besar; 4 Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga Tjokrodikaryo dalam Hidayati, 2008: 1-26
Dengan demikian masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi sumber materi IPS sekaligus juga menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep, teori-
teori IPS yang diperoleh anak di dalam kelas dapat dicocokkan dan dicobakan sekaligus diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat.
Ruang lingkup IPS pada kelas V semester II adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Standar Kompetensi kelas V semester II
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPS kelas V semester 2, peneliti menentukkan ruang lingkup penelitian
pada KD 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
2.1.5 Strategi Pembelajaran
2.1.5.1 Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray 2.1.5.1.1 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin guru atau diarahkan
guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan
bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah Agus Suprijono, 2012:54.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar dalam belajar kelompok, ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan
pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas
lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang mempunyai ciri-ciri: a.
Memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermantaat seperti fakta , keterampilan, nilai, konsep, dan cara hidup serasi dengan sesama, b. pengetahuan, nilai, dan
keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai Agus Suprijono 2012:58.
Pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa. Dalam pembelajaran ini, guru diharapkan mapu membentuk kelompok-
kelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajaranya sendiri dan pembelajaran
teman-teman satu kelompoknyaPembelajaran kooperatif biasanya menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil selam beberapa mingggu atau bulan
kedepan untuk kemudian diuji secara individual pada hari ujian yang telah ditentukan Miftahul Huda, 2014:32.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengacu peda metode pembelajaran dimana
siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar yang kemudian diuji secara individual.
2.1.5.1.2 Pengertian model pembelajaran Two Stay Two Stray Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dikembangkan
oleh Spencer Kagan, dapat dikombinasikan dengan teknik kepala bernomor bisa diterapkan untuk semua pelajaran dan tingkatan umur, memungkinkan setiap
kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain Miftahul Huda,2011:140. Struktur Two Stay Two Stray yaitu memberi kelompok
untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain Lie dalam Aris Shoimin, 2014:222.
Model pembelajaran kooperatif dua tinggal dua tamu adalah dua orang siswa tinggal dikelompok dan dua orang siswa bertamu ke kelompok lain. Dua
orang yang tinggal bertugas memberikan informasi kepada tamu tentang hasil kelompoknya, sedangkan yang bertamu bertugas mencatat hasil diskusi kelompok
yang dikunjunginya Aris Shoimin, 2014:222. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Two Stay Two Stray akan mengarahkan peserta didik untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak
materi yang dijelaskan oleh teman.
2.1.5.1.3 Langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
tipe Two Stay Two Stray seperti yang diungkapkan, antara lain: 1 Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat
siswa, dua siswa berperan sebagai tamu dan dua siswa berperan sebagai tuan rumah. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen seperti
pada pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan Peer Tutoring
dan saling mendukung. 2 Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-
masing. 3 Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang. 4 Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan
kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. 5 Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu
mereka. 6 Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. 7 Kelompok mencocokkan dan
membahas hasil-hasil
kerja mereka.
8 Masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka Agus Suprijono ,2012:140.
2.1.5.1.4 Tahapan – tahapan model pembelajaran Two Stay Two Stray
Pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan
membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa. Setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi
akademik siswa. 2.
Presentasi guru Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan
menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. 3.
Kegiatan kelompok Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi
tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan
yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajari dalam kelompok kecil 4siswa, yaitu mendiskusikan masalah tersebut
bersama-sama anggota
kelompoknya. Masing-masing
kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara
mereka sendiri. Kemudian, 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2
anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota
yang tinggal, tamu mohon diri untuk kembali ke kelompok masing-masing
untuk melaporkan temuannya serta mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
4. Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelomponya
untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnyak. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal
5. Evaluasi kelompok dan penghargaan
Tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray. Aris Shoimin, 2014:223. 2.1.5.1.5 Kelebihan model pembelajaran Two Stay Two Stray
Kelebihan dari model Two Stay Two Stray antara lain: 1 mudah dipecah menjadi berpasangan; 2 lebih banyak tugas yang dilakukan; 3 guru mudah
memonitor; 4 dapat diterapkan pada semua kelastingkatan; 5 kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna; 6 lebih berorientasi pada keaktifan;
7 siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya; 8 menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa; 9 kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan;
10 membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar, Arif Shoimin, 2014:225.
Kelebihan penggunaan Two Stay Two Stray adalah dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran yang membuat cara belajar peserta
didik menjadi lebih bermakna, sehingga tidak akan terjadi pembelajaran yang
teacher center namun mengarah student center, dengan demikian teknik ini dapat meningkatkan penguasaan konsep IPS karena peserta didik bisa bertukar
pendapat serta berdiskusi dengan teman-teman saat kerja kelompok. 2.1.5.1.6 Kekurangan model pembelajaran Two Stay Two Stray
Kekurangan dari model Two Stay Two Stray antara lain: 1 membutuhkan waktu yang lama; 2 siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok; 3
bagi guru, membutuhkan banyak persiapan; 4 guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas; 5 membutuhkan sosialisasi yang lebih baik; 6 jumlah ganjil
bisa menyulitkan pembentukan kelompok; 7 siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan guru; 8 kurang kesempatan untuk
memerhatikan guru Arif Shoimin, 2014:225. Untuk mengatasi kekurangan dari model Two Stay Two Stray maka
diperlukan persiapan yang matang dari guru baik dari model dan media yang digunakan, pada saat pembagian kelompok sebaiknya dikelompokan secara
heterogen, dan harus selalu ada komunikasi yang baik antar guru dan murid maupun antar murid dengan murid.
2.1.5.2 Media Pembelajaran 2.1.5.2.1 Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Media apabila dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap Gerlach dan
Elly dalam Arsyad 2014: 3.
Media adalah komponen sumber belajar atau wahan afisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang
siswa untuk belajar. Adapun media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung
maksud-maksud pengajaran Hamdani, 2011:243. Media sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dan informasi dalam
proses belajar memiliki tingkatan yang dijadikan acuan sebagai landasan penggunaan media dalam proses belajar. Tingkatan tersebut disebut dengan
Kerucut Pengalaman Dale. Menurut Dale dalam Arsyad, 2014:14 kerucut tersebut merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman
yang dikemuka-kan oleh Bruner. Berikut merupakan kerucut pengalaman Dale. Abstrak
Konkret
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Lambang Kata
Lambang Visual
Gambar Diam, Rekaman Radio
Gambar Hidup Pameran Televisi
Karyawisata Dramatisasi
Pengalaman Langsung Benda TiruanPengamatan
Lambang Kata
Lambang Visual
Gambar Diam, Rekaman Radio
Gambar Hidup Pameran Televisi
Karyawisata Dramatisasi
Pengalaman Langsung Benda TiruanPengamatan
Kerucut pengalaman Dale menggambarkan bahwa hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung konkret, kenyataan yang ada di ling-
kungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal abstrak. Menurut Arsyad 2014:14, tingkatan-tingkatan tersebut
tidak berarti proses belajar dan interaksi belajar harus selalu dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan pengalaman yang paling sesuai
dengan ke-butuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbang-kan situasi belajarnya.
Dari beberapa uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
2.1.5.2.2 Pengertian Media Powerpoint Powerpoint merupakan media yang sangat cocok digunakan untuk
menyampaikan suatu materi kepada siswa, hal ini karena Powerpoint memang program komputer yang didesain untuk media presentasi yang dilengkapi dengan
segala fasilitas yang menarik. Powerpoint merupakan program yang dirancang khusus untuk menyampaikan presentasi, baik yang diselenggarakan oleh
perusahaan, pemerintahan, pendidikan maupun perseorangan dengan berbagai fitur menu yang mampu menjadikannya sebagai media komunikasi yang menarik.
Beberapa hal yang menjadikan media ini menarik untuk digunakan sebagai alat presentasi adalah berbagai kemampuan pengolahan teks, warna, dan gambar, serta
animasi-animasi yang bisa diolah sendiri sesuai kreativitas penggunanya Daryanto, 2012 : 141 .
Powerpoint merupakan salah satu aplikasi yang paling banyak digunakan oleh orang-orang dalam mempresentasikan bahan ajar, laporan, atau karya
Arsyad, 2014: 193. Program powerpoint di dalam komputer dikelompokkan dalam program Microsoft Office. Program ini dirancang khusus untuk
menyampaikan presentasi, baik yang diselenggarakan oleh perusahaan, pemerintahan, pendidikan, maupun perorangan. Dalam dunia pendidikan
pemanfaatan media presentasi ini dapat digunakan oleh pendidik maupun peserta didik untuk mempresentasikan materi pembelajaran ataupun tugas-tugas yang
akan diberikan. Beberapa hal yang menjadikan media ini menarik untuk digunakan sebagai alat presentasi adalah berbagai kemampuan pengolahan teks,
warna, dan gambar, serta animasi-animasi yang bisa diolah sendiri sesuai kreatifitas penggunanya. Pada prinsipnya program ini terdiri dari beberapa unsur
rupa dan pengontrolan operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud terdiri dari slide, teks, gambar dan bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan
latar belakang yang telah tersedia. Unsur rupa tersebut dapat dibuat tanpa gerak atau dibuat dengan gerakan tertentu sesuai keinginan.
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam menulis naskah presentasi antara lain adalah sebagai berikut:
1. Menentukan topik sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
2. Menyiapkan materi yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
3. Mengidentifikasi bahan-bahan materi tersebut untuk diseleksi.
4. Menulis materi yang telah dipilih secara singkat dan hanya memuat poin-poin
yang penting saja. 5.
Menyajikan pesan-pesan dalam berbagai format seperti teks kata-kata, gambar, animasi atau audio visual
6. Memastikan bahwa materi yang ditulis telah cukup lengkap, jelas dan mudah
dipahami oleh siswa. 7.
Menyajikan materi secara urut dan sistematis agar mempermudah siswa dalam memahami materi Daryanto, 2012: 70-71.
Media Powerpoint
adalah media
yang paling
tepat untuk
mempresentasikan materi. Peneliti dalam pembejaran IPS ini menggunakan media Powerpoint tentang upaya mempersiapkan kemerdekaan RI. Penggunaan media
Powerpoint selama kegiatan pembelajaran diharapkan materi dapat difahami oleh siswa dengan jelas.
2.1.5.2.3 Kelebihan Media Powerpoint
Kelebihan dari media Powerpoint adalah sebagai berikut: 1 Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi; 2 Adanya animasi teks
maupun animasi gambar atau foto; 3 Lebih merangsang siswa untuk mengetahui lebih jauh informasi tentang bahan ajar yang tersaji; 4 Pesan informasi secara
visual mudah dipahami peserta didik; 5 Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang sedang disajikan, 6 Dapat diperbanyak sesuai
kebutuhan, dan dapat dipakai secara berulang-ulang; 7 Praktis, karena dapat disimpan dalam bentuk data optik atau magnetik Daryanto, 2011:158
Penggunaan media Powerpoint dapat mempermudah guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa yang berupa tulisan, gambar,
maupun animasi lainya. Media Powerpoint ini lebih menarik perhatian siswa sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
2.1.5.2.4 Fungsi media pembelajaran Dalam dunia pendidikan media memiliki fungsi yang dapat menunjang
tercapainya suatu tujuan pendidikan. Fungsi media khusunya media gambar dalam dunia pendidikan adalah untuk mempermudah siswa dalam mengungkapkan ide-
ide ataupun pikiran-pikiran serta daya imajinasi yang muncul akibat adanya kreativitas yang dimiliki oleh peserta didik dalam bentuk lisan ataupun tulisan.
Ada empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, seperti berikut: 1 Fungsi Atensi, Media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi
pelajaran. 2 Fungsi Afektif, Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar
atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.3 Fungsi Kognitif, Media visual
terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual ataugambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 4 Fungsi Kompensatoris, Media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang
lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pengajaran berfungsi untuk
mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal, Levie Lentz
dalam Arsyad 2014: 20-21 Berdasarkan uraian di atas, media memiliki fungsi yang sangat banyak,
dalam pembelajaran dapan digunakan sebagai sarana guru untuk meingkatkan konsentrasi dan pemahaman siswa. Dengan penggunaan media dapat memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka, juga mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya
indera. 2.1.5.3 Pendekatan saintifik
2.1.5.3.1 Pengertian Pendekatan saintifik Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajarn yang dirancang sedemikian rupa
agar peserta didik secara aktif mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan- tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip
yang ditemukan Hosnan, 2014:34. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan
keterampilan proses, seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,
menjelaskan dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin
berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa Hosnan, 2014:35
2.1.5.3.2 Karakteristik Pendekatan saintifik Karakteristik pendekatan saintifik dalam pembelajaran diantaranya yaitu:
1.
Berpusat pada siswa.
2. Melibatkan ketrampilan proses sains dalam mengkontruksi konsep, hukum
atau prinsip.
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khusunya keterampilan berfikir tingkat tinggi
siswa.
4. Dapat mengembangkan karakter siswa Hosnan, 2014:36
2.1.5.3.3 Langkah-langkah Pembelajaran saintifik Langkah-langkah Pembelajaran saintifik terdiri atas lima langkah, yaitu
mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring. a.
Mengamati Mengamati
mengutamakan kebermaknaan
proses pembelajaran
meaningfull learning. Mengamati memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang,
biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
b. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan
dan mengembangkan
ranah sikap,
keterampilan, dan
pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab
pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
c. Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan
bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran
adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
d. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi
yang sesuai. Pada mata pelajaran IPS, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPS dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun
harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang
alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
e. Jejaring
Jejaring Pembelajaran
disebut juga
Pembelajaran Kolaboratif.
Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya
merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan
disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama Hosnan, 2014:39-81.
2.1.6 Teori Belajar yang Mendasari Model Two Stay Two Stray
2.1.6.1 Teori Belajar Kognitif
Menurut teori belajar kognitif, belajar dinyatakan sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal
dan memahami stimulus yang datang dari luar. Belajar pada diri manusia ditekankan pada proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan
menggunakan pengetahuan Suprijono, 2012:22. Proses belajar harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif
yang dilalui siswa. Tahapan tersebut dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori motor, tahap pra-operasional, tahap operasional konkret, dan tahap
operasional formal.
a. Tahap sensori motor
Pada tahap sensori motor 0-2 tahun, seorang anak belajar mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi perbuatan yang bermakna.
b. Tahap pra-operasional
Pada tahap pra-operasional 2-7 tahun, seorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman menggunakan
indra sehingga ia belum mampu melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten.
c. Tahap operasional konkret
Pada tahap operasional konkret 7-11 tahun, seorang anak dapat membuat kesimpulan dari sesuatu pada situasi nyata atau dengan menggunakan benda
konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari situasi nyata secara bersama-sama misalnya, antara bentuk dan ukuran.
d. Tahap operasional formal
Pada tahap operasional formal 11 tahun ke atas, kegiatan kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Pada tahap ini, kemampuan menalar
secara abstrak meningkat sehingga seseorang mampu untuk berpikir secara deduktif. Pada tahap ini pula, seorang mampu mempertimbangkan beberapa
aspek dari situasi secara bersama-sama Trianto, 2009:23. Pada pembelajaran IPS dengan menerapkan model Two Stay Two Sray
akan dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam berinteraksi dengan teman-teman dan guru kelas pada saat pembelajaran maupun saat diskusi. Sesuai
dengan uraian diatas dapat diketahui bahwa anak usia sekolah dasar berada pada
tahap operasional konkret 7-11 tahun, oleh karena itu dalam pembelajaran ini menggunakan media powerpoint yang dapat menampilkan materi yang berisi
gambar dan teks. 2.1.6.2
Teori Belajar Konstruktivisme Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran
kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan menstraformasikan informasi kompleks, dan
mengecek informasi baru. Siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memcahkan masalah,
menemukan sesuatu untuk dirinya Trianto, 2009:27. Pendekatan Konstruktivisme dalam pengajaran menerapkan pembelajaran
kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat
mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya Slavi dalam Trianto, 2009:29.
Pada pembelajaran IPS dengan menerapkan model Two Stay Two Stray ini siswa harus aktif untuk menemukan dan memahami materi dengan mendiskusikan
masalah-masalah itu dengan temannya. Peran guru dalam pembelajaran sebagai fasilitator yang menyediakan media dan materi pembelajaran, memberikan
bimbingan, bantuan kepada siswa ketika mengalami kesulitan belajar.
2.1.7 Penerapan Model Two Stay Two Stray dengan media Powerpoint