K SISTEM TANPA BUNGA FREE INTEREST SYSTEM

muamallah. Selanjutnya dalam menciptakan sistem bagi hasil tersebut, sebagaimana yang digunakan dalam konsep akuntansi konvensional maka dalam akuntansi syariah pun, khususnya untuk LKS lembaga keuangan syariah, menggunakan dua sistem pencatatan asumsi dasar seperti Cash Basis dan Accrual Basis. Cash Basis; prinsip akuntansi yang mengharuskan pengakuan biaya dan pendapatan pada saat terjadinya. Sedangkan Accrual Basis; prinsip akuntansi yang membolehkan pengakuan biaya dan pendapatan didistribusikan pada beberapa periode dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, Fatwa MUI, Nomor: 14DSN-MUIIX2000 tentang Sistem Distribusi Bagi Hasil Usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah. Selanjutnya kedua sistem itu dapat digunakan dalam LKS, tetapi demi untuk kemaslahatn al-ashlah umat MUI menyarankan dalam pencatatan sebaiknya digunakan sistem basis akrual; akan tetapi dalam distribusi hasil usaha profit sharing revenue hendaknya ditentukan atas dasar penerimaan yang benar-benar terjadi cash basis. Demikian pula dalam akad atau pemufakatan bisnis harus ditentukan dan disepakati sistem mana yang dipilih. Secara lebih jelas perbedaan bunga dan bagi hasil dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 10 P ERBEDAAN B UNGA DAN B AGI H ASIL BUNGA INTEREST BAGI HASIL PROFIT AND LOSS SHARING P ENENTUAN BUNGA DIBUAT PADA WAKTU AKAD DENGAN ASUMSI SELALU UNTUNG O PPURTUNITY C OST P ENENTUAN BESARNYA NISBAH BAGI HASIL DIBUAT PADA SAAT AKAD DENGAN MEMPERHATIKAN KEMUNGKINAN UNTUNG ATAU RUGI . B ESARNYA PERSENTASE BERDASARKAN PADA JUMLAH UANG MODAL YANG DIPINJAMKAN B ESARNYA NISBAH BAGI HASIL DISESUAIKAN PADA KEUNTUNGAN KERUGIAN YANG MUNGKIN AKAN DIPEROLEH BERTDASARKAN PERSENTASE TERTENTU P EMBAYARAN BUNGA TETAP SEPERTI YANG DIJANJIJKAN OLEH PIHAK NASABAH BAIK UNTUNG ATAU RUGI R ISIKO UNTUNG ATAU RUGI AKAN DITANGGUNG OLEH KEDUA BELAH PIHAK . J UMLAH PEMBAYARAN BUNGA TETAP SEKALIPUN NASABAH UNTUNG BOOMING J UMLAH PEMBAGIAN ATAU PEMBAYARAN SECARA PROPORSIONAL . K EBERADAAN BUNGA DIRAGUKAN KEHALALANNYA , OLEH SYARIAH TERMASUK I SLAM T IDAK ADA KEABSAHAN MENGENAI BAGI HASIL NAMUN DAPAT DIIMPELEMTASIKAN DALAM PRAKTIK BISNIS . C ENDERUNG EKSPLOITATIF DAN TIDAK ADIL DIDASARKAN AKAD DAN KESEPAKATAN KEDUA BELAH PIHAK TERJADI NEGATIVE SPREAD TIDAK ADA NEGATIVE SPREAD Sumber: diadaptasi dari Triyuwono, 2001, 43

C. K

ONSEP K EPEMILIKAN DAN P ENILAIAN A SET Ciri utama dalam konsep kepemilikan menurut syariah adalah legitimasi kepemilikan tergantung pada unsur moralitas. Dalam kepemilikan aset aset umumnya didasarkan pada konsep historis dan dicatat sebesar harga perolehannya sesuai dengan harga pada saat pembelian atau perpindahan hak antara penjual dengan pembeli dengan mengutamakan Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin 148 pada prinsip amanah-Nya. Oleh karena Allah SWT-lah semata-mata merupakan pemilik mutlak terhadap aset atau harta yang kita miliki. Manusia hanya sebagai penerima titipan, terhadap aset untuk dipergunakan sebagaimana mestinya sesuai dengan tuntunan syariah. Sebab Allah SWT. akan meminta pertanggungjawaban terhadap pengelolaan dan penggunaan aset tersebut, secara adil dan benar. Sekecil apapun aset yang dimiliki tidak akan lepas dari pertanggungjawaban di hadapan pengadilan Allah SWT. yang Maha Adil tersebut kelak di hari akhir. Dalam Al Qur’an dan hadits Rasulullah dijelaskan sebagai berikut: