Strategi Pembelajaran KAJIAN TEORI

besar; 4 Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga Tjokrodikaryo dalam Hidayati, 2008: 1-26 Dengan demikian masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi sumber materi IPS sekaligus juga menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep, teori- teori IPS yang diperoleh anak di dalam kelas dapat dicocokkan dan dicobakan sekaligus diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat. Ruang lingkup IPS pada kelas V semester II adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Standar Kompetensi kelas V semester II Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPS kelas V semester 2, peneliti menentukkan ruang lingkup penelitian pada KD 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

2.1.5 Strategi Pembelajaran

2.1.5.1 Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray 2.1.5.1.1 Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin guru atau diarahkan guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah Agus Suprijono, 2012:54. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar dalam belajar kelompok, ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang mempunyai ciri-ciri: a. Memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermantaat seperti fakta , keterampilan, nilai, konsep, dan cara hidup serasi dengan sesama, b. pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai Agus Suprijono 2012:58. Pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa. Dalam pembelajaran ini, guru diharapkan mapu membentuk kelompok- kelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajaranya sendiri dan pembelajaran teman-teman satu kelompoknyaPembelajaran kooperatif biasanya menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil selam beberapa mingggu atau bulan kedepan untuk kemudian diuji secara individual pada hari ujian yang telah ditentukan Miftahul Huda, 2014:32. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengacu peda metode pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar yang kemudian diuji secara individual. 2.1.5.1.2 Pengertian model pembelajaran Two Stay Two Stray Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dikembangkan oleh Spencer Kagan, dapat dikombinasikan dengan teknik kepala bernomor bisa diterapkan untuk semua pelajaran dan tingkatan umur, memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain Miftahul Huda,2011:140. Struktur Two Stay Two Stray yaitu memberi kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain Lie dalam Aris Shoimin, 2014:222. Model pembelajaran kooperatif dua tinggal dua tamu adalah dua orang siswa tinggal dikelompok dan dua orang siswa bertamu ke kelompok lain. Dua orang yang tinggal bertugas memberikan informasi kepada tamu tentang hasil kelompoknya, sedangkan yang bertamu bertugas mencatat hasil diskusi kelompok yang dikunjunginya Aris Shoimin, 2014:222. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Two Stay Two Stray akan mengarahkan peserta didik untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. 2.1.5.1.3 Langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray seperti yang diungkapkan, antara lain: 1 Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa, dua siswa berperan sebagai tamu dan dua siswa berperan sebagai tuan rumah. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen seperti pada pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan Peer Tutoring dan saling mendukung. 2 Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing- masing. 3 Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang. 4 Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. 5 Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. 6 Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. 7 Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. 8 Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka Agus Suprijono ,2012:140. 2.1.5.1.4 Tahapan – tahapan model pembelajaran Two Stay Two Stray Pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Persiapan Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa. Setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa. 2. Presentasi guru Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. 3. Kegiatan kelompok Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajari dalam kelompok kecil 4siswa, yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian, 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri untuk kembali ke kelompok masing-masing untuk melaporkan temuannya serta mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. 4. Formalisasi Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelomponya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnyak. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal 5. Evaluasi kelompok dan penghargaan Tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray. Aris Shoimin, 2014:223. 2.1.5.1.5 Kelebihan model pembelajaran Two Stay Two Stray Kelebihan dari model Two Stay Two Stray antara lain: 1 mudah dipecah menjadi berpasangan; 2 lebih banyak tugas yang dilakukan; 3 guru mudah memonitor; 4 dapat diterapkan pada semua kelastingkatan; 5 kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna; 6 lebih berorientasi pada keaktifan; 7 siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya; 8 menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa; 9 kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan; 10 membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar, Arif Shoimin, 2014:225. Kelebihan penggunaan Two Stay Two Stray adalah dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran yang membuat cara belajar peserta didik menjadi lebih bermakna, sehingga tidak akan terjadi pembelajaran yang teacher center namun mengarah student center, dengan demikian teknik ini dapat meningkatkan penguasaan konsep IPS karena peserta didik bisa bertukar pendapat serta berdiskusi dengan teman-teman saat kerja kelompok. 2.1.5.1.6 Kekurangan model pembelajaran Two Stay Two Stray Kekurangan dari model Two Stay Two Stray antara lain: 1 membutuhkan waktu yang lama; 2 siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok; 3 bagi guru, membutuhkan banyak persiapan; 4 guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas; 5 membutuhkan sosialisasi yang lebih baik; 6 jumlah ganjil bisa menyulitkan pembentukan kelompok; 7 siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan guru; 8 kurang kesempatan untuk memerhatikan guru Arif Shoimin, 2014:225. Untuk mengatasi kekurangan dari model Two Stay Two Stray maka diperlukan persiapan yang matang dari guru baik dari model dan media yang digunakan, pada saat pembagian kelompok sebaiknya dikelompokan secara heterogen, dan harus selalu ada komunikasi yang baik antar guru dan murid maupun antar murid dengan murid. 2.1.5.2 Media Pembelajaran 2.1.5.2.1 Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap Gerlach dan Elly dalam Arsyad 2014: 3. Media adalah komponen sumber belajar atau wahan afisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Adapun media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran Hamdani, 2011:243. Media sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dan informasi dalam proses belajar memiliki tingkatan yang dijadikan acuan sebagai landasan penggunaan media dalam proses belajar. Tingkatan tersebut disebut dengan Kerucut Pengalaman Dale. Menurut Dale dalam Arsyad, 2014:14 kerucut tersebut merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemuka-kan oleh Bruner. Berikut merupakan kerucut pengalaman Dale. Abstrak Konkret Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale Lambang Kata Lambang Visual Gambar Diam, Rekaman Radio Gambar Hidup Pameran Televisi Karyawisata Dramatisasi Pengalaman Langsung Benda TiruanPengamatan Lambang Kata Lambang Visual Gambar Diam, Rekaman Radio Gambar Hidup Pameran Televisi Karyawisata Dramatisasi Pengalaman Langsung Benda TiruanPengamatan Kerucut pengalaman Dale menggambarkan bahwa hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung konkret, kenyataan yang ada di ling- kungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal abstrak. Menurut Arsyad 2014:14, tingkatan-tingkatan tersebut tidak berarti proses belajar dan interaksi belajar harus selalu dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan pengalaman yang paling sesuai dengan ke-butuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbang-kan situasi belajarnya. Dari beberapa uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. 2.1.5.2.2 Pengertian Media Powerpoint Powerpoint merupakan media yang sangat cocok digunakan untuk menyampaikan suatu materi kepada siswa, hal ini karena Powerpoint memang program komputer yang didesain untuk media presentasi yang dilengkapi dengan segala fasilitas yang menarik. Powerpoint merupakan program yang dirancang khusus untuk menyampaikan presentasi, baik yang diselenggarakan oleh perusahaan, pemerintahan, pendidikan maupun perseorangan dengan berbagai fitur menu yang mampu menjadikannya sebagai media komunikasi yang menarik. Beberapa hal yang menjadikan media ini menarik untuk digunakan sebagai alat presentasi adalah berbagai kemampuan pengolahan teks, warna, dan gambar, serta animasi-animasi yang bisa diolah sendiri sesuai kreativitas penggunanya Daryanto, 2012 : 141 . Powerpoint merupakan salah satu aplikasi yang paling banyak digunakan oleh orang-orang dalam mempresentasikan bahan ajar, laporan, atau karya Arsyad, 2014: 193. Program powerpoint di dalam komputer dikelompokkan dalam program Microsoft Office. Program ini dirancang khusus untuk menyampaikan presentasi, baik yang diselenggarakan oleh perusahaan, pemerintahan, pendidikan, maupun perorangan. Dalam dunia pendidikan pemanfaatan media presentasi ini dapat digunakan oleh pendidik maupun peserta didik untuk mempresentasikan materi pembelajaran ataupun tugas-tugas yang akan diberikan. Beberapa hal yang menjadikan media ini menarik untuk digunakan sebagai alat presentasi adalah berbagai kemampuan pengolahan teks, warna, dan gambar, serta animasi-animasi yang bisa diolah sendiri sesuai kreatifitas penggunanya. Pada prinsipnya program ini terdiri dari beberapa unsur rupa dan pengontrolan operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud terdiri dari slide, teks, gambar dan bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang telah tersedia. Unsur rupa tersebut dapat dibuat tanpa gerak atau dibuat dengan gerakan tertentu sesuai keinginan. Beberapa hal yang perlu dipahami dalam menulis naskah presentasi antara lain adalah sebagai berikut: 1. Menentukan topik sesuai dengan materi yang akan disampaikan. 2. Menyiapkan materi yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. 3. Mengidentifikasi bahan-bahan materi tersebut untuk diseleksi. 4. Menulis materi yang telah dipilih secara singkat dan hanya memuat poin-poin yang penting saja. 5. Menyajikan pesan-pesan dalam berbagai format seperti teks kata-kata, gambar, animasi atau audio visual 6. Memastikan bahwa materi yang ditulis telah cukup lengkap, jelas dan mudah dipahami oleh siswa. 7. Menyajikan materi secara urut dan sistematis agar mempermudah siswa dalam memahami materi Daryanto, 2012: 70-71. Media Powerpoint adalah media yang paling tepat untuk mempresentasikan materi. Peneliti dalam pembejaran IPS ini menggunakan media Powerpoint tentang upaya mempersiapkan kemerdekaan RI. Penggunaan media Powerpoint selama kegiatan pembelajaran diharapkan materi dapat difahami oleh siswa dengan jelas. 2.1.5.2.3 Kelebihan Media Powerpoint Kelebihan dari media Powerpoint adalah sebagai berikut: 1 Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi; 2 Adanya animasi teks maupun animasi gambar atau foto; 3 Lebih merangsang siswa untuk mengetahui lebih jauh informasi tentang bahan ajar yang tersaji; 4 Pesan informasi secara visual mudah dipahami peserta didik; 5 Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang sedang disajikan, 6 Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai secara berulang-ulang; 7 Praktis, karena dapat disimpan dalam bentuk data optik atau magnetik Daryanto, 2011:158 Penggunaan media Powerpoint dapat mempermudah guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa yang berupa tulisan, gambar, maupun animasi lainya. Media Powerpoint ini lebih menarik perhatian siswa sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. 2.1.5.2.4 Fungsi media pembelajaran Dalam dunia pendidikan media memiliki fungsi yang dapat menunjang tercapainya suatu tujuan pendidikan. Fungsi media khusunya media gambar dalam dunia pendidikan adalah untuk mempermudah siswa dalam mengungkapkan ide- ide ataupun pikiran-pikiran serta daya imajinasi yang muncul akibat adanya kreativitas yang dimiliki oleh peserta didik dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Ada empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, seperti berikut: 1 Fungsi Atensi, Media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. 2 Fungsi Afektif, Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.3 Fungsi Kognitif, Media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual ataugambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 4 Fungsi Kompensatoris, Media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal, Levie Lentz dalam Arsyad 2014: 20-21 Berdasarkan uraian di atas, media memiliki fungsi yang sangat banyak, dalam pembelajaran dapan digunakan sebagai sarana guru untuk meingkatkan konsentrasi dan pemahaman siswa. Dengan penggunaan media dapat memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka, juga mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. 2.1.5.3 Pendekatan saintifik 2.1.5.3.1 Pengertian Pendekatan saintifik Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajarn yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan- tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan Hosnan, 2014:34. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses, seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa Hosnan, 2014:35 2.1.5.3.2 Karakteristik Pendekatan saintifik Karakteristik pendekatan saintifik dalam pembelajaran diantaranya yaitu: 1. Berpusat pada siswa. 2. Melibatkan ketrampilan proses sains dalam mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip. 3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khusunya keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa. 4. Dapat mengembangkan karakter siswa Hosnan, 2014:36 2.1.5.3.3 Langkah-langkah Pembelajaran saintifik Langkah-langkah Pembelajaran saintifik terdiri atas lima langkah, yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring. a. Mengamati Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran meaningfull learning. Mengamati memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. b. Menanya Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. c. Menalar Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. d. Mencoba Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPS, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPS dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. e. Jejaring Jejaring Pembelajaran disebut juga Pembelajaran Kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama Hosnan, 2014:39-81. 2.1.6 Teori Belajar yang Mendasari Model Two Stay Two Stray 2.1.6.1 Teori Belajar Kognitif Menurut teori belajar kognitif, belajar dinyatakan sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Belajar pada diri manusia ditekankan pada proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan Suprijono, 2012:22. Proses belajar harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Tahapan tersebut dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori motor, tahap pra-operasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal. a. Tahap sensori motor Pada tahap sensori motor 0-2 tahun, seorang anak belajar mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi perbuatan yang bermakna. b. Tahap pra-operasional Pada tahap pra-operasional 2-7 tahun, seorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman menggunakan indra sehingga ia belum mampu melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten. c. Tahap operasional konkret Pada tahap operasional konkret 7-11 tahun, seorang anak dapat membuat kesimpulan dari sesuatu pada situasi nyata atau dengan menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari situasi nyata secara bersama-sama misalnya, antara bentuk dan ukuran. d. Tahap operasional formal Pada tahap operasional formal 11 tahun ke atas, kegiatan kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Pada tahap ini, kemampuan menalar secara abstrak meningkat sehingga seseorang mampu untuk berpikir secara deduktif. Pada tahap ini pula, seorang mampu mempertimbangkan beberapa aspek dari situasi secara bersama-sama Trianto, 2009:23. Pada pembelajaran IPS dengan menerapkan model Two Stay Two Sray akan dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam berinteraksi dengan teman-teman dan guru kelas pada saat pembelajaran maupun saat diskusi. Sesuai dengan uraian diatas dapat diketahui bahwa anak usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret 7-11 tahun, oleh karena itu dalam pembelajaran ini menggunakan media powerpoint yang dapat menampilkan materi yang berisi gambar dan teks. 2.1.6.2 Teori Belajar Konstruktivisme Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan menstraformasikan informasi kompleks, dan mengecek informasi baru. Siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memcahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya Trianto, 2009:27. Pendekatan Konstruktivisme dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya Slavi dalam Trianto, 2009:29. Pada pembelajaran IPS dengan menerapkan model Two Stay Two Stray ini siswa harus aktif untuk menemukan dan memahami materi dengan mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya. Peran guru dalam pembelajaran sebagai fasilitator yang menyediakan media dan materi pembelajaran, memberikan bimbingan, bantuan kepada siswa ketika mengalami kesulitan belajar.

2.1.7 Penerapan Model Two Stay Two Stray dengan media Powerpoint