orang dalam masyarakat batak harus menjalankan perannya sesuai dengan statusnya dalam konteks upacara adat. Pada suatu upacara dia bisa berperan Hula-
hula, sedangkan pada upacara lainnya bisa berperan sebagai Boru atau Dongan Sabutuha. Setiap orang Batak akan menduduki ketiga status itu pada saat dan
hubungan kekerabatan yang berlainan. Misalkan si A, terhadap keluarga dari pihak istrinya berstatus Boru, terhadap keluarga dari pihak suami adekkakak
perempuannya ito, ia berstatus sebagai Hula-hula. Sementara terhadap adek laki-laki atau abangnya dia berstatus sebagai Dongan Sabutuha.
3.2.3 Kontribusi Yang Diberikan Dalam Penabalan Marga
Marga memainkan peranan yang sangat penting dalam kekerabatan orang Batak Toba, karena merupakan bukti identitas diri yang dipakai dalam pergaulan
sehari-hari. Marga ini merupakan kelompok yang ekogami dan orang-orang yang semarga menganggap dirinya berkerabat, kendati telah bergenerasi mereka masih
merupakan kakak-adik marhaha-maranggi. Sehubungan dengan hal itu, laki- laki mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam meneruskan silsilah dan
keturunan keluarga, karena hanya laki-lakilah yang dapat menurunkan marga bagi keturunannya atau dengan kata lain bahwa setiap anak yang dilahirkan baik laki-
laki maupun perempuan akan selalu mencantumkan marga ayahnya dan bukan marga ibunya.
Kontribusi yang diberikan dalam penabalan marga baik dari pihak yang menerima maupun pihak yang memberikan marga masing-masing memiliki
kontribusi yang sama penting dalam proses penabalan marga. Si penerima marga berhak mendapatkan hak sebagaimana anak lainnya baik berupa harta warisan
Universitas Sumatera Utara
tanah, benda dan uang. Keturunan marga pada si penerima marga juga berhak mendapatkan marga tersebut untuk diturunkan kepada anak-anak mereka dan
terhadap warisan yang telah diberikan pada orang tuanya. Sebaliknya begitu juga halnya yang akan diperoleh dari si pemberi marga terhadap penerima marga
mereka akan ikut dalam memberikan kontribusi baik secara materi finansial maupun spritual dalam kegiatan-kegiatan pesta adat perkawinan, meninggal
maupun permasalah di dalam keluarga silaban itu sendiri harus memiliki tanggung jawab yang sama besar dengan anak laki-laki yang lainnya
3.2.4 Pelimpahan Marga
Pelimpahan marga ialah pemberian marga kepada orang lain, baik kepada orang yang sudah punya marga maupun yang belum. Disebut juga sebagai
mangain, yaitu menarik orang, mengakui orang menjadi satu marga dengan si pemberi marga secara adat. Mangain sama dengan adoptie, bila terjadi
pangangkatan seseorang menjadi anak atau boru. Misalnya, karena perkawinan antar suku yang sekarang semakin besar frekuensinya di kalangan orang Batak,
maka orang pendatang tersebut diberi marga adopsi, baik pendatang laki-laki, maupun perempuan sama saja.
Pada zaman dahulu, karena seseorang membantu suatu marga berperang melawan marga lain atau bangsa lain, maka dianugerahkan marga kepada
keturunan orang yang berjasa. Misalnya, marga Simamora Simamora Debata Raja memberikan marga tersebut kepada cicit marga Manurung untuk
dipakainya, karena orang tersebut membantu marga Simamora ketika ia sakit dan
Universitas Sumatera Utara
disembuhkan oleh marga Manurung. Jadi, karena berhutang jasa bisa terjadi pengangkatan menjadi anggota keluarga dan diberi marga.
Pemberian marga atau adposi itu selalu disertai dengan tanggung jawab dalam soal warisan. Karena si penerima marga dengan sendirinya mempunyai hak
dalam warisan. Kecuali perempuan, tetapi juga mempunyai hak yang lain, terutama kalau sudah lahir anaknya laki-laki yang pertama. Selalu ditentukan oleh
orangtua angkat apa dan dimana warisan itu. Misalnya sawah, ladang, kebun atau ternak atau benda lain.
Pemberian marga kepada mereka yang non-batak, yang tidak ada memiliki hubungannya dengan pernikahan antar-etnis adalah peyimpangan budaya. Sebab
dalam arti mangain sebenarnya hanya diberikan kepada salah satu pasangan non- batak yang menikah dengan orang Batak. Marga tidak hanya sekedar tanda yang
bisa digonta-ganti dan tak bisa dibeli dan tak boleh diberikan dengan sembarangan. Pemberian marga sekarang ini sudah menjadi bagian dari strategi
politik dan bisnis dari mereka yang memberi dan menerima. Jadi, pemberian marga itu dilakukan berdasarkan hanya karena sekedar pertemanan atau adanya
unsur politik didalam pemberian marga. Pemberian marga telah menjadi alat dagang dan alat politik sebagai jalan menuju pencapaian yang akan diperoleh.
Tidaklah mengeherankan setiap pemilihan kepada daerah sering terjadi pemberian marga kepada salah satu calon dari kepada daerah yang hendak dipilih.
Hal ini jelas merupakan pemberian marga dengan maksud-maksud politik untuk dapat mendekatkan diri mereka dengan kedekatan secara emosional. Marga
seakan-akan dapat dipertukar belikan hanya dengan memenuhi syarat-syarat yang diberikan oleh si pemberi sebagai cara dalam pemberian marga telah di
Universitas Sumatera Utara
politisasikan dengan materi. Sehingga timbul kesan dalam penabalan marga syarat-syarat yang diberikan hanya sebagai formalitas saja.
3.3 Upacara Penabalan Marga