kemasyarakatan, ekonomi, dan
keuangan. Manfaatkegunaan
Semata-mata untuk kesejehteraan umat sebagai wujud pelaksaanaan rukun
Islam yang ke-4 Untuk membiayai negara, baik untuk
kepentingan sosial, ekonomi, politik, agama, budaya maupun pertahanan
keamanan.
5 Adanya masa
manfaat atau
masa penggunaan Orientasi atau
tujuan Menunaikan
kewajiban dan
mensucikan harta untuk hak orang lain Salah satu sumber pemasukan yang
potensial untuk berjalannya program pemerintahan.
6 Dibayar setahun
sekali atau setiap kejadian event
obyek Besarnya tarif
nisab Ditentukan sesuai dengan jenis
zakatnya dalam Al Qur’an dan Sunah Rasul dan telah mencapai haul dan
nisabnya Ditentukan berdasarkan ketentuan
undang-undang dengan
menggunakan tarif progresiftetap secara proporsional sesuai dengan
jumlah pendapatan. 7
Berfungsi sebagai sarana
pengumpulan dana masyarakat
Dari prinsip yang digunakan
Persamaan equalitas untuk semua individu
Ada batasan tertentu sesuai PKP penghasilan kena pajak
8 Dasar asas yang
pasti 4 asas
Kepastian, keselarasan, ketepatan, dan ekonomi
Kepastian, keselarasan, ketepatan, dan ekonomi
9 Berdasarkan
ketentuanperatur an yang pasti
Ketentuan NashAturan:
QS. At Taubah: 5, 11, 18, 58, 60, 103; QS. Al Baqarah: 43, 110, 177, 254,
277; QS. As Saba: 39; QS. An Nissa: 77; QS. Maryam: 31; QS. Al
Mu’minum: 4; QS. Annur: 37, 56; QS. An Naml: 5; QS. Luqman: 4; QS. Al
Ahzab: 33 QS. Al Bayinah: 5, dll.
UU No. 1 Tahun 1983 diubah menjadi UU No. 17 tahun 2002:
Pasal 23 Ayat 2 khususnya UUD 1945 Pasal 23 Ayat 2
Surat Edaran dari Menteri Keuangan dan aturan lainnya.
Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin
141
BAB XI SISTEM TANPA BUNGA FREE INTEREST SYSTEM