Thesis Robert Silaban.pdf Pengaruh Strat

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN MOTIF BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATA DIKLAT KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK NEGERI 1 LUMBANJULU KABUPATEN TOBA SAMOSIR TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyatatan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Teknologi pendidikan

Oleh :

ROBERT SILABAN NIM. 081188230131

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN 2011

Tesis PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN MOTIF BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATA DIKLAT KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK NEGERI 1 LUMBANJULU KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Disusun dan Diajukan Oleh : ROBERT SILABAN

NIM. 081188230131

Telah Dipertahankan Di Depan Panitia Ujian Tesis Pada Tanggal 12 Mei 2011 dan Dinyatakan Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Teknologi pendidikan

Medan, 12 Mei 2011

Menyetujui, Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II,

Prof. Dr. Mukhtar, M. Pd Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd NIP. 19590807 198303 1 033

NIP. 19441030 197603 1 001

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Medan,

Prof. Dr. Muhammad Badiran, M. Pd Prof. Dr. Belferik Manullang NIP. 19441030 197603 1 001 NIP. 19471015 197410 1 001

ii 1

ii

Persetujuan Dewan Penguji Ujian Tesis Magister Pendidikan

No.

Nama

Tanda Tangan

Prof. Dr. Mukhtar, M. Pd

1. NIP. 19590807 198303 1 033 ....................................... (Pembimbing I)

2. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd NIP. 19441030 197603 1 001

...................................... (Pembimbing II)

3. Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd NIP. 19510801 198003 1 002

....................................... (Penguji)

4. Prof. Dr. H. Abdul Hamid K, M.Pd NIP. 19580222 198103 1 001

........................................ (Penguji)

5. Prof. Dr. Efendi Napitupulu, M.Pd NIP. 19631127 198703 1 001

...................................... (Penguji)

Mahasiswa Nama : Robert Silaban NIM : 081188230131 Tanggal Ujian : 12 Mei 2011

iii

ABSTRAK

Robert Silaban, Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motif Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Mata Diklat Kewirausahaan Siswa SMK Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir (Studi Empiris di SMK Negeri 1 Lumbanjulu). Tesis, Medan: Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hasil belajar Kewirausahaan siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD; (2) hasil belajar Kewirausahaan siswa yang memiliki motif berprestasi tinggi dengan hasil belajar siswa yang memiliki motif berprestasi rendah; (3) ada tidaknya interaksi antara strategi pembelajaran dan motif berprestasi siswa terhadap hasil belajar Kewirausahaan.

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Populasi berjumlah 106 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling berjumlah 71 orang yang terdiri dari 36 orang kelas XI TKJ2 diajarkan denganstrategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan 35 orang kelas XI RPL diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tes motif berprestasi dilakukan untuk mengelompokkan siswa yang mempunyai motif berprestasi tinggi dan motif berprestasi rendah. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2. Uji statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif untuk menyajikan data dan dilanjutkan dengan statistik inferensial dengan menggunakan ANAVA dua jalur dengan taraf signifikan α = 0,05 yang dilanjutkan dengan uji Scheffe. Sebelumnya dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) hasil belajar Kewirausahaan siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari pada hasil belajar Kewirausahaan siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD, dengan F hitung = 4.246 > F tabel = 4.06 pada taraf signifikan α = 0,05; (2) hasil belajar Kewirausahaan siswa yang memiliki motif berprestasi tinggi lebih baik dari pada hasil belajar Kewirausahaan siswa yang memiliki motif berprestasi rendah, dengan

F hitung = 102.137 > F tabel = 4.06 pada taraf signifikan α = 0,05; (3) terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan motif berprestasi dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, dengan F hitung = 4.993 > F tabel = 4.06 pada taraf signifikan α = 0,05. Hipotesis ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tepat daripada strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar Kewirausahaan siswa, dan siswa yang memiliki motif berprestasi tinggi akan memperoleh hasil yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki motif berprestasi rendah.

iv

ABSTRACT

Silaban Robert, The Effect of Learning Strategy and Achievement Motives for Student Learning Outcomes in Entrepreneurship of SMK Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir (Empirical Studies in SMK Negeri 1 Lumbanjulu). Thesis, Medan: Education Technology Studies Program, Post-Graduate Program, State University of Medan, 2011.

This research aims to determine: (1) Entrepreneurship learning outcomes of students taught with cooperative learning strategy jigsaw type compared with students who are taught with cooperative learning strategy STAD type, (2) Entrepreneurship learning outcomes of students who have a motive for high-achieving students with learning outcomes have low achievement motive, (3) the presence or absence of interaction between the learning strategies and student achievement motive on learning outcomes Entrepreneurship.

This research was conducted at SMK Negeri 1 Lumbanjulu KabupatenToba Samosir in even semester of academic year 2010/2011. The total population is 106 people. Sampling was done by cluster random sampling amounted to 71 people consisting of 36 people XI TKJ2 class taught by cooperative learning strategy jigsaw type and 35 people

XI RPL class taught by type cooperative learning strategy STAD type. Achievement motive test performed to classify students who have a motive for high-achieving and low achievement motive. The research method used was a quasi experiment with 2 x 2 factorial design. The statistical test used was the descriptive statistics to present data and proceed with inferential statistics using a two-lane ANOVA with significance level α=

0.05, followed by Scheffe test.. Previously carried out test analysis requirements of normality and homogeneity test

The results showed: (1) Entrepreneurship learning outcomes of students who were taught with cooperative learning strategy jigsaw type is better than learning outcomes of students who are taught Entrepreneurship with cooperative learning strategy STAD type, with F count = 4.246 > F table = 4.06 at significance level α = 0,05, (2) Entrepreneurship learning outcomes of students who have high achievement motive is better than the results of students studying Entrepreneurship who have low achievement motive, with F count = 102.137 > F table = 4.06 at significance level α = 0.05; (3) there is interaction between learning strategy and achievement motives in influencing student learning outcomes, with F count = 4.993 > F table = 4.06 at significance level α = 0,05. This hypothesis suggests that the type of jigsaw cooperative learning strategy is more appropriate than the type STAD cooperative learning strategies in improving student learning outcomes Entrepreneurship, and students who have a motive for high achievers will get better results than the students who have low achievement motive.

KATA PENGANTAR

Puji syukur senatiasa penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang ber judul ’’Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Motif Berprestasi Terhadap Mata Diklat Kewirausahaan Siswa SMK Negeri 1 Lumbanjulu’’.

Tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil, untuk semua itu penulis tidak dapat membalasnya, semoga menjadi suatu amal ibadah dan kiranya mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

5. Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I.

6. Bapak Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II.

7. Bapak, Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd, selaku Dosen Penguji

8. Bapak, Prof. Dr. H. Abdul Hamid K, M.Pd, selaku Dosen Penguji

9. Bapak, Prof. Dr. Efendi Napitupulu, M.Pd, selaku Dosen Penguji

vi

10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama mengikuti perkuliahan.

11. Bapak dan Ibu Staf dan Pegawai Program Pascasarjana dan Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah memberikan pelayanan administrasi.

12. Bapak Drs. Liberty Manurung, MM, Biztel, selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Toba Samosir

13. Bapak Arlen Manurung, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Lumbanjulu

14. Ibu Rosmelia Br Sinaga, M.Pd, selaku guru dan mitra dalam proses pembelajaran mata diklat Kewirausahaan SMK Negeri 1 Lumbanjulu.

15. Rekan-Rekan Mahasiswa dan yang selalu memberi motivasi terhadap penulis.

16. Keluarga tercinta, Ayahanda T. Silaban dan Ibunda T. Br. Samosir , Istriku Mestika

D. Br. Simamora, S.Pd dan Putra/i ku Dina Silaban,S.Pd, Benny Silaban, S.Si, Irma N. Br. Silaban, S.Pd dan Daniel Silaban serta saudara-saudaraku, terima kasih atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengakui bahwa Tesis ini masih perlu perbaikan dalam rangka penyempurnaan, oleh karenanya kritik, saran yang sifatnya membangun sungguh sangat diperlukan.

Akhirnya penulis berharap semoga Tesis ini bermanfaat bukan hanya kepada penulis tetapi juga kepada pembaca yang membutuhkannya, Medan, Mei 2011

Penulis,

Robert Silaban NIM. 08118821013

vii

DAFTAR ISI

Halaman Lembar Pengesahan

ii Abstrak ……………………………………………………………………….... iv Kata Pengantar ………………………………………………………………...

vi Daftar Isi

viii Daftar Tabel

xi Daftar Gambar

xiv Daftar Lampiran

xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………….

B. Identifikasi Masalah ……………………………………………………

C. Pembatasan Masalah

D. Rumusan Masalah

E. Tujuan Penelitian

F. Manfaat Penelitian

BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kerangka Teoritis

1. Hakikat Hasil Belajar Kewirausahaan

2. Hakikat Strategi Pembelajaran

3. Hakekat Strategi Pembelajaran Kooperatif

4. Hakekat Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

5. Hakekat Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

6. Hakikat Motif Berprestasi

B. Penelitian Yang Relevan

C. Kerangka Berpikir

1. Perbedaan Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa yang Diajar

dengan Strategi Pembelajaran Tipe Jigsaw Dengan Strategi Pembelajaran Tipe STAD

2. Perbedaan Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa yang Memiliki Motif Berprestasi Tinggi Dengan Siswa yang Memiliki Motif Berprestasi Rendah

3. Interaksi antara Strategi Pembelajaran dengan Motif Berprestasi

Terhadap Hasil belajar Kewirausahaan Siswa

D. Pengajuan Hipotesis

BAB III METODOLOGI PENEELITIAN 100

A. Tempat dan Waktu Penelitian 100

B. Populasi dan Sampel 100

C. Metode dan Rancangan Penelitian 100

D. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan 102

1. Prosedur Perlakuan 102

2. Hasil Tes Awal 102

3. Pelaksanaan Perlakuan 103

E. Pengontrolan Perlakuan 105

1. Validitas Internal 106

2. Validitas Eksternal 107

F. Variabel dan Definisi Operasional Variabel 108

G. Teknik dan Alat Pengumpul Data 110

1. Instrumen Penelitian 110

2. Uji Coba Instrumen 113

3. Hasil Uji Coba Instrumen 114

4. Skala Angket Motif Berprestasi 116

H. Teknik Analisa Data 117

I. Hipotesis Statistik 117

BAB IV HASIL PENELITIAN 119

A. Data Motif Berprestasi dan Hasil Belajar 119

B. Deskripsi Data Penelitian 120

1. Hasil belajar Kewirausahaan Untuk Perlakuan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

2. Hasil belajar Kewirausahaan Untuk Perlakuan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

3. Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Yang Memiliki Motif Berprestasi Tinggi

4. Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Yang Memiliki Motif Berprestasi Rendah

5. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Untuk Perlakuan

Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Yang Memiliki Motif Berprestasi Tinggi

6. Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Untuk Perlakuan

Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Yang Memiliki Motif Berprestasi Rendah

7. Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Untuk Perlakuan

Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Yang Memiliki

Motif Berprestasi Tinggi 127

8. Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Untuk Perlakuan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Yang Memiliki Motif Berprestasi Rendah

C. Pengujian Persyaratan Analisis 130

1. Uji Normalitas 130

2. Uji Homogenitas Varians 134

D. Pengujian Hipotesis 137

1. Perbedaan Hasil belajar Kewirausahaan Antara Siswa Yang Memperoleh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

dan Kooperatif Tipe STAD 138

2. Perbedaan Hasil belajar Kewirausahaan Antara Siswa 138

ix

Yang Memiliki Motif berprestasi Tinggi Dan Rendah

3. Interaksi Antara Strategi Pembelajaran dan Motif Berprestasi

Siswa Dalam Mempengaruhi Hasil belajar Kewirausahaan

139

E. Pembahasan dan Diskusi Hasil Penelitian 143

1. Hasil belajar Kewirausahaan siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

143

2. Siswa yang memiliki motif berprestasi tinggi memperoleh Hasil belajar Kewirausahaan yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki motif berprestasi rendah

147

3. Terdapat Interaksi Antara Strategi Pembelajaran Dan Motif

Berprestasi Dalam Mempengaruhi Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa

151

F. Keterbatasan Penelitian 158

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 159

A. Simpulan 159

B. Implikasi 161

C. Saran 165

DAFTAR PUSTAKA 167 LAMPIRAN

172

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Kewirausahaan Siswa SMK Negeri 1 Lumbanjulu

Tabel 2.1 Komponen Strategi Pembelajaran

Tabel 2.2 Langkah-langkah Tipe Pembelajaran Kooperatif

Table 2.3 Metode Tipe Pembelajaran Kooperatif

Tabel 2.4 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Tabel 2.5 Perhitungan Skor Perkembangan

Tabel 2.6

Perolehan Skor dan Penghargaan Tim Tipe STAD

Tabel 2.7 Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Tabel 2.8 Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Tabel 2.9 Indikator Motif Berprestasi

Tabel 2.10 Perbedaan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD,

Dan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Tabel 2.11 Perbedaan Motif Berprestasi Tinggi dengan Moti Berprestasi Rendah

Tabel 3.1 Rancangan Ekesperimen Desain Faktorial 2 x 2 101

Tabel 3.2 Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians sampel Tes Awal dengan Uji Bartlet

Tabel 3.3 Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 104

Tabel 3.4 Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 105

Tabel 3.5 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Kewirausahaan 111

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Tes Motif Berprestasi 112

Tabel 4.1 Data Motif Berprestasi dan Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa yang Dibelajarkan dengan Strategi Pembelajaran

xi

Kooperatif Tipe Jigsaw dan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Tabel 4. 2 Data Motif Berprestasi dan Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa yang Dibelajarkan dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Yang Menjadi Data Olahan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil belajar Kewirausahaan Untuk Perlakuan Pembelajaran Dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kewirausahaan Untuk Perlakuan Pembelajaran Dengan Strategi Pembelajaran Koperatif Tipe STAD

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil belajar Kewirausahaan Untuk Siswa Yang Memiliki Motif Berprestasi Tinggi

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kelompok Hasil belajar Kewirausahaan Yang Memiliki Motif Berprestasi Rendah

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Untuk Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Yang Memiliki Motif Berprestasi Rendah

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Untuk Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Yang Memiliki Motif Berprestasi Rendah

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD untuk Siswa Yang Memiliki Motif Berprestasi Tinggi

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Siswa Yang Memiliki Motif Berprestasi Rendah

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Normalitas Data Untuk Strategi Pembelajaran

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Normalitas Data Untuk Motif Berprestasi 131

Tabel 4.13 Hasil Pengujian Normalitas Data Untuk Kelompok 132

Interaksi Strategi Pembelajaran Dan Motif Berprestasi

Tabel 4.14 Rekapitulasi Hasil Pengujian Normalitas 134

Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Data Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Serta Motif Berprestasi Tinggi dan Motif Berprestasi Rendah

Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians sampel dengan Uji Bartlet

Tabel 4.17 Hasil Statistik Deskriptif 137

Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Anava Secara Keseluruhan Data Hasil Belajar Kewirausahaan

Tabel 4.19 Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Scheffe 140

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Tipe Proses Kewirausahaan

Gambar 2.2 Pembentukan Kelompok Jigsaw II

Gambar 4. 1 Histogram Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Yang DiajarkanDengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Gambar 4.2 Histogram Hasil belajar Kewirausahaan Untuk Perlakuan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Kelompok Siswa Yang Memiliki Motif Berprestasi Tinggi

Gambar 4.4 Histogram Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Yang Memiliki Motif Berprestasi Rendah

Gambar 4.5 Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Kelompok Motif BerprestasiTinggi Untuk Perlakuan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Gambar 4.6 Histogram Hasil belajar Kewirausahaan Kelompok Motif Berprestasi

Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Gambar 4.7 Histogram Hasil belajar Kewirausahaan Kelompok Motif Berprestasi Tinggi Untuk Perlakuan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Gambar 4.8 Histogram Hasil belajar Kewirausahaan Kelompok Motif Berprestasi

Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Gambar 4.9 Model Interaksi Antara Strategi Pembelajaran dan Motif Berprestasi Terhadap Hasil belajar Kewirausahaan Siswa

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Tes Awal 172

Lampiran 2 Kunci Jawaban Tes Awal 178

Lampiran 3 Uji Bartlet Tes Awal 179

Lampiran 4 Silabus SMK Negeri 1 Lumbanjulu 181

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP) Jigsaw 185

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) STAD 203

Lampiran 7 Instrumen Tes Hasil Belajar 220

Lampiran 8 Jawaban Tes Hasil Belajar 226

Lampiran 9 Lembaran Jawaban Tes Hasil Belajar 227

Lampiran 10 Data Hasil Uji Coba Tes 228

Lampiran 11 Validitas Butir Tes Hasil Belajar Kewirausahaan 232

Lampiran 12 Perhitungan Reliabilitas Tes 234

Lampiran 13 Perhitungan Tingkat Kesukaran Item Soal 240

Lampiran 14 Perhitungan Daya Pembeda Item Soal 238

Lampiran 15 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes 242

Lampiran 16 Angket Motif Berprestasi 246

Lampiran 17 Validitas Instrumen Motif Berprestasi 248

Lampiran 18 Perhitungan Reliabilitas Angket Motif Berprestasi 252

Lampiran 19 Motif Berprestasi Siswa TKJ2 dan RPL 254

Lampiran 20 Skala Angket Motif Berprestasi TKJ 2 dan RPL

Lampiran 21 Pembagian Anggota Kelompok STAD dan Kelompok Jigsaw

xv

Lampiran 22 Distribusi Frekuensi Data Penelitian 263

Lampiran 23 Perhitungan Dasar Statistik 265

Lampiran 24 Perhitungan Uji Normalitas 274

Lampiran 25 Perhitungan Uji Homogenitas 281

Lampiran 26 Pengujian Hipotesis penelitian 285

Lampiran 27 Tabel Harga Kritik Korelasi Product Moment 292

Lampiran 28 Tabel Nilai Kritis L untuk Uji Liliefors 293

Lampiran 29 Daftar F Luas Dibawah Lengkungan Normal Stándar 294

Lampiran 30 Soal Sebelum Uji Coba 295

Lampiran 31 Riwayat Hidup 301

Lampiran 32 Surat Keteranngan 302

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara pendidikan merupakan unsur utama dan yang terpenting. Negara akan maju dan berkembang apabila diikuti dengan peningkatan mutu pendidikan menuju arah yang lebih baik. Kemajuan pendidikan juga akan memberikan dampak positif dalam upaya peningkatan sumber daya manusia, sehingga peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi yang menuntut kesiapan setiap kelompok atau individu bersaing secara bebas, hanya yang berkualitas yang mampu bersaing ataupun berkompetisi. Menurut (Hakim,2000) peningkatan kualitas sumber daya manusia menyangkut kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan lainnya.

Saat ini dunia pendidikan sedang memasuki era yang ditandai dengan gencarnya inovasi teknologi, pemakaian dan pemanfaatan teknologi di dunia kerja semakin berkembang sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan tuntutan dunia kerja.

Miarso (2007:485) mengatakan bahwa “sumber daya manusia merupakan modal dasar pembangunan terpenting ”. Lebih lanjut dijelaskan pendidikan untuk pembangunan kualitas manusia meliputi segala aspek perkembangan manusia dalam harkatnya sebagai makhluk yang berakal budi, sebagai pribadi, sebagai masyarakat dan sebagai warga negara. Pendidikan harus mencerminkan proses Miarso (2007:485) mengatakan bahwa “sumber daya manusia merupakan modal dasar pembangunan terpenting ”. Lebih lanjut dijelaskan pendidikan untuk pembangunan kualitas manusia meliputi segala aspek perkembangan manusia dalam harkatnya sebagai makhluk yang berakal budi, sebagai pribadi, sebagai masyarakat dan sebagai warga negara. Pendidikan harus mencerminkan proses

Keberhasilan pembangunan nasional di segala bidang sangat bergantung pada sumber daya manusia sebagai aset bangsa dalam mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh potensi yang dimiliki. Upaya tersebut dapat dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Salah satu lembaga pada jalur pendidikan formal yang menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja, di antaranya melalui jalur pendidikan kejuruan.

Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia di antaranya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidang kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan diharapkan menjadi individu yang produktif yang mampu berwirausaha dan dapat menjadi tenaga kerja menengah serta memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan di dunia kerja. Kehadiran SMK sekarang ini semakin didambakan masyarakat, khususnya masyarakat yang berkecimpung langsung dalam dunia kerja. Dengan catatan, bahwa lulusan pendidikan kejuruan memang mempunyai kualifikasi sebagai calon Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia di antaranya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidang kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan diharapkan menjadi individu yang produktif yang mampu berwirausaha dan dapat menjadi tenaga kerja menengah serta memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan di dunia kerja. Kehadiran SMK sekarang ini semakin didambakan masyarakat, khususnya masyarakat yang berkecimpung langsung dalam dunia kerja. Dengan catatan, bahwa lulusan pendidikan kejuruan memang mempunyai kualifikasi sebagai calon

Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 penjelasan pasal 15 menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Selanjutnya Schippers & Djadjang (1993:19) berpendapat bahwa “tujuan pendidikan kejuruan adalah membekali siswa agar memiliki kompetensi perilaku dalam bidang kejuruan tertentu sehingga yang bersangkutan mampu bekerja demi masa depan dan untuk kesejahteraan bangsa, untuk itu siswa harus dibekali pengetahuan dan keterampilan yang praktis sebagai bekal yang berguna dalam rangka memasuki dunia kerja baik di perusahaan maupun sebagai wirausaha”.

Selanjutnya Nolker & Schoenfeldt (1983:132) berpendapat bahwa “tujuan pendidikan kejuruan adalah untuk melindungi kalangan pekerja dari resiko

kekurangan pekerjaan atau pengangguran”. Hal ini berarti bahwa dalam pendidikan kejuruan peserta didik akan dibekali dengan berbagai ilmu dan

keterampilan untuk diaplikasikan dalam membuka lapangan pekerjaan atau berwirausaha. Selanjutnya Ihsan (2003) mengemukakan bahwa sekolah kejuruan merupakan salah satu jalur pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu. Lebih lanjut dikatakan bahwa fungsi pendidikan menengah kejuruan adalah mempersiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan pendidikan kejuruan yang diikutinya, atau untuk mengikuti pendidikan keprofesian pada tingkat pendidikan tinggi. Pendapat ini mengandung pengertian bahwa siswa SMK selain dipersiapkan untuk menjadi keterampilan untuk diaplikasikan dalam membuka lapangan pekerjaan atau berwirausaha. Selanjutnya Ihsan (2003) mengemukakan bahwa sekolah kejuruan merupakan salah satu jalur pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu. Lebih lanjut dikatakan bahwa fungsi pendidikan menengah kejuruan adalah mempersiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan pendidikan kejuruan yang diikutinya, atau untuk mengikuti pendidikan keprofesian pada tingkat pendidikan tinggi. Pendapat ini mengandung pengertian bahwa siswa SMK selain dipersiapkan untuk menjadi

Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan menerapkan ukuran ganda, yaitu kualitas menurut ukuran sekolah atau in-school success standards dan kualitas menurut ukuran masyarakat atau out-of school success standards . Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan peserta didik dalam memenuhi tuntutan kurikuler yang telah diorientasikan pada tuntutan dunia kerja, sedangkan kriteria kedua, meliputi keberhasilan peserta didik yang tertampilkan pada kemampuan unjuk kerja sesuai dengan standar hasil belajar nasional ataupun internasional setelah mereka berada di lapangan kerja yang sebenarnya.

Upaya untuk mencapai kualitas pendidikan kejuruan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja tersebut, perlu didasari dengan kurikulum yang dirancang dan dikembangkan dengan prinsip kesesuaian dengan kebutuhan stakeholders . Kurikulum pendidikan kejuruan secara spesifik memiliki karakter yang mengarah kepada pembentukan kecakapan peserta didik berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan tertentu. Kecakapan tersebut telah diakomodasi dalam kurikulum SMK yang meliputi kelompok mata diklat normatif, adaptif dan produktif.

Perhatian pemerintah dan masyarakat cukup serius untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama pendidikan kejuruan agar kesenjangan antara kebutuhan dan penyediaan (supply and demand) semakin dekat terutama kualitas tenaga kerja. Hal itu didukung dengan adanya kebijakan pemerintah tentang keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha atau dunia industri (DU/DI). Lebih lanjut untuk pengembangan Perhatian pemerintah dan masyarakat cukup serius untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama pendidikan kejuruan agar kesenjangan antara kebutuhan dan penyediaan (supply and demand) semakin dekat terutama kualitas tenaga kerja. Hal itu didukung dengan adanya kebijakan pemerintah tentang keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha atau dunia industri (DU/DI). Lebih lanjut untuk pengembangan

Pendidikan di Indonesia dihadapkan pada permasalahan dan sorotan dari berbagai pihak baik oleh masyarakat, pemerintah, dunia usaha, lulusan dan termasuk tenaga pengajar. Hal ini disebabkan karena mutu pendidikan relatif masih rendah dan tidak sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Indikator rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari rendahnya kualitas lulusan dihampir semua jenjang pendidikan baik formal maupun non formal. Indikator lain menunjukkan bahwa mutu pendidikan kejuruan masih belum baik dan signifikan. Laporan www.beritajatim.com, menyatakan bahwa pengangguran terbuka didominasi lulusan SMK sebesar 17,26% dari jumlah pengangguran, disusul SMA 14,31%, Universitas 12,59%, Diploma 11,21%, SMP 9,39%, SD 4,57%. (www.beritajatim.com, diakses 27 Juli 2009). Hal ini tentu saja menimbulkan ketidakpuasan masyarakat akan pendidikan di negeri ini yang mana banyak peserta didik yang tidak mampu mencari dan membuka lapangan pekerjaan ataupun melanjutkan pendidikan.

Uno (2008:99) berpendapat bahwa “salah satu masalah kehidupan yang akan dihadapi para lulusan peserta didik adalah perubahan masa yang akan datang yang belum pasti bentuk dan arahnya. Namun yang pasti adalah adanya tantangan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia yang salah satunya berwujud teknologi ”. SMK diharapkan mampu menjawab permasalahan ini dengan Uno (2008:99) berpendapat bahwa “salah satu masalah kehidupan yang akan dihadapi para lulusan peserta didik adalah perubahan masa yang akan datang yang belum pasti bentuk dan arahnya. Namun yang pasti adalah adanya tantangan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia yang salah satunya berwujud teknologi ”. SMK diharapkan mampu menjawab permasalahan ini dengan

McClelland seperti yang dikutip Suherman (2008) menyebutkan bahwa suatu negara akan mencapai tingkat kemakmuran apabila jumlah etrepreneurship nya paling sedikit 2 % dari total jumlah penduduknya. Dalam hal ini setiap wirausaha tentunya merupakan seseorang yang kreatif dan inovatif.

Sumarno (2007) berpendapat bahwa pendidikan di SMK cenderung pada pengajaran mata pelajaran dan tidak terfokus pada pencapaian kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja. Lebih lanjut dikatakan bahwa kondisi ini akan menyebabkan lulusan SMK sulit mendapat pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya. Siswa SMK banyak yang menjadi pengangguran di pedesaan, karena sulitnya mendapatkan pekerjaan. Sementara itu mereka merasa malu jika harus membantu orang tuanya sebagai petani dan pedagang.

Permasalahan pendidikan kejuruan memang tidak sederhana, jika dilihat dari implementasi link and match antara sekolah dengan DU/DI. Link and match ternyata belum maksimal terlaksana, salah satu penyebabnya sarana dan prasarana serta daya tampung industri yang terbatas. Tidak teridentifikasinya kebutuhan dunia kerja oleh SMK akan semakin berpengaruh terhadap daya serap lulusan SMK di dunia kerja, karena dunia kerja akan mempekerjakan seseorang yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja itu sendiri. Dengan demikian SMK diharapkan dapat mengidentifikasi kebutuhan dunia kerja sehingga terjadi link and match yang diharapkan antara dunia pendidikan atau SMK dengan dunia kerja.

Siswa SMK akan dapat memilih beberapa alternatif setelah lulus dan tamat di sekolah kejuruan seperti melanjutkan pendidikan, mencari pekerjaan atau membuka usaha (berwirausaha) sesuai dengan disiplin ilmu dan keterampilan yang dimilikinya. Harapan ini akan terwujud bila selama proses pembelajaran di sekolah, guru menggunakan cara-cara yang efektif dan efisien dalam menyampaikan materi pembelajaran secara tepat yang dituangkan dalam bentuk strategi pembelajaran. Sesulit apapun materi, pada dasarnya siswa akan dapat mengerti dan memahami secara bertahap jika disampaikan dengan strategi pembelajaran yang tepat. Selain faktor di atas, faktor dari dalam diri siswa akan turut mempengaruhi peningkatan kualitas hasil belajarnya. Salah satunya adalah motif berprestasi yang merupakan dorongan atau penggerak yang adalah dalam diri sesorang untuk berbuat lebih baik dalam mencapai suatu prestasi tertentu.

Selain bekerja di DU/DI, lulusan SMK juga diharapkan mampu membuka usaha sendiri secara mandiri sesuai dengan disiplin ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu dan pengetahuan tentang kejuruan yang dimiliki selama di bangku sekolah, akan sangat bermanfaat dalam merencanakan, membuka, mengelola dan mengembangkan usaha. Usaha yang dimaksud adalah usaha sederhana yang dapat mendatangkan keuntungan dan meningkatkan pengetahuan terutama dalam hal keterampilan (skill) bagi siswa itu sendiri. Namun pada kenyataannya keadaan yang terjadi kompetensi tersebut masih jauh dari yang diharapkan, sebagian besar siswa SMK tidak mampu berkompetitif dalam mencari lapangan pekerjaan atau membuka usaha sendiri setelah lulus.

Penyebab sulitnya lulusan SMK dalam mencari dan membuka lapangan pekerjaan salah satunya adalah selain rendahnya keterampilan (skill) juga dibarengi dengan pengetahuan, aplikasi kemampuan serta dorongan untuk berwirausaha yang relatif masih terbatas. Siswa SMK mengalami kesulitan dalam hal membuka usaha karena masih rendahnya pengalaman dan kurang inovatifnya dalam membuat inovasi-inovasi yang baru. Kemampuan dalam segi ekonomi juga menjadi faktor penyebab sulitnya alumni SMK membuka usaha secara mandiri.

Kurikulum yang diimplementasikan di SMK saat ini adalah Tipe pengelolaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Pada tataran implementasi, kurikulum ini menuntut kemampuan guru dalam memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, karena betapapun baiknya kurikulum yang telah direncanakan pada akhirnya berhasil atau tidaknya sangat tergantung pada sentuhan aktivitas dan kemampuan guru dalam merencanakan dan membuat strategi pengajaran sebagai ujung tombak implementasi suatu kurikulum.

Kewirausahaan merupakan mata diklat dalam kurikulum KTSP yang secara khusus membahas masalah wirausaha yaitu mata diklat kewirausahaan. Mata diklat kewirausahaan diajarkan kepada seluruh siswa SMK dalam berbagai bidang keahlian. Kewirausahaan merupakan mata diklat yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan kompetensi dasar kejuruan dan kompetensi kejuruan untuk setiap bidang keahlian. Dengan mempelajari dan mengaplikasikannya dalam setiap bidang keahlian masing-masing, akan semakin memperjelas hubungan antara kewirausahaan dengan kompetensi kejuruan.

Mata diklat kewirausahaan secara umum membahas mengenai cara mengidentifikasi sikap dan perilaku wirausaha, penerapan sikap dan perilaku kerja yang selalu ingin maju, merumuskan solusi masalah, mengembangkan semangat wirausaha, membangun komitmen bagi diri sendiri dan orang lain, mengambil resiko dalam usaha, membuat keputusan, menunjukkan sikap pantang menyerah dan ulet, mengelola konflik, membangun visi dan misi usaha, menganalisis peluang usaha, menganalisis aspek-aspek perencanaan usaha, menyusun proposal usaha, mempersiapkan pendirian usaha, menghitung resiko menjalankan usaha, menjalankan usaha kecil dan mengevaluasi hasil usaha (Silabus KTSP SMK, 2006). Setiap siswa dapat mengembangkan ilmu dan keterampilan berwirausahanya baik secara individu maupun secara berkelompok dengan membuka usaha atau unit produksi pada masing-masing bidang keahlian. Sebagai tujuannya dapat menambah pengalaman serta wawasan tentang aplikasi pengetahuan serta menggali ide-ide kreatif dan inovatif untuk merencanakan dan membuat produk-produk baru.

Tuntutan terhadap siswa SMK tidak hanya membutuhkan kemampuan untuk menguasai kompetensi-kompetensi kejuruan yang ditandai dengan nilai yang melewati standard. Tetapi akan dibuktikan juga dengan kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki. Salah satu aplikasi yang dapat dilihat dengan membuka dan mengembangkan usaha sesuai dengan ilmu dan keterampilan yang dimiliki baik dalam skala kecil maupun skala besar. Untuk merealisasikan hal demikian harus dibarengi dengan dorongan atau keinginan dari Tuntutan terhadap siswa SMK tidak hanya membutuhkan kemampuan untuk menguasai kompetensi-kompetensi kejuruan yang ditandai dengan nilai yang melewati standard. Tetapi akan dibuktikan juga dengan kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki. Salah satu aplikasi yang dapat dilihat dengan membuka dan mengembangkan usaha sesuai dengan ilmu dan keterampilan yang dimiliki baik dalam skala kecil maupun skala besar. Untuk merealisasikan hal demikian harus dibarengi dengan dorongan atau keinginan dari

Kompetensi tersebut masih belum dimiliki sepenuhnya oleh siswa SMK karena selama ini bentuk dan strategi pembelajaran yang diberikan oleh guru hanya sebatas pada penyampaian materi secara bertutur dengan lisan, sehingga siswa kurang memahami lebih mendalam setiap materi pembelajaran dan belum mampu menciptakan kerjasama dalam membuka usaha sesuai dengan keahliannya. Selain itu siswa pada saat menerima materi pelajaran terutama pelajaran kejuruan selalu dituntut mengikuti segala prosedur dan langkah-langkah yang telah ditetapkan didalam mengerjakan dan menyelesaikan sesuatu sehingga siswa terbiasa mengikuti petunjuk yang ada dan tidak membutuhkan proses berpikir.

Permasalahan ini dapat diminimalkan apabila guru sewaktu mengajar menggunakan strategi pengorganisasian pembelajaran yang tepat dan dapat membantu siswa dalam meningkatkan mutu dan keterampilannya. Menurut Purwanto (2007) dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang sangat penting. Selanjutnya Sanjaya (2008) juga berpendapat bahwa guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Artinya faktor guru juga berpengaruh dalam hal peningkatan hal belajar siswa. Peranan guru kewirausahaan SMK diharapkan mampu mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri siswa. Sebab dari materi kewirausahaan diharapkan siswa SMK setelah lulus tidak hanya mencari pekerjaan tetapi menjadi wirausahawan.

Pembelajaran mata diklat kewirausahaan selama ini masih sangat jauh dari yang diharapkan. Pengorganisasian materi selalu menggunakan kebiasaan- kebiasaan yang lama (secara ekspositori) yaitu dengan menyampaikan materi pelajaran secara bertutur baik lisan (ceramah) ataupun diskusi tanpa menguraikan lebih mendalam materi yang dipelajari. Guru mengajar cenderung texk-book oriented dan belum menekankan pada proses berpikir siswa secara mandiri. Diskusi yang dibahas kadang tidak sesuai dengan konteks dan isu-isu yang sedang berkembang dalam masyarakat terutama yang berhubungan dengan kewirausahaan.

Sebagai akibatnya munculnya kebosanan dan kejenuhan dari siswa untuk belajar lebih baik. Hal tersebut terjadi karena selama ini materi yang dipelajarinya tidak menyentuh kebutuhan mereka atau dengan kata lain materi yang dipelajari tidak relevan dengan pengalaman mereka sehari-hari sehingga dianggap kurang menantang. Kondisi seperti ini akan membuat siswa semakin kurang memahami dan mengerti akan hakikat kewirausahaan itu sendiri. Dengan demikian maka akan berpengaruh juga pada hasil belajarnya yang semakin lama semakin menurun.

Berdasarkan hal tersebut guru dituntut mengadakan variasi dalam pembelajaran dengan berbagai pendekatan, salah satunya adalah dengan penerapan strategi pengorganisasian pembelajaran. Secara umum proses pelaksanaan pembelajaran di sekolah kejuruan atau SMK, terbagi dalam tiga kelompok mata pelajaran/mata diklat yaitu kelompok adaptif, normatif dan kelompok produktif.

SMK Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir adalah salah satu sekolah kejuruan rumpun teknologi dan industri yang mengelola beberapa bidang keahlian serta terbagi dalam beberapa program keahlian antaralain bidang keahlian Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) dan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).

SMK Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir terus mengembangkan kualitasnya dengan menambah jumlah guru adaptif, normatif dan produktif serta sarana dan prasarana praktek pada masing-masing program keahlian. Selain itu juga kualitas guru dengan cara mengirimkan tenaga pengajar ke berbagai pelatihan guru yang ada baik di tingkat daerah maupun nasional. Walaupun demikian, masih terdapat kendala disana-sini dalam hal peningkatan kualitas hasil belajar siswa. Salah satunya adalah penerapan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih relatif sederhana dan tidak membangkitkan aktivitas siswa untuk berbuat lebih banyak sehingga kemampuan mereka dapat tersalurkan. Padahal di SMK sangat dituntut kemampuan berinovasi terutama dalam mengembangkan dan menciptakan bentuk-bentuk produk baru dalam melaksanakan suatu pekerjaan baik selama masih sekolah maupun setelah lulus dan tamat di sekolah kejuruan .

Hasil survey awal dan data yang didapatkan di SMK Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir, ditemukan bahwa guru mata diklat kewirausahaan pada saat melaksanakan pengajaran hanya sekedar pengenalan dan pemahaman konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak berpartisipasi dalam proses pembelajaran, metode mengajar sebagian besar Hasil survey awal dan data yang didapatkan di SMK Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir, ditemukan bahwa guru mata diklat kewirausahaan pada saat melaksanakan pengajaran hanya sekedar pengenalan dan pemahaman konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak berpartisipasi dalam proses pembelajaran, metode mengajar sebagian besar

Tabel 1.1. Rata-rata Nilai Kewirausahaan Siswa SMK Negeri 1 Lumbanjulu

Rata-rata Nilai

No Kelas TP. 2009/2010 TP. 2008/2009

Sumber: Dokumen Kumpulan Nilai (DKN) SMK Negeri 1 Lumbanjulu (2010)

Data Tabel 1.1 menunjukkan rata-rata hasil belajar kewirausahaan siswa berada dalam kategori cukup kompeten dan tidak mencapai target kelulusan hasil belajar yang sangat kompeten. Kondisi seperti ini sangat berpengaruh besar terhadap proses pembelajaran selanjutnya, dimana siswa kurang mampu menerapkan dan mengaplikasikan ilmu yang diterima baik pada saat melaksanakan Praktek Industri (PI) maupun pada saat memasuki DU/DI atau membuka lapangan pekerjaan setelah lulus dan tamat di sekolah kejuruan.

Mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu strategi pengorganisasian pembelajaran yang baru dan hendaknya dipilih sesuai dengan metode, media dan sumber belajar lainnya yang dianggap relevan dalam menyampaikan materi, dalam membimbing siswa agar terlibat secara optimal, sehingga siswa dapat Mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu strategi pengorganisasian pembelajaran yang baru dan hendaknya dipilih sesuai dengan metode, media dan sumber belajar lainnya yang dianggap relevan dalam menyampaikan materi, dalam membimbing siswa agar terlibat secara optimal, sehingga siswa dapat

Panjaitan (2006) menyatakan salah satu implikasi penting dalam mengkaji keberhasilan siswa dalam belajar adalah perlunya diketahui faktor-faktor apa yang dapat memberikan kontribusi terhadap hasil belajar, yaitu salah satu kondisi belajar yang paling bermakna untuk mempengaruhi keefektifan pengajaran adalah karakteristik pebelajar. Pengajaran akan semakin efektif bila strategi pengajaran atau proses belajar (PBM) yang digunakan semakin sesuai dengan karakteristik pebelajar yang diajar.

Salah satu karakteristik siswa yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar kewirausahaan adalah motif berprestasi. Menurut McClelland (1949) bahwa motif berprestasi adalah salah satu faktor pokok dalam perilaku wirausaha. Lebih lanjut dikemukakan bahwa motif berprestasi adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya. Untuk itu dalam mempelajari mata diklat kewirausahaan, motif berprestasi sangat berperan sekali terutama dalam mempelajari dan mengaplikasikan setiap kompetensi dasar yang ada.

Peserta didik yang mempunyai motif berprestasi akan cenderung belajar dengan lebih baik, lebih cepat dari sebelumnya karena adanya dorongan dalam dalam untuk berbuat lebih baik. Purwanto (2007) menambahkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang timbul dari dalam diri peserta didik, maka faktor motif memegang peranan pula.

. Dengan demikian strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan keadaan siswa seperti ini adalah strategi pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Devision (STAD) dan strategi pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw . Strategi Pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran yang siswanya dikelompokkan menjadi kelompok kecil beranggotakan 4 sampai 5 orang, bekerja secara kolaboratif dengan kelompok heterogen (Slavin,1995), karena tipe pembelajaran ini merupakan tipe pembelajaran kreatif, inovativ dan efektif, sehingga dapat memotif belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dari beberapa fenomena di atas, maka dalam penelitian ini upaya untuk meningkatkan hasil belajar kewirausahaan siswa perlu diterapkan strategi pengorganisasian pembelajaran yang mampu menyampaikan materi kepada siswa secara lebih mendalam. Strategi pembelajaran yang dapat dilakukan adalah strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD, strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan memperhatikan motif berprestasi siswa sebagai faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajarnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan bahwa masalah-masalah yang esensial dalam dunia pendidikan khususnya sekolah kejuruan adalah rendahnya hasil belajar. Rendahnya hasil belajar tersebut dapat dilihat dari nilai hasil belajar dan kualitas lulusan serta kinerja yang ditampilkan setelah memasuki dunia usaha/dunia industri. Dari fenomena tersebut akan muncul berbagai pertanyaan menyangkut rendahnya hasil belajar kewirausahaan antara lain: Faktor-faktor apa yang mempengaruhi hasil belajar kewirausahaan?