Teori- Teori Dasar Komitmen

36 2010: 296 menjelaskan bahwa komitmen pegawai itu merupakan hal yang penting bagi organisasi, terutama untuk menjaga kelangsungan dan pencapaian tujuan. Namun untuk memperoleh komitmen yang tinggi, diperlukan kondisi kondisi yang memadai untuk mencapainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi itu adalah loyalitas karyawan atau pekerja terhadap perusahaan atau organisasinya dan juga merupakan suatu proses mengekspresikan perhatian dan partisipasinya terhadap organisasi itu tersebut.

2.4.2 Teori- Teori Dasar Komitmen

Menurut Moreland dkk dalam Sutrisno 2010: 298, ada beberapa teori yang menjelaskan dasar dasar motivasional munculnya komitmen individu dalam organisasi, yaitu teori sosialisasi kelompok, teori pertukaran sosial, teori kategorisasi diri dan teori identitas. 1. Teori Sosialisasi Kelompok Menurut model ini, baik kelompok maupun individu melakukan proses evaluasi dalam hubungan bersama dan membandingkan value nya dengan hubungan yang selama ini berlangsung. Dalam evaluasi ini, Moreland menjelaskan bahwa perubahan perasaan akan berpengaruh terhadap komitmen yang dimiliki individu. Semakin tinggi perasaan positif semakin besar juga komitmen oganisasinya. Ada lima tahap yang dilalui dalam model ini, yaitu investasi, sosialisasi, maintanance, rasionalisasi dan kenangan dan ada juga empat transisi peran yang dilakukan mulai dari entry, acceptance, divergence dan exit. Universitas Sumatera Utara 37 2. Teori Pertukaran Sosial Setiap hubungan akan selalu melibatkan pertimbangan untung dan rugi bagi partisipannya. Reward dan cost akan menjadi faktor penting dalam menentukan nilai suatu hubungan. Partisipan akan termotivasi untuk meningkatkan dan memaksimalkan reward tersebut dan menurunkan cost yang diakibatkan hubungan tersebut. Orang dapat bergabung dalam beberapa hubungan secara simultan. 3. Teori Kategorisasi Diri Paling tidak ada dua cara perubahan terjadinya komitmen organisasi. Pertama, komitmen juga dapat berubah karena prototype kelompok bersifat untabel. Kedua, komitmen juga dapat berubah karena karakteristik keanggotaan kelompok juga untabel. Dengan perubah kedua prototype tersebut, maka masing masing individu akan menyesuaikan diri dengan prototype kelompok yang dimasukinya dan begitu pula sebaliknya. Tampaknya konflik muncul setelah terjadinya perubahan pada prototype ini. Sehingga pemogokan, konflik dan kasus- kasus negatif yang tidak diharapkan dalam organisasi dapat muncul. Sutrisno, 2010: 302. 4. Teori Identitas Stryker dalam Sutrisno 2010: 302 menyampaikan bahwa teori ini menawarkan perspektif lain pada komitmen dan perannya dalam kelompok sosial. Pertama, pran sosial yang merupakan representasi dari suatu harapan tertentu dari seseorang memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku. Kedua, peran sosial yang merupakan representasi dari Universitas Sumatera Utara 38 suatu harapan tertentu dari seseorang memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku. Pada saat yang sama, seseorang bisa menjalankan suatu peran. Karena itu beberapa peran bisa mengalami inkonkruensi dengan peran lainnya.

2.4.3 Indikator dan dimensi Komitmen Organisasi