38
a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk satu pihak.
b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam
bentuk persentasi nisbah dari keuntungan sesuai kesepakatan. Jika terjadi perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.
c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah dan pengelola dana tidak boleh menanggung kerugian apapun
kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian atau pelanggaran kesepakatan.
5. Kegiatan usaha oleh pengelola mudharib sebagai pertimbangan bahwa modal yang disediakan oleh penyedia dana, dengan memperhatikan hal-
hal berikut: a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib tanpa campur tangan
penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan
mudharabah yaitu profit.
39
c. Penyedia dana tidak menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah dan harus
mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktivitas itu.
21
4. Jenis-Jenis Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah terbagi menjadi dua jenis berdasarkan tujuan alokasi pembiayaan kepada nasabah. adappun kedua jenis pembiayaan
mudharabah tersebut adalah: 1. Mudharabah Muthlaqah
Pengelola dana memiliki kewenangan untuk melakukan apa saja dalam pelaksanan bisnis bagi keberhasilan tujuan mudharabah itu. Namun,
apabila ternyata pengelola dana melakukan kelalaian atau kecurangan, maka pengelola dana harus bertanggung jawab atas konsekuensi-
konsekuensi yang ditimbulkannya. Sedangkan apabila terjadi kerugian atas usaha itu, yang bukan karena kelalaian dan kecurangan pengelola
dana maka kerugian itu akan ditanggung oleh pemilik dana. 2. Mudharabah Muqayyadah
Pemilik dananya memberikan batasan kepada pengelola dana mengenai lokasi, cara, dan atau objek investasisektor usaha. Contoh: tidak
mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya, tidak
21
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007, h.126
40
menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin, atau mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi
sendiri tanpa melalui pihak ketiga.
22
Berdasarkan percobaan Dr.Sami Mahmud mengenai mudharabah, beliau membatasi kriteria mudharabah menjadi 3 macam yaitu:
1. Kelompok penanam modal yaitu mereka yang menyetor harta dengan bentuk personal “ pemilik-pemilik modal” berdasarkan asas arahannya
unutuk memperkerjakan secara mudharabah. 2. Kelompok kelompok mudharib yaitu mereka yang mengambil harta
dari kalangan personal agar bekerja setiap orang dari mereka berdasarkan kesepakatan tertentu.
3. Mudharib Musytrak yaitu mereka yang profesinya sebagai penengah antara dua kelompok tadi untuk merealisasikan kesepakatan dan aturan
dalam harta dan pemberian harta dari kelompok kedua yang bekerja dengan system mudharabah yang diakad beserta setiap mereka.
23
Dari kedua jenis pembiayaan mudharabah tersebut dapat disimpulkan bahwa, yang termasuk ke dalam penerapan pembiayaan di perbankan syariah
sesuai dengan pemikiran dari Dr.Sami Hamud adalah ada beberapa orang yang terkait dengan pembiayaan ini yaitu: Ada yang menjadi deposan-DP3
Shahibul Mal, kemudian Bank yang bertindak sebagai Mudharib
22 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.108.
23
Al Mudharabatu Wa Tahthbiqataha Al ‘amaliyyah Fil Masharifi Al Islamiyyah, h.43
41
Musytarik, dan Perusahaan Mudharib. Bank bertindak sebagai Mudharib Musytarik disini adalah karena bank tidak mempunyai dana sendiri untuk
diberikan kepada perusahaan Mudharib, tetapi juga memperoleh dana dari Deposan. Jadi yang menjadi praktek di Perbankan Syariah adalah
Mudharabah Muthlaqah.
24
5. Syarat-syarat Keuntungan, Resiko dan Hal-hal yang membatalkan Mudharabah
Adapun syarat-syarat
keuntungan mudharabah
yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut: 1. Keuntungan yang jelas
Keuntungan tersebut harus jelas pembagiannyapersentasinya. Essensi dari akad tersebut adalah meraihmendapatkan keuntungan. Adapun jika
tidak diketahui persentase keuntungan maka akad tersebut tidak sah, sedangkan keuntungan dibagi sama rata sesuai dengan tujuan dari
syarikat. Apabila ada syarat yang menyebabkan persentase keuntungan tidak
diketahui maka akad mudharabah fasid rusak karena berlawanan dengan tujuan dari sebuah akad yaitu memperoleh keuntungan. Sebaliknya apabila
syarat yang dikemukakan tidak menyebabkan keuntungan tersebut tidak diketahui majhul maka akad terselenggara sah.
24
Ibid., h.44