Bentuk Pengawasan BSM Bintaro Terhadap Nasabah Penerima
94
bahwa telah mencairkan pembiayaan tersebut. Sehingga hal ini bisa terjadi kelalaian dari pihak bank untuk selalu mengontrol pembiayaan yang sedang
berlangsung dan memberikan peluang bagi nasabah untuk bisa melakukan manipulasi maka terjadilah kredit macet. Untuk itu, terdapat dua cara
pengawasan yang dilakukan oleh bank, yaitu: 1. Pengawasan Secara Administratif: yaitu dengan cara monitoring yang
dilaksanakan dengan menggunakan segala informasi yang tersedia, baik catatan yang tersedia maupun informasi lainya.
2. Pengawasan Secara Fisik: Merupakan monitoring dengan melakukan kunjungan langsung ke lokasi tempat usaha, lokasi jaminan, atau tempat
yang ada kaitannya dengan fasilitas kredit yang diajukan. Pengawasan ini dilakukan secara berkala atau insidental sesuai dengan kebutuhannya.
16
Bank atau Kuasanya berhak untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas pembukuan dan jalannya pengelolaan usaha yang difasilitasi
Pembiayaan oleh Bank berdasarkan Akad mudharabah, serta hal–hal lain yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengannya, termasuk dan tidak terbatas
pada pembuat photo copynya.
17
Risiko yang ada pada setiap pemberian pembiayaan dinilai tinggi. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pemberian pembiayaan ke nasabah, manajemen
16
Ade Arthesa dan Handiman, Edia. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. h. 108
17
Pasal 13 dalam syarat dan ketentuan BSM dan nasabah di BSM Bintaro: Tentang Pengawasan dan Pemeriksaan.
95
bank harus selalu menggunakan prinsip kehati-hatian prudential principle. Prinsip ini dipertegas dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan.
Prinsip kehati-hatian Bab II pasal 2 UU No.212008 yang berbunyi Perbankan Syariah dalam melakukan usahanya berasaskan prinsip syariah,
demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Penetapan risiko pembiayaan atau financing risk rating adalah kegiatan-
kegiatan perumusan, pengukuran, dan penilaian dengan menggunakan metode kuantitaif risiko atas resiko-resiko yang melekatterdapat di dalam suatu obyek
pembiayaan yang diberikan kepada calon nasabah. Penetapan tingkat resiko ini bertujuan untuk mengetahui tingkat resiko pembiayaan yang akan diberikan
kepada calon nasabah, menetapkan tingkat risiko setelah terpenuhinya persyaratan mitigasi risiko atas permohonan pembiayaan yang disetujui,
memonitoring perkembanganperubahan tingkat risiko pembiayaan setiap nasabah outstanding sebagai upaya untuk mengidentifikasi permasalahan secara
dini. Langkah-langkah penetapan risiko ini diawali dengan melakukan analisa
pembiayaan. Menurut Bisri, ada beberapa pendekatan analisa pembiayaan yang dapat diterapkan oleh pengelolaan BSM Bintaro dalam kaitannya dengan
pembiayaan yang akan dilakukan yaitu: 1. Pendekatan Jaminan, artinya bank dalam memberikan pembiayaan selalu
memperhatikan kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki oleh peminjam.
96
2. Pendekatan Karakter, dimana bank mencermati secara sungguh-sungguh terkait dengan karakter nasabah.
3. Pendekatan Kemampuan Pelunasan, dengan menganalisis kemampuan nasabah untuk melunasi jumlah pembiayaan yang telah diambil.
4. Pendekatan dengan Studi Kelayakan, hal ini dengan memperhatikan kelayakan usaha yang dijalankan oleh nasabah peminjam.
5. Pendekatan fungsi-fungsi bank dengan memperhatikan fungsinya sebagai lembaga intermediary keuangan dalam mengatur mekanisme dana yang
dikumpulkan dengan dana yang disalurkan. Pada BSM Bintaro, persetujuan pembiayaan didasarkan atas
rekomendasi yang terdaftar dalam Nota Analisa Pembiayan NAP. Jika hasil dari analisa yang diusulkan disetujui, maka NAP nya harus disertakan
dilampirkan kertas kerjaworking paper penetapan resiko pembiayaan nasabah dimaksud. Sedangkan jika akan diusulkan ditolak, maka tidak perlu membuat
penetapan tingkat risiko. Tingkat risiko ditetapkan mengikuti ketentuan dalam NAP, dimana tiap-
tiap aspeksub aspek yang dianalisa ditetapkan nilai risikonya risk scoring. Aspek-aspek tersebut yang dinilai risikonya adalah: 7 Aspek yakni Aspek
yuridis, Aspek manajemen, Aspek tekhnis dan produksi, Aspek pemasaran, Aspek keuangan, Aspek agunan, Aspek sosial dan lingkungan. Kemudian
tingkat resiko selanjutnya berdasarkan 5C yaitu: Character Karaktersifat, Capacyty kemampuan, Capita lmodal, Collateral Agunan, Condition
97
kondisikeadaan. Apabila aspek-aspek analisa di atas dilakukan oleh bank, maka bank tersebut harus siap menanggung risiko yang akan terjadi.
Berdasarkan kriteria tingkat risikonya, terbagi menjadi tiga macam: No
Tingkat Risiko Score
a Risiko Rendah Low Risk
1 b
Risiko Moderat Moderate Risk 2
c Risiko Tinggi High Risk
3 Setiap perbankan tentu berharap bahwa semua pembiayaan yang
diberikan akan menjadi pembiayaan yang lancar, sehat, dan bermanfaat buat penerimanya. Namun, adakalanya pembiayaan yang diberikan menjadi
pembiayaan yang bermasalah, dimana nasabah tidak mempu membayar kewajibannya sehingga terjadi tunggakan, banyak faktor yang mempengaruhi
terjadinya pembiayaan bermasalah, baik itu faktor eksternal maupun internal. Tetapi yang terpenting, bank dapat melakukan langkah penyelamatan
ketika nasabah sudah menunjukkan gejala bermasalah, sebelum benar-benar menjadi pembiayaan yang bermasalah macet. Bank Indonesia melalui PBI
Nomor 1018PBI2008, tentang mengatur ketentuan mengenai restrukturisasi bagi perbankan syariah.
Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan Bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara lain:
1. Penjadwalan kembali rescheduling
98
yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya.
2. Persyaratan kembali reconditioning yaitu perubahan sebagian atas seluruh persyaratan pembiayaan, antara lain:
perubahan angsuran, pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank.
3. Penataan kembali retructuring yaitu perubahan persyaratan pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling
atau reconditioning meliputi: penambahan dana fasilitas pembiayaan bank, konversi akad pembiayaan, konversi pembiayaan menjadi Surat Berharga
Syariah Berjangka waktu Menengah, konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah yaitu penyertaan
modal BUS, atau UUS antara lain berupa pembelian saham.