Penghasilan Nelayan Tidak Memenuhi Standar Kebutuhan Hidup Layak KHL.

Cory Pasaribu : Analisis Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan Melalui Tpi Terhadap Pad Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, 2009. USU Repository © 2009

4.5. Penghasilan Nelayan Tidak Memenuhi Standar Kebutuhan Hidup Layak KHL.

Kebijakan upah minimum adalah salah satu strategi pemerintah menanggulangi kemiskinan, dengan menghitung kebutuhan dasar, seperti: pangan, sandang, dan perumahan, sekaligus sebagai jaring pengaman sosial dengan menghitung kebutuhan pendidikan dasar dan jasa transportasi. Menurut UU No. 132003, upah minimum diarahkan pada pencapaian kebutuhan hidup layak dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Kebutuhan hidup layak KHL adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerjaburuh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik, nonfisik maupun sosial, untuk satu bulan, sebagaimana diatur dalam Permenakertrans No 17 Tahun 2005. Berdasarkan peraturan ini, kebutuhan hidup seorang pekerja lajang terdiri dari 46 komponen, yang dibagi dalam tujuh kelompok kebutuhan, yaitu makanan dan minuman 11 komponen, sandang 9, perumahan 19, pendidikan 1, kesehatan 3, transportasi

1, dan rekreasi tabungan 2. Nilai KHL hasil survei yang dilakukan oleh Dewan

Pengupahan yang terdiri dari unsur pemerintah, pengusaha, dan pekerja buruh adalah sebesar Rp 1.314.059,07. Pada penelitian yang dilakukan di Desa Bagan Percut, pada saat dilakukannya survei ternyata penghasilan nelayan dari hasil tangkapan mereka berkisar antara Rp.20.000 sampai Rp.100.000 per hari. Dan bila dirata-ratakan sekitar Rp.37.000 per hari atau sekitar Rp.555.000 per bulannya. Sedangkan penghasilan nelayan ditambah dengan usaha sampingan mereka rata-rata sekitar Rp. 851.400 per bulan. Kondisi ini Cory Pasaribu : Analisis Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan Melalui Tpi Terhadap Pad Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, 2009. USU Repository © 2009 menunjukkan bahwa penghasilan nelayan ternyata masih di bawah standard nilai kebutuhan hidup layak KHL. Sebagian besar ibu rumah tangga terlibat dalam pekerjaan pasca tangkap diantaranya kegiatan menjemur ikan, merebus, mengasin, dan melakukan pengepakan paket ikan asin. Selain itu, para wanita nelayan tersebut juga ada yang bertani, beternak ayam, berjualan ke desa-desa lainnya, merajut jaring, mencari kerang- kerangan dan jamur laut, serta membudidayakan rumput laut. Sedangkan anggota keluarga lainnya yang telah dewasa, terlibat dalam perbaikan dan pembuatan kapal, bertani dan mengikuti bisnis transportasi darat, serta buruh nelayan. Ada beberapa faktor yang mengakibatkan munculnya masalah kemiskinan struktural yang terjadi pada masyarakat pantai desa Percut, fakor-faktor yang menjadi penyebabnya pada dasarnya dikelompokkan atas: 1 Masalah yang berkaitan dengan kepemilikan alat tanggkapalat produksi oleh karena sistem bagi hasil yang tidak adil, dan kuatnya determinasi pemilik dalam setiap relasi kerja dan sosial ekonomi nelayan. 2 Akses terhadap modal khususnya menyangkut persyaratan kredit. 3 Persyaratan pertukaran hasil tangkapan yang tidak berpihak pada buruh nelayan. 4 Sarana penyimpanan ikan. 5 Hak pengusahaan kawasan tangkap. 6 Perusakan sistem organisasi masyarakat pesisir. Cory Pasaribu : Analisis Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan Melalui Tpi Terhadap Pad Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, 2009. USU Repository © 2009 7 Akibat polarisasi ekonomi, maka relasi sosial antar nelayan menjadi berorientasi pada budaya material dan uang, yang pada gilirannya melemahkan solidaritas sosial dan integritas nelayan.

4.6. Sistem Retribusi yang Berlangsung di TPI Percut Sei Tuan