Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) di Kabupaten Serdang Bedagai

(1)

FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEBERHASILAN PROGRAM PENGUATAN LEMBAGA

DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (P-LDPM)

DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Oleh

LINDA JANNAHARI LUBIS

097039009/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEBERHASILAN PROGRAM PENGUATAN LEMBAGA

DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (P-LDPM)

DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

LINDA JANNAHARI LUBIS

097039009/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) di Kabupaten Serdang Bedagai Nama : Linda Jannahari Lubis

NIM : 097039009

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing,

Dr. Ir. Tavi Supriana, MS Ketua

Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,


(4)

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada Senin, 21 Mei 2012

Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Tavi Supriana, MS _________________

Anggota : 1. Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc _________________

2. Ir. Diana Chalil, MSi, PhD _________________


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PROGRAM PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (P-LDPM) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Juli 2012

yang membuat pernyataan,

Linda Jannahari Lubis NIM. 097039009/MAG


(6)

ABSTRAK

LINDA JANNAHARI LUBIS. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keberhasilan Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) di Kabupaten Serdang Bedagai (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai ketua dan Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai anggota).

Program P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai sudah berjalan sejak tahun 2009, sehingga diperlukan penelitian untuk melihat keberhasilan program dan faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberhasilan program P-LDPM dan faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2009 serta menganalisis penerimaan petani peserta program P-LPDM yang berhasil dan petani peserta program P-LDPM yang tidak berhasil melaksanakan program. Metode analisis yang digunakan yaitu independent sample t- test dan chi-square melalui Program SPSS 15.0 dan melalui kriteria keberhasilan program P-LDPM

Hasil analisis menunjukkan dari enam gapoktan peserta Program P-LDPM, hanya 3 yang masuk dalam kategori berhasil. Faktor yang secara signifikan berhubungan dengan keberhasilan program adalah tingkat pendidikan petani peserta dan dua faktor lainnya yang dianalisis (umur dan pendidikan non formal) menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak ada hubunganyang signifikan terhadap keberhasilan program P-LDPM. Tidak ada perbedaan penerimaan (harga) yang signifikan antara petani gapoktan yang berhasil melaksanakan program P-LDPM dengan petani gapoktan yang tidak berhasil melaksanakan program P-LDPM.

Kata kunci : program P-LDPM, keberhasilan program, umur, tingkat pendidikan, harga gabah.


(7)

ABSTRACT

LINDA JANNAHARI LUBIS. The Factors Related to the Success in P-LDPM (the Program for Strengthening Public Food Distribution Body) in Serdang Bedagai District Under the Supervision of by Dr. Ir. Tavi Supriana, MS and Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec.

The P-LDPM program in Serdang Bedagai District has been getting along since 2009 so that a study is needed to know whether the program is successful and to see some factors which are related to its success. The aim of the research was to analyze the success of P-LDPM program and some factors which were related to the success of the program in Serdang Bedagai District in 2009, the farmers who were successful and who were unsuccessful in carrying out the P-LPDM program. The data were analyzed by conducting dependent simple t-test and chi square through an SPSS 15.0 program and through the criteria of the success in the LDPM program.

The result of the research showed that of six gapoktan (cluster of farmers) participating in the P-LDPM program, there were only three of them were successful. The significant factor which was related to the success in the program was the farmers’ education, and the other two factors which were analyzed (age and non-formal education) indicated insignificant result, or they did not have any significant relationship with the success of the P-LDPM program. There was no significant difference in the acceptance (in price) between the successful gapoktan farmers and the unsuccessful gapoktan farmers who participated in the P-LDPM program.

Keywords: P-LDPM program, success in the program, age, education, price of dry rice grains


(8)

RIWAYAT HIDUP

LINDA JANNAHARI LUBIS, lahir di Lubuk Pakam, Sumatera Utara pada tanggal 14 Januari 1981 dari Bapak F. Lubis dan Ibu Maslaini. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1986 masuk Sekolah Dasar Negeri No. 101900 Lubuk Pakam, tamat

tahun 1992.

2. Tahun 1992 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Lubuk Pakam, tamat tahun 1995.

3. Tahun 1995 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 1 Lubuk Pakam, tamat tahun 1998.

4. Tahun 1999 diterima di pendidikan S1 program Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 2004.

5. Tahun 2009 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) di Kabupaten Serdang Bedagai dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang membantu dalam penyelesaian tesis ini sebagai berikut :

1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Ketua Program Studi Magister Agribisnis dan Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan.

2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan dan bimbingan.

3. Ibu Ir. Diana Chalil, MSi, PhD selaku Sekretaris Program Studi Magister Agribisnis yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan.

4. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan.

5. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Agribisnis Program Studi Magister Agribisnis yang telah memberikan ilmunya.

6. Seluruh Staf Akademik dan Pegawai di Departemen Agribisnis yang telah membantu seluruh proses administrasi.


(10)

7. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Serdang Bedagai yang telah memfasilitasi pengambilan data dan memberikan segala informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

8. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai atas informasi dan data yang diberikan.

9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya namun telah ikut membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua Ayahanda Fachruddin Lubis dan Ibunda Maslaini atas doa dan dukungannya.

Kepada Ayahanda Dr. H. Rahmat Nst, DTM&H (MSc) SpParK dan Mama Dr. Hj. Nur Asmara Diah, terimakasih atas dukungan dan semangatnya. Kepada

suami tercinta H. Irhamir Rahman Nst, SP, MSc atas doa, dukungan, semangatnya serta ananda Dzaky Aufa Rahman Nst atas semangat dan pengertiannya.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2012


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Penguatan LDPM ... 9

2.2.2. Pengertian Program ... 14

2.2.3. Kelembagaan ... 16

2.2.4. Pengertian Evaluasi ... 17

2.2.5. Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Program ... 21

2.2.6. Hubungan Usia terhadap Program ... 25

2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 26

2.4. Hipotesis ... 28

III. METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Metode Pemilihan Lokasi ... 29

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 29

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 30

3.3.1. Pengumpulan Data Primer ... 30

3.3.2. Pengumpulan Data Sekunder ... 31

3.4. Metode Analisis Data ... 31

3.4.1. Analisis Deskriptif ... 31

3.4.2. Analisis Inferensial ... 31


(12)

3.5.1. Definisi ... 33

3.5.2. Batasan Operasional ... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 36

4.1.1. Iklim (Suhu, Musim, Angin, Curah Hujan) ... 37

4.1.2. Kependudukan ... 37

4.1.3. Administrasi Pemerintahan ... 40

4.2. Deskriptif Data ... 40

4.2.1. Perkembangan Luas Panen di Kabupaten Serdang Bedagai ... 40

4.2.2. Perkembangan Produksi Padi di Kabupaten Serdang Bedagai ... 41

4.2.3. Perkembangan Rata-Rata Produksi Padi di Kabupaten Serdang Bedagai ... 41

4.2.4. Analisis Deskriptif Demografis Sampel ... 42

4.2.4.1. Asal Gapoktan ... 42

4.2.4.2. Tahun Ikut Program P-LDPM dan Jenis Kelamin ... 42

4.2.4.3. Umur Sampel ... 43

4.2.4.4. Tingkat Pendidikan Formal ... 44

4.2.5. Analisis Deskriptif Pernyataan Sampel ... 47

4.2.5.1. Sering Tidaknya Sosialisasi dan Monitoring dari Tim Teknis ... 47

4.2.5.2. Manfaat lain dari Program P-LDPM ... 47

4.3. Tingkat Keberhasilan Program LDPM ... 48

4.3.1. Realisasi Dana Bantuan Sosial P-LDPM ... 48

4.3.2. Penetapan Tenaga Pendamping ... 50

4.3.3. Tersedianya Gudang Gapoktan ... 52

4.3.4. Ketersediaan Cadangan Pangan ... 52

4.3.5. Peningkatan Volume Penjualan dan Pembelian Gabah .... 53

4.3.6. Peningkatan Modal Usaha ... 54

4.3.7. Kestabilan Harga dimana Harga P-LDPM lebih Besar atau Sama Dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) .. 56

4.3.8. Meningkatnya Nilai Tambah Produk Pertanian ... 57

4.3.9. Meningkatnya Akses Anggota Gapoktan terhadap Pangan ... 58

4.3.10. Meningkatnya Kemampuan Manajemen Gapoktan ... 59

4.4. Analisis Tingkat Keberhasilan P-LDPM ... 60

4.4.1. Gapoktam Harapan ... 60

4.4.2. Gapoktan Maju Bersama ... 61

4.4.3. Gapoktan Melati Jaya ... 62

4.4.4. Gapoktan Sri Sumana ... 63

4.4.5. Gapoktan Sahabat Tani ... 64

4.4.6. Gapoktan Sumber Makmur ... 65

4.5. Analisis Hubungan antara Umur, Pendidikan dan Pendidikan Non Formal terhadap Keberhasilan Program P-LDPM ... 67


(13)

4.5.1. Hubungan Antara Umur terhadap Keberhasilan Program

P-LDPM ... 67

4.5.2. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan terhadap Keberhasilan Program P-LDPM ... 68

4.5.3. Hubungan Antara Pendidikan Non Formal terhadap Keberhasilan Program P-LDPM ... 69

4.9. Analisis Dampak Keberhasilan Program terhadap Penerimaan Petani ... 69

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1. Kesimpulan ... 72

5.2. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Jumlah Populasi dan Sampel Pengurus ... 30

2. Jenis dan Sumber Data ... 31

3. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2007-2009 ... 38

4. Penduduk Diatas 10 Tahun Menurut Jenis Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2009 ... 38

5. Banyaknya Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2009 ... 39

6. Banyaknya Jumlah Angkatan Kerja Tahun 2008 -2009 ... 39

7. Umur Sampel Program P-LDPM ... 43

8. Tingkat Pendidikan Sampel Program P-LDPM ... 44

9. Frekuensi Ikut Penyuluhan Satu Tahun Terakhir Sampel Program P-LDPM ... 45

10. Frekuensi Ikut Pelatihan Satu Tahun Terakhir Sampel Program P-LDPM ... 45

11. Pengalaman Berorganisasi Sampel Program P-LDPM ... 46

12. Jenis Pelatihan yang Diikuti Sampel Program P-LDPM ... 47

13. Manfaat Lain Program P-LDPM ... 48

14. Rencana dan realisasi usaha Gapoktan (Tahun 2009) ... 50

15. Pendamping Masing-Masing Gapoktan Penerima Bantuan ... 51

16. Jumlah Cadangan Pangan di Masing-Masing Gapoktan ... 53

17. Peningkatan Volume Penjualan dan Pembelian Gabah Oleh Gapokta .. 54

18. Perkembangan Modal Gapoktan ... 55

19. Harga Pembelian Rata-Rata GKP di Masing-Masing Gapoktan (Rp) .. 57

20. Harga Rata-Rata Bulanan GKP, GKG dan Beras (Rp) ... 58

21. Peningkatan Kemampuan Manajemen Masing-Masing Gapoktan ... 60

22. Analisis Keberhasilan Masing-Masing Gapoktan Program P-LDPM .... 66

23. Hubungan antara Umur, Tingkat Pendidikan dan Pendidikan Non Formal dengan Keberhasilan Program P-LDPM ... 67

24. Uji Beda Rata-Rata Harga Gabah Petani Gapoktan yang Berhasil dengan Petani Gapoktan yang Tidak Berhasil Menjalankan Program P-LDPM ... 70


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 27 2. Perkembangan Luas Panen Padi di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2005-2011 ... 40 3. Perkembangan Produksi Padi di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2005-2011 ... 41 4. Perkembangan Rata -Rata Produksi Padi di Kabupaten Serdang


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1. Karakteristik Sampel Peserta Program P-LDPM ... 76 2. Data Harga Pembelian Gabah Mingguan Periode Januari-Desember

2011 Gapoktan Harapan, Desa Pematang Pelintahan, Kec. Sei

Rampah ... 80 3. Data Harga Pembelian Gabah Mingguan Periode Januari-Desember

2011 Gapoktan Sahabat Tani, Desa Pulo Gambar Kec. Serba Jadi ... 81 4. Data Harga Pembelian Gabah Mingguan Periode Januari-Desember

2011 Gapoktan Sri Sumana, Desa Mangga Dua Kec. Tanjung

Beringin ... 82 5. Data Harga Pembelian Gabah Mingguan Periode Januari-Desember

2011 Gapoktan Melati Jaya, Desa Melati II Kec. Perbaungan ... 83 6. Data Harga Pembelian Gabah Mingguan Periode Januari-Desember

2011 Gapoktan Maju Bersama, Desa Lida Tanah Kec. Perbaungan ... 84 7. Data Harga Pembelian Gabah Mingguan Periode Januari-Desember

2011 Gapoktan Sumber Makmur, Desa Payalombang Kec. Tebing

Tinggi ... 85 8. Tabel Crosstab dan Chi-square Umur dengan Keberhasilan Program

P-LDPM ... 86 9. Tabel Crosstab dan Chi-square Tingkat Pendidikan dengan

Keberhasilan Program P-LDPM ... 87 10. Tabel Chi-square Pendidikan Non Formal dengan Keberhasilan

Program P-LDPM ... 88 11. Tabel t-test harga Gabah Petani yang Berhasil dan Petani yang Tidak


(17)

(18)

ABSTRAK

LINDA JANNAHARI LUBIS. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keberhasilan Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) di Kabupaten Serdang Bedagai (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai ketua dan Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai anggota).

Program P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai sudah berjalan sejak tahun 2009, sehingga diperlukan penelitian untuk melihat keberhasilan program dan faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberhasilan program P-LDPM dan faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2009 serta menganalisis penerimaan petani peserta program P-LPDM yang berhasil dan petani peserta program P-LDPM yang tidak berhasil melaksanakan program. Metode analisis yang digunakan yaitu independent sample t- test dan chi-square melalui Program SPSS 15.0 dan melalui kriteria keberhasilan program P-LDPM

Hasil analisis menunjukkan dari enam gapoktan peserta Program P-LDPM, hanya 3 yang masuk dalam kategori berhasil. Faktor yang secara signifikan berhubungan dengan keberhasilan program adalah tingkat pendidikan petani peserta dan dua faktor lainnya yang dianalisis (umur dan pendidikan non formal) menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak ada hubunganyang signifikan terhadap keberhasilan program P-LDPM. Tidak ada perbedaan penerimaan (harga) yang signifikan antara petani gapoktan yang berhasil melaksanakan program P-LDPM dengan petani gapoktan yang tidak berhasil melaksanakan program P-LDPM.

Kata kunci : program P-LDPM, keberhasilan program, umur, tingkat pendidikan, harga gabah.


(19)

ABSTRACT

LINDA JANNAHARI LUBIS. The Factors Related to the Success in P-LDPM (the Program for Strengthening Public Food Distribution Body) in Serdang Bedagai District Under the Supervision of by Dr. Ir. Tavi Supriana, MS and Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec.

The P-LDPM program in Serdang Bedagai District has been getting along since 2009 so that a study is needed to know whether the program is successful and to see some factors which are related to its success. The aim of the research was to analyze the success of P-LDPM program and some factors which were related to the success of the program in Serdang Bedagai District in 2009, the farmers who were successful and who were unsuccessful in carrying out the P-LPDM program. The data were analyzed by conducting dependent simple t-test and chi square through an SPSS 15.0 program and through the criteria of the success in the LDPM program.

The result of the research showed that of six gapoktan (cluster of farmers) participating in the P-LDPM program, there were only three of them were successful. The significant factor which was related to the success in the program was the farmers’ education, and the other two factors which were analyzed (age and non-formal education) indicated insignificant result, or they did not have any significant relationship with the success of the P-LDPM program. There was no significant difference in the acceptance (in price) between the successful gapoktan farmers and the unsuccessful gapoktan farmers who participated in the P-LDPM program.

Keywords: P-LDPM program, success in the program, age, education, price of dry rice grains


(20)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia sehingga tetap memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Sekitar 80% penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan pokoknya dan sekitar 25 juta rumah tangga petani memperoleh pendapatan dari usahatani padi. Pada keadaan tersebut gejolak harga beras akan berdampak terhadap usahatani padi, kesejahteraan petani dan para konsumen beras terutama yang berasal dari ekonomi miskin.

Pola produksi tahunan komoditas gabah/beras di daerah sentra produksi menunjukkan produksi gabah/beras pada saat panen raya selalu melimpah sedangkan permintaan akan gabah/beras bulanan relatif stabil. Hal ini menyebabkan harga gabah/beras menjadi turun. Sebaliknya pada saat tidak terjadi panen (paceklik), produksi gabah/beras lebih sedikit sehingga lebih rendah dari kebutuhan gabah/beras. Akibatnya harga akan melonjak naik dan tidak terjangkau, yang terjadi saat petani justru tidak memiliki persediaan. Hal ini menunjukkan bahwa harga gabah/beras berfluktuasi menurut musim.

Untuk menjaga stabilitas harga gabah/beras pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:05/Permentan/PP.200/2/2011 tentang Pedoman Harga Pembelian Gabah dan Beras di Luar Kualitas oleh Pemerintah (HPP). Dalam Permentan ini pemerintah telah menetapkan harga dasar pembelian gabah/beras oleh Pemerintah sebesar Rp.2.685,- GKP di tingkat penggilingan dengan kadar air 19-25% dan kadar hampa/kotoran maksimum 10% dan Rp.3.300,-/kg untuk GKG dengan kadar air maksimum 14% dan kadar


(21)

hampa/kotoran maksimum 3% serta Rp.4.815,-/kg untuk pembelian beras dengan kadar air maksimum 14% dan butir patah maksimum 25% . Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan yaitu 11 Februari 2011. Sedangkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dan beras yang ditetapkan sesuai INPRES No.7 Tahun 2009 adalah Rp 2.640/kg untuk Harga Gabah Kering Panen (GKP) di penggilingan, Rp 3.300/kg untuk Harga Gabah Kering Giling (GKG) di penggilingan dan Rp 3.345/kg untuk Harga Pembelian Gabah Kering Giling di Gudang/Bulog.

Hasil pemantauan menunjukkan masih banyak petani yang menjual gabahnya di bawah harga pembelian pemerintah. Hal ini disebabkan karena

1. Rendahnya posisi tawar petani terutama pada saat panen raya

2. Rendahnya nilai tambah produk pertanian karena terbatasnya kemampuan untuk mengolah hasil pertanian.

3. Terbatasnya modal usaha.

4. Terbatasnya akses pangan (beras) saat terjadi paceklik karena tidak mempunyai cadangan pangan yang cukup (BKP Kabupaten Serdang Bedagai, 2009).

Untuk mengatasi rendahnya harga gabah petani terutama saat panen raya, pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian melaksanakan Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM). Program ini memberikan bantuan modal untuk petani yang tergabung dalam wadah gapoktan dengan mekanisme bantuan soial (bansos). Program ini menitikberatkan pada peningkatan kapasitas Gapoktan dalam mengelola kegiatan


(22)

distribusi agar menerima harga yang optimal dan memupuk cadangan pangan bagi Gapoktan. (BKP Kabupaten Serdang Bedagai, 2009)

Program P-LDPM ini sendiri merupakan program pengganti Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) yang sejak tahun 2009 dihentikan oleh pemerintah. Program DPM-LUEP ini dihentikan karena dinilai memberatkan petani karena dana yang disalurkan dalam program ini berupa pinjaman. Selain itu untuk mendapatkan bantuan ini petani harus memiliki agunan. Lamanya proses pencairan menyebabkan penggunaan dana ini kurang efektif karena di akhir tahun anggaran dana sudah harus di kembalikan ke rekening Negara (APBN).

Tujuan kegiatan Program P-LDPM adalah:

1. Meningkatkan kemampuan Gapoktan sebagai lembagaan pangan masyarakat dalam mengembangkan usaha pemasaran hasil pertanian yang mencakup pembelian, penyimpanan, pengolahan dan penjualan dalam rangka stabilitas harga pangan (gabah/jagung) sesuai potensi masing-masing daerah.

2. Meningkatkan kemampuan Gapoktan sebagai lembagaan distribusi pangan masyarakat dalam mengembangkan unit usaha cadangan pangan (gabah) untuk memenuhi kebutuhan anggotanya terutama dalam menghadapi masa paceklik.

3. Meningkatkan kemampuan unit usaha hasil distribusi hasil pertanian atau unit usaha pemasaran milik gapoktan dalam mengembangkan jejaring distribusi dengan mitra di luar wilayahnya. (BKP Kab.Serdang Bedagai)

Jumlah dana yang disalurkan pada Program P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 900 juta yang dibagikan pada 6 gapoktan dimana


(23)

masing-masing Gapoktan menerima bantuan sosial sebesar Rp. 150 juta. Dana tersebut dapat dimanfaatkan sesuai dengan Rencana Usaha Gapoktan (RUG) yang diusulkan dalam 2 (dua) alternatif yaitu:

1. Alternatif – 1 untuk:

a) Usaha distribusi /pengolahan gabah sebesar 70%

b) Usaha pengelolaan cadangan pangan/gabah sebesar 30% 2. Alternatif – 2 untuk:

a) Usaha distribusi/pengolahan cadangan gabah sebesar 40% - 43% b) Usaha cadangan pangan /gabah sebesar 27% dan

c) Renovasi gudang/lumbung cadangan pangan maksimal sebesar 30% - 33%.

Gapoktan penerima bantuan Program P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai umumnya menggunakan alternatif yang kedua karena belum memiliki gudang penyimpanan yang layak sehingga harus dilakukan perbaikan atau pembangunan lumbung.

Keenam gapoktan yang mendapat bantuan P-LDPM di kabupaten Serdang Bedagai adalah Gapoktan Harapan Desa Pematang Pelintahan Kecamatan Sei Rampah, Gapoktan Melati Jaya Desa Melati II Kecamatan Perbaungan, Gapoktan Maju Bersama Desa Lidah Tanah Kecamatan Perbaungan, Gapoktan Sumber Makmur Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi, Gapoktan Sri Sumana Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin dan Gapoktan Sahabat Tani Desa Pulo Gambar Kecamatan Serba Jadi. Kegiatan P-LDPM ini dirancang secara bertahap dalam kurun waktu 3(tiga) tahun meliputi (a)Tahap Penumbuhan, (b) Tahap Pengembangan dan (c)Tahap Kemandirian.


(24)

Program P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai telah dilaksanakan sejak Tahun 2009. Program ini telah dilaksanakan selama kurang lebih 3 tahun. Oleh karena itu dirasa perlu dilakukan suatu penelitian untuk menganalisis/mengevaluasi keberhasilan Program P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai Selain itu juga perlu dilihat faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan keberhasilan Program P-LDPM serta dampak keberhasilan Program terhadap pendapatan Petani peserta P-LDPM.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian pada latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah keberhasilan pelaksanaan program P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai?

2. Faktor–faktor apa saja yang berhubungan dengan keberhasilan program P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai?

3. Bagaimanakah dampak pelaksanaan Program P-LDPM terhadap penerimaan petani peserta program?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah u

1. Mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan program P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai

ntuk:

2. Menganalisis faktor–faktor apa saja yang berhubungan dengan keberhasilan program P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai.


(25)

3. Menganalisis dampak pelaksanaan Program P-LDPM terhadap penerimaan petani peserta program.

1.4. Manfaat Penelitian

1.

Manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah:

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

Sebagai bahan referensi bagi BKP setempat untuk menyusun program selanjutnya yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan petani.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Penelitian Terdahulu

Ashari (2007) dalam penelitiannya menganalisis kinerja pelaksanaan DPM-LUEP serta peranannya dalam mengamankan HPP di Jawa Timur. Kesimpulan yang diambil bahwa DPM-LUEP belum berhasil/belum efektif dalam mengamankan Harga Pembelian Pemerintah. Selain itu juga dianalisis mengenai detil kinerja DPM-LUEP dan dampak DPM-LUEP terhadap pembentukan harga di tingkat wilayah. Kesimpulan yang diambil DPM-LUEP telah menunjukkan kinerja yang cukup baik serta mendapat respon positif dari petani, pemilik LUEP dan pemerintah daerah. Nilai Rasio Dampak Manfaat DPM menunjukkan kinerja dalam pemanfaatan dana tersebut cukup berhasil.

Sume (2008) dalam penelitiannya menganalisis tentang karakteristik kelompok LUEP penerima DPM. Kesimpulan yang diambil, karateristik kelompok penerima DPM-LUEP adalah kelompok usaha kecil menengah yang berbadan hukum dengan tenaga kerja 5-19orang, akses permodalan lemah, administrasi dan dan manajerial kelompok lemah, wilayah pemasaran terbatas. Selain itu juga dianalisis tentang faktor apa saja yang dapat meningkatkan profitabilitas LUEP penerima DPM. Kesimpulan yang diambil Faktor-faktor yang dapat meningkatkan pendapatan/keuntungan pada DPM-LUEP: (a) efektivitas pembelian bahan baku/gabah (putaran/daur), memaksimalkan DPM yang dipinjam dalam beberapa kali perputaran pembelian; (b) peningkatan pembelian bahan baku yang akan akan meningkatkan hasil produk yang diolah; (c) efesiensi biaya variabel total yaitu pada biaya upah giling, upah jemur, pemasaran dan


(27)

biaya lain-lain; (d) melakukan stok produk menunggu peningkatan harga jual produk (beras) di pasaran.

Solikah (2010) dalam penelitiannya menganalisis tentang persepsi petani terhadap peran LUEP dalam usahatani padi. Kesimpulannya petani berpersepsi baik terhadap program DPM-LUEP karena pada waktu panen raya harga gabah jatuh dan LUEP membeli gabah minimal seharga HPP. Selain itu dianalisis juga tentang faktor-faktor yang membentuk persepsi petani terhadap peran LUEP dalam usaha tani padi. Kesimpulannya, faktor-faktor yang mebentuk persepsi petani terhadap peran LUEP dalam usahatani padi adalah pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman masa lalu, luas lahan, lingkungan sosial dan lingkungan ekonomi.

Syarief (2007) dalam penelitiannya menganalisis tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas program DPM-LUEP di kab.Lampung Tengah. Kesimpulan yang diperoleh, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas Program DPM-LUEP adalah Pendidikan Formal,Masa Kerja SDM pengelola LUEP,Sarana,jaringan pasar,produksi GKP mitra LUEP dan Kualitas GKP mitra LUEP. Selain itu juga dianalisis bagaimana efektivitas program DPM-LUEP di Kabupaten Lampung Tengah. Kesimpulan yang diperoleh, rata-rata efektivitas Program DPM-LUEP berklasifikasi efektif pada ketepatan lokasi ketepatan waktu dan jumlah dana yang dikembalikan,volume pembelian gabah, jumlah petani dan pemanfaatan dana,kurang efektif pada harga GKP dan tidak efektif pada ketepatan waktu pembelian gabah. Hal ini menunjukkan bahwa Program DPM-LUEP belum berjalan sesuai tujuan.


(28)

2.2.Landasan Teori 2.2.1. Penguatan LDPM

Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) adalah bagian kegiatan program Peningkatan Ketahanan Pangan yang bertujuan meningkatkan kemampuan Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya (distribusi/pemasaran dan cadangan pangan) dalam usaha memupuk cadangan pangan dan memupuk modal dari usahanya dan dari anggotanya yang tergabung dalam wadah Gapoktan. Kegiatan Penguatan-LDPM dibiayai melalui APBN dengan mekanisme dana bantuan sosial (Bansos) yang disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan (Badan Ketahanan Pangan Pusat, 2010).

Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Serdang Bedagai, 2009 menyebutkan bahwa Dana Bantuan Sosial (bansos) yang dimaksud dalam Petunjuk Teknis adalah:

1. Uang yang ditransfer kepada Gapoktan untuk pembangunan dan penguatan unit usaha distribusi hasil pertanian atau unit usaha pemasaran dan atau unit usaha pengolahan serta pengolahan cadangan pangan.

2. Fasilitas bantuan sosial ini merupakan bagian dari upaya pemberdayaan Gapoktan dengan penguatan kelembagaan dan peningkatan SDM melalui pembinaan, pemantauan, evaluasi dan dukungan lainnya.

Dampak dari ketidakberdayaan petani, Poktan dan Gapoktan dalam mengolah, menyimpan dan mendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat terjadi panen raya dan kekurangan pangan pada saat musim paceklik.


(29)

Menurut Badan Ketahanan Pangan Nasional, 2010, Tujuan dari penyaluran dana untuk pelaksanaan kegiatan P-LDPM adalah:

1. Memperkuat modal usaha Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya (distribusi/pemasaran dan cadangan pangan) untuk dapat mengembangkan sarana penyimpanan, melakukan pembelian hasil produksi petani anggotanya, dan tersedianya cadangan pangan disaat menghadapi musim paceklik serta tercapainya stabilisasi harga pangan di tingkat petani saat panen raya;

2. Mengembangkan usaha ekonomi di wilayah dengan: (i) melakukan musyawarah rencana kegiatan bersama anggota kelompoknya, (ii) melakukan pembelian-penyimpanan-pengolahan-pemasaran sesuai rencana, kebutuhan anggota, dan kebutuhan pasar, serta mempunyai nilai tambah khususnya bagi unit usaha Gapoktan yang mengelolanya;

3. Memperluas jejaring kerja sama pemasaran yang saling menguntungkan dengan mitra usaha di dalam maupun di luar wilayahnya.

Kebijakan tersebut diarahkan untuk: (a) mendukung upaya petani memperoleh harga produksi yang lebih baik disaat panen raya; (b) meningkatkan kemampuan petani memperoleh nilai tambah produksi pangan dan usahanya melalui kegiatan pengolahan/pengepakan/pemasaran sehingga terjadi perbaikan pendapatan di tingkat petani; dan (c) memperkuat kemampuan Gapoktan dalam melakukan pengelolaan cadangan pangan sehingga mampu mendekatkan akses pangan pada saat menghadapi paceklik kepada anggota petani yang tergabung dalam wadah Gapoktan. (Badan Ketahanan Pangan Nasional, 2010)

Dengan memberdayakan Gapoktan, mereka mampu untuk: (a) meningkatkan kerja sama antar Gapoktan dengan unit-unit usaha yang dikelola


(30)

dalam wadah Gapoktan; (b) menghimpun dan mengembangkan/memupuk dana yang dikelola oleh unit usaha/Gapoktan secara transparan, dengan aturan dan sanksi yang dirumuskan dan ditetapkan sendiri secara musyawarah dan mufakat oleh petani anggotanya; dan (c) meningkatkan keterampilan dalam hal: administrasi, pembukuan (pembelian-penjualan, pengadaan-penyaluran, keuangan), pemantauan secara partisipatif, pengawasan internal, dan bermitra serta bernegosiasi dengan pihak lain untuk memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya.(Badan Ketahanan Pangan Nasional, 2010)

Strategi yang dilaksanakan pada program P-LDPM ini antara lain: (a) memberikan dukungan kepada Gapoktan dan unit usaha distribusi/pemasaran/pengolahan untuk memperkuat kemampuannya mendistribusikan/memasarkan gabah/beras/jagung dari petani anggotanya. Hal ini dilaksanakan dengan melakukan pembelian dan penjualan kepada mitra usahanya baik di dalam maupun di luar wilayahnya secara mandiri dan berkelanjutan sehingga tercapai stabilisasi harga di tingkat petani; dan (b) memberikan dukungan kepada Gapoktan dan unit pengelolaan cadangan pangan dalam mengelola cadangan pangan. Hal ini dilaksanakan dengan melakukan pengadaan gabah/beras dan/atau jagung dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya sehingga mudah diakses dan tersedia setiap waktu secara berkelanjutan. (Badan Ketahanan Pangan Nasional, 2010).

Untuk mengukur keberhasilan kegiatan P-LDPM tahap penumbuhan, Badan Ketahanan Pangan Kab. Serdang Bedagai, 2009 menyebutkan bahwa digunakan berapa indikator kinerja, yaitu:


(31)

A. Indikator Masukan (Input)

1. Terealisasinya dana Bansos 2009 sebesar Rp. 900.000.000,- bagi 6 Gapoktan pada 6 desa di Kabupaten Serdang Bedagai

2. Ditetapkannya Tenaga Pendamping 6 orang yang terdiri dari PPL/ petugas lapangan yang berdomisili di wilayah Gapoktan.

B. Indikator Keluaran (Output) Tahun I

1. Tersedianya gudang Gapoktan untuk menyimpan gabah/beras 6 Gapoktan di Kabupaten Serdang Bedagai

2. Tersedianya cadangan pangan di 6 Gudang Gapoktan di Kabupaten Serdang Bedagai

3. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam pembelian dan penjualan gabah/beras di 6 Gapoktan di Kabupaten Serdang Bedagai

C. Indikator Hasil (Outcome)

1. Tersedianya gabah/beras digudang untuk cadangan pangan

2. Meningkatnya volume pembelian dan penjualan gabah/beras pada 6 Gapoktan di Kabupaten Serdang Bedagai.

D. Indikator Manfaat (Benefit)

1. Meningkatnya modal usaha Gapoktan

2. Harga gabah/beras di wilayah Gapoktan stabil terutama pada saat panen 3. Meningkatnya nilai tambah produk pertanian (gabah)

4. Meningkatnya akses anggota Gapoktan terhadap beras 5. Meningkatnya kemampuan manajemen Gapoktan


(32)

E. Indikator Dampak (Impact)

1. Terwujudnya stabilitas harga gabah di wilayah kerja 6 Gapoktan di Kabupaten Serdang Bedagai

2. Terwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani 3. Meningkatnya pendapatan anggota Gapoktan

Untuk mengukur keberhasilan kegiatan P-LDPM tahap penumbuhan, Badan Ketahan Pangan Provinsi Sumatera Utara menyebutkan bahwa digunakan beberapa indikator kinerja, yaitu:

A. Indikator Masukan (Input)

1. Dana Bansos Tahun Anggaran 2010 sebagai tambahan modal bagi Gapoktan.

2. Terseleksinya pendamping tahun 2009 dan tahun 2010 yang siap melanjutkan pembinaan terhadap Gapoktan di Wilayahnya

3. Terseleksinya Gapoktan hasil Penumbuhan tahun 2009 yang siap untuk menerima dana tambahan Bansos

B. Indikator Keberhasilan (Outcome)

1. Tersedianya cadangan pangan (gabah/beras) di gudang milik Gapoktan 2. Meningkatnya volume pembelian-penjualan gabah/beras dan/atau/jagung

di unit usaha Distribusi/Pemasaran/Pengolahan minimal 2 kali putaran 3. Meningkatnya modal usaha lebih besar dari dana bansos yang telah


(33)

C. Indikator Manfaat (Benefit)

1. Dana bansos dari pemerintah dimanfaatkan dengan baik oleh Gapoktan terseleksi untuk membeli gabah/beras/jagung minimal dari hasil produksi petani anggotanya

2. Minimal petani gabah/beras/jagung anggota Gapoktan terseleksi memperoleh harga gabah/beras serendah-rendahnya sesuai HPP dan HRD untuk jagung terutama saat panen raya

3. Minimal anggota Gapoktan dapat memperoleh akses pangan dengan mudah pada saat musim paceklik

4. Kemampuan manajemen Gapoktan dan unit-unit usahanya semakin baik, transparan dan akuntabel

D. Indikator Dampak (Impact)

1. Terwujudnya stabilitas harga gabah/beras dan/atau jagung di wilayah Gapoktan

2. Terwujudnya kertahanan pangan di tingkat rumah tangga petani

3. Meningkatnya ekonomi pedesaan yang bersumber dari komoditas pangan 4. Meningkatnya pendapatan petani padi dan jagung yang berada di wilayah

Gapoktan

2.2.2. Pengertian Program

Menurut Jones (1996), program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Dengan adanya program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini mudah dipahami, karena program itu sendiri menjadi pedoman dalam rangka pelaksanaan program tersebut.


(34)

Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan pelaksanaan karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek, yang antara lain adalah:

1. Adanya tujuan yang ingin dicapai

2. Adanya kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam pencapaian tujuan itu 3. Adanya aturan-aturan yang dipegang dengan prosedur yang harus dilalui 4. Adanya perkiraan anggaran yang perlu atau dibutuhkan

5. Adanya strategi dalam pelaksanaan

Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan program adalah adanya kelompok orang yang menguji sasaran program sehingga kelompok orang tersebut merasa ikut dilibatkan dan membawa hasil program yang dijalankan dan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Bila tidak memberikan manfaat pada kelompok orang maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan.

Berhasil tidaknya suatu program dilaksanakan tergantung dari unsur pelaksananya. Pelaksana penting artinya karena pelaksanaan suatu program, baik itu organisasi ataupun perseorangan bertanggung jawab dalam pengelola maupun pengawasan dalam pelaksanaan. Suatu program dapat dievaluasi apabila ada tolak ukur yang bisa dijadikan penilaian terhadap program yang telah berlangsung, berhasilnya atau tidak berhasilnya suatu program berdasarkan tujuan yang sudah tentu memiliki tolak ukur yang nantinya harus dicapai dengan baik oleh sumber daya yang mengelolanya.


(35)

2.2.3. Kelembagaan

Nasution (2002) menyebutkan bahwa kelembagaan mempunyai pengertian sebagai wadah dan sebagai norma. Lembaga atau institusi adalah seperangkatn aturan, prosedur, norma prilaku individual dan sangat penting artinya sebagai pengembangan pertanian.

Kelembagaan dapat dibagi kedalam 2 kelompok yaitu: pertama, lembaga formal seperti pemerintah desa, BPD, KUD, dan lain-lain. Kedua, lembaga tradisional atau lokal. Kelembagaan merupakan kelembagaan yang tumbuh dari dalam komunitas itu sendiri yang sering memberikan “asuransi terselubung” bagi kelangsungan komunitas tersebut. Kelembagaan tersebut biasanya berwujud nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan cara hidup yang telah lama hidup dalam komunitas. Keberadaan lembaga dipedesaan memiliki fungsi yang mampu memberikan “energi sosial” yang merupakan kekuatan internal masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Berdasarkan hal tersebut,maka lembaga dipedesaan yang saat ini memiliki kesamaan dengan karakteristik tersebut dapat dikatakan sebagai lembaga gabungan kelompok tani atau gapoktan (Sumarti, dkk, 2008).

Menurut Sesbany (2007) Kelembagaan mempunyai titik strategis (entry point) dslam menggerakkan system agribisnis pedesaan. Untuk itu segala sumber daya yang ada dipedesaan perlu diarahkan/diprioritaskan dalam rangka peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Penguatan posisi tawar petani melalui kelembagaan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak diperlukan oleh petani, agar dapat bersaing dalam


(36)

melaksanakan kegiatan usaha tani dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Departemen Pertanian (2008) mendefinisikan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai kumpulan beberapa kelompok tani yang tergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan terdiri atas kelompok tani yang ada dalam wilayah suatu wilayah administrasi desa atau yang berada dalam suatu wilayah aliran irigasi petak pengairan tersier.

Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis diatas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani bagi anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan lemahnya akses petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha. Pada prinsipnya lembaga gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonom, namun diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya serta memiliki peran penting terhadap pertanian (Syahyuti, 2007).

Peran kelembagaan sangat penting dalam mengatur sumber daya dan distribusi manfaat, untuk itu unsur kelembagaan perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan potensi desa guna menunjang pembangunan desa. Dengan adanya kelembagaan petani dan ekonomi desa sangat terbantu dalam hal mengatur silang hubungan antar pemilik input dalam menghasilan output ekonomi desa dan dalam mengatur distribusi ouput tersebut (Prihartanto, 2009).

2.2.4. Pengertian Evaluasi

Istilah evaluasi mencapai cakupan yang cukup luas, yang dapat mengarah kepada setiap kegiatan dalam pengambilan kebijakan. Weiss (1972), mengatakan


(37)

bahwa: “Evaluation is an elastic word that stretches to cover judgment of many kinds” (evaluasi adalah suatu kata yang elastis yang dapat meluas meliputi penilaian kebenaran dan keberhasilan tentang banyak hal). Weiss juga menegaskan bahwa semua penilaian itu berisikan penentuan keberhasilan dari setiap pelaksanaan suatu program atau keputusan.

Jones (1996), mengungkapkan bahwa evaluasi adalah upaya membandingkan antara apa yang direncanakan dengan hasil yang dicapai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata evaluasi berarti penilaian hasil. Jadi evaluasi adalah merupakan suatu kegiatan yang membandingkan antara program telah yang direncanakan dengan hasil yang dicapai setelah program tersebut dilaksanakan, dengan menggunakan tolok ukur atau indicator yang ditetapkan.

Dalam pemahaman pengertian konsep evaluasi oleh Scriven dalam Tayibnapis (1995), secara menyeluruh terdapat dua konsep besar yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu:

a. Konsep evaluasi formatif dan sumatif, evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilaksanakan selama program berjalan untuk memberikan informasi yang berguna kepada pemimpin program untuk perbaikan. Misalnya selama program berlangsung, akan melibatkan semua komponen yang terlibat dalam evaluasi, sehingga setiap langkah evaluasi akan menghasilkan umpan balik yang segera kepada pembuat program, yang sangat berguna bagi usaha merevisi hal-hal yang dirasa perlu diperbaiki. Selanjutnya evaluasi sumatif adalah konsep evaluasi yang dilakukan pada akhir program untuk memberikan informasi kepada pemakai atau konsumen tentang manfaat atau kegunaan program.


(38)

Misalnya program kesehatan, evaluasi juga melibatkan semua komponen yang ada akan tetapi evaluasinya pada akhir program.

b. Konsep evaluasi internal dan eksternal, evaluasi internal adalah untuk mengetahui lebih banyak tentang programnya dari pada orang luar. Sementara konsep evaluasi eksternal antara lain mampu menangkap hal-hal yang dianggap penting bagi program yang tidak diketahui secara internal.

Metoda pendekatan yang dapat dilakukan dalam penelitian evaluasi menurut Patton (1991), metoda evaluasi secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 6 (enam) yaitu:

a. Before and after comparisons, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan membandingkan antara kondisi sebelum dan kondisi sesudahnya suatu kebijakan atau program diimplementasikan.

b. With and without comparisons, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan menggunakan pembandingan kondisi antara yang tidak mendapat dan kondisi yang mendapat kebijakan atau program, yang telah dimodifikasi dengan memasukkan perbandingan kriteria-kriteria yang relevan di tempat kejadian peristiwa atau TKP dengan program terhadap suatu tempat kejadian peristiwa atau TKP tanpa program.

c. Actual versus planned performance comparisons, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan membandingkan kondisi yang ada (actual) dengan ketetapan-ketetapan perencanaan yang ada (planned).

d. Experimental (controlled) model, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan melakukan percobaan yang terkontrol/dikendalikan untuk mengetahui kondisi yang diteliti.


(39)

e. Quasi experimental models, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan melakukan percobaan tanpa melakukan pengontrolan/pengendalian terhadap kondisi yang diteliti.

f. Cost oriented models, metode ini mengkaji suatu objek penelitian yang hanya didasarkan pada penelitian biaya terhadap suatu rencana.

Menurut Abidin (2004), informasi yang dihasilkan dari evaluasi merupakan nilai (values) yang antara lain berkenaan dengan:

1. Efisiensi (efficiency), yakni perbandingan antara hasil dengan biaya, atau (hasil/biaya).

2. Keuntungan (profitability), yaitu selisih antara hasil dengan biaya atau (hasil-biaya).

3. Efektif (effectiveness), yakni penilaian pada hasil, tanpa memperhitungkan biaya.

4. Keadilan (equity), yakni keseimbangan (proporsional) dalam pembagian hasil (manfaat) dan/atau biaya (pengorbanan).

5. Detriments, yakni indikator negatif dalam bidang sosial seperti kriminal dan sebagainya.

6. Manfaat tambahan (marginal rate of return), yaitu tambahan hasil banding biaya atau pengorbanan (change-in-benefits/change-in-cost).

Untuk keperluan jangka panjang dan untuk kepentingan keberlanjutan (sustainable) suatu program, evaluasi sangat diperlukan. Dengan evaluasi, kebijakan-kebijakan ke depan akan lebih baik dan tidak mengurangi kesalahan yang sama. Berikut ini diberikan beberapa argumen perlunya evaluasi:


(40)

1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu kebijakan, yakni seberapa jauh suatu kebijakan mencapai tujuannya.

2. Mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal. Dengan melihat tingkat efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal.

3. Memenuhi aspek akuntabilitas publik. Dengan melakukan penilaian kinerja suatu kebijakan, maka dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada publik sebagai pemilik dana dan mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah.

4. Menunjukkan pada stakeholders manfaat suatu kebijakan. Apabila tidak dilakukan evaluasi terhadap sebuah kebijakan, para stakeholders, terutama kelompok sasaran tidak mengetahui secara pasti manfaat dari sebuah kebijakan atau program.

5. Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Pada akhirnya, evaluasi kebijakan bermanfaat untuk memberikan masukan bagi proses pengambilan kebijakan yang akan datang agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sebaliknya, dari hasil evaluasi diharapkan dapat ditetapkan kebijakan yang lebih baik.

2.2.5. Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Program

Petani sebagai pelaku sektor pertanian memiliki berbagai masalah dalam melaksanakan usaha taninya. Secara umum masalah tersebut dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu:


(41)

1. Masalah sumberdaya manusia

Sebahagian besar petani di Indonesia adalah petani gurem (lahan dibawah 0,5 ha) dan tergolong lanjut usia. Sebagian besar petani di dalam mengembangkan usaha taninya dengan cara melihat petani lain yang sudah berhasil. Mereka sangat hati-hati di dalam menerapkan inovasi baru karena mereka sangat takut dengan resiko gagal. Tanpa ada contoh yang telah berhasil, petani sangat rentan untuk mengubah usaha taninya.

2. Masalah ilmu pengetahuan dan teknologi

Sebahagian besar petani masih berpendidikan Sekolah Dasar (SD) dan hanya sebahagian kecil berpendidikan lanjutan. Pada umumnya keterampilan bercocok tanam mereka peroleh dari orang tuanya serta pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari usaha taninya. Penggunan benih unggul terkadang dilakukan tidak setiap turun tanam tapi terkadang mereka menangkar sendiri benih untuk pertanaman berikutnya. Pengetahuan tentang penggunaan pupuk yang berimbang msaih sangat terbatas sehingga pertumbuhan tanaman padinya sering tidak optimal.

3. Masalah Modal Usaha Tani

Masalah keterbatasan modal usaha tani merupakan masalah yang mendasar bagi petani. Sebagian besar petani memperoleh modal usaha dari kekayaan keluarga atau meminjam dari pengusaha yang ada di desanya. Sering petani memerlukan sarana produksi berupa pupuk, benih, alsintan dan obat-obatan namun karena keterbatasan modal usaha menyebabkan pengadaan sarana ini dilakukan secara seadanya.


(42)

4. Pemasaran hasil usahatani

Proses produksi tanaman padi biasanya dilakukan pada hamparan sawah yang luas dengan sumber air yang sama. Proses penanaman umumnya dilakukan secara serempak. Dengan kondisi ini menyebabkan suplai gabah meningkat pada puncak panen sedangkan penawaran terbatas serta petani tidak memiliki sarana penjemuran. Petani terkadang tidak memiliki pilihan untuk menjual gabahnya dengan harga yang layak atau harga yang lebih baik. Petani juga sebagian besar tidak mengetahui unit-unit pembelian gabah yang harga dan pasarnya dijamin oleh pemerintah. Kondisi ini biasanya menyebabkan harga gabah petani menjadi turun terlebih lagi pada saat tersebut turun hujan (Patiwiri, 2007).

Mardikanto (1993) menerangkan pendidikan merupakan proses timbal balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, teman, dan alam semesta. Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan formal merupakan jenjang pendidikan dari terendah sampai tertinggi yang biasanya di bangku sekolah. Sedangkan pendidikan non formal biasanya diberikan sebagai penyelenggara pendidikan yang terorganisasi di luar sistem pendidikan sekolah yang terprogram.

Pendidikan formal merupakan sistem pendidikan yang sudah dilembagakan, pada tingkat-tingkat yang berurutan dan mempunyai struktur hirarki, berjenjang dari sekolah dasar sampai dengan tingkat universitas tertinggi. Sedangkan pendidikan non formal merupakan setiap kegiatan pendidikan yang diorganisasi dan sistematis, yang dilaksanakan di luar jaringan sistem formal untuk menyediakan tipe pelajaran yang dipilih untuk sub-kelompok tertentu dalam


(43)

masyarakat. Pendidikan non formal meliputi penyuluhan pertanian, program pelatihan petani, latihan kerja diluar sistem formal dan berbagai program pengajaran kemasyarakatan (Blanckenburg, 1979).

Menurut Prayitno dan Lincolin (1987), menyatakan bahwa pendidikan mempunyai pengaruh bagi petani dalam mengadopsi teknologi dan keterampilan manajemendalam mengelola usahataninya. Semakin tinggi tingkat pendidikan baik formal maupun non formal, maka diharapkan pola pikirnya akan semakin rasional.

Tingkat pendidikan menggambarkan tingkat pengetahuan, wawasan, dan pandangan seseorang. Dalam bidang pertanian diartikan sebagai cara seseorang merespon suatu teknologi. Oleh karena itu, pendidikan memegang peranan kunci dalam pembangunan pertanian. Dengan pendidikan yang memadai, maka transfer teknologi mudah terlaksana sehingga dapat memacu pembangunan teknologi di tingkat petani (Kanro, 2002).

Syarief (2007) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap efektivitas program DPM-LUEP yang diteliti. Sehingga semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi efektivitas program tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa, dalam mengelola suatu usaha, khususnya dibidang manajemen perusahaan penggilingan padi atau gabah sangat dibutuhkan pendidikan yang cukup untuk dapat mengelola perusahaan dengan baik.

Solikah (2010) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa tingkat pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan persepsi petani terhadap peran lembaga LUEP dalam Usahatani Padi. Petani dengan pendidikan formal


(44)

yang rendah cenderung memiliki pola piker sederhana dalam mengelola usaha tani dan memandang setiap permasalahan yang dihadapinya.

Mosher (1983) menyebutkan bahwa pendidikan merupakan faktor pelancar yang dapat mempercepat pembangunan pertanian. Dengan pendidikan, seseorang akan mudah dalam mengadopsi teknologi baru, mengembangkan ketrampilan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi.

2.2.6. Hubungan Usia terhadap Program

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usahataninya. Menurut Kartasapoetra (1991), petani yang berusia lanjut yaitu berumur 50 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit memberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja, dan cara hidup. Menurut Prayitno dan Lincolin (1987), menyatakan bahwa tingkat umur mempunyai pengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola usahataninya maupun usaha-usaha pekerjaan tambahan lainnya. Semakin tinggi umur petani, maka kemampuan kerjanya semakin menurun.

Munthe (2009) menyebutkan bahwa tingkat umur mempengaruhi pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia seseorang, semakin berkembang juga cara mereka berfikir dan dalam membuat keputusan.

Adiwilaga (1973) menyatakan bahwa peternak dalam usia produktif akan lebih efektif dalam mengelola usahanya bila dibandingkan dengan peternak yang lebih tua.


(45)

2.3.Kerangka Pemikiran Penelitian

P-LDPM adalah salah satu program pemerintah dibidang pertanian yang bertujuan untuk membantu petani dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan hidup. Program ini cukup mudah untuk dijalankan oleh petani-petani terutama petani-petani-petani-petani yang bernaung di bawah Gapoktan. Namun peneliti merasa perlu dilakukan penelitian untuk melihat apakah petani yang menjalankan program P-LDPM ini dapat beradaptasi dan menerima program ini.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program. Beberapa faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal, umur dan pendidikan non formal dari pengurus. Pendidikan mempunyai pengaruh bagi petani dalam mengadopsi teknologi dan keterampilan manajemen dalam mengelola usahataninya. Semakin tinggi tingkat pendidikan baik formal maupun non formal, maka diharapkan pola pikirnya akan semakin rasional. Umur mempunyai pengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola usahataninya maupun usaha-usaha pekerjaan tambahan lainnya. Semakin tinggi umur petani, maka kemampuan kerjanya semakin menurun.

Program P-LDPM ini dianggap berhasil di lapangan jika memenuhi 9 (sembilan) indikator dari 10 (sepuluh) indikator-indikator yang ada dalam panduan teknis pelaksanaan program P-LDPM. Indikator keberhasilan tersebut yaitu realisasi dana bantuan sosial, adanya PPL pendamping, memiliki gudang lumbung pangan, memiliki cadangan pangan, meningkatnya volume jual beli gabah/beras, meningkatnya modal usaha, membeli gabah lebih besar atau sama dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), meningkatnya nilai tambah produk, meningkatnya akses anggota terhadap pangan, dan meningkatnya kemampuan


(46)

manajemenn Gapoktan. Program ini diharapkan dapat meningkatkan penerimaan petani pesertanya yang diukur dengan membandingkan penerimaan petani Gapoktan yang berhasil menjalankan Program P-LDPM dengan petani Gapoktan yang tidak berhasil menjalankan Program P-LDPM.

Kerangka Konsep Penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

2.4.Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. bupaProgram P-LPDM berhasil dijalankan di Kabupaten Serdang Bedagai. Program P- LDPM

Indikator – Indikator Keberhasilan • Realisasi Dana Bantuan Sosial • Tersedianya PPL Pendamping

• Memiliki Gudang Cadangan

Pangan

• Memiliki Cadangan Pangan

• Meningkatnya Volume Jual Beli Gabah

• Meningkatnya Modal Usaha • Membeli Gabah > HPP

• Meningkatnya Nilai Tambah

Faktor yang Berhubungan

Dengan Keberhasilan

1. Tingkat Pendidikan 2. Usia

3. Pendidikan Non Formal

Berhasil/Tidak Berhasil

Penerimaan Tidak Meningkat Penerimaan


(47)

2. Ada hubungan faktor Pendidikan, Usia dan Pendidikan Non Formal terhadap keberhasilan program P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Program P-LDPM memberikan dampak positif dengan adanya perbedaan penerimaan antara petani peserta yang berhasil menjalankan Program P-LDPM dengan petani peserta yang tidak berhasil menjalankan Program P-LDPM di Katen Serdang Bedagai.


(48)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pemilihan Lokasi

Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai yang dipilih secara purposive karena Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah penerima bantuan program P-LDPM di Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan di daerah-daerah penerima P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu di Desa Pematang Pelintahan Kecamatan Sei Rampah, Desa Melati II Kecamatan Perbaungan, Desa Lidah Tanah Kecamatan Perbaungan, Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi, Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin, dan Desa Pulo Gambar Kecamatan Serba Jadi.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh petani yang menerima bantuan P- LDPM yang terbagi dalam beberapa Gapoktan dan pengurus P-LDPM.

Untuk identifikasi masalah yang pertama, sampel diambil dari sampel pengurus dan petani pada masalah 2 dan 3, lalu digunakan metode deskriptif dengan melihat bagaimanakah keberhasilan program P-LDPM di masing-masing gapoktan penerima. Untuk menentukan apakah gapoktan berhasil atau tidak dilihat dari indikator keberhasilan. Dari 10 kriteria yang ditetapkan, sedikitnya gapoktan harus memenuhi 9 kriteria baru dianggap berhasil.

Untuk identifikasi masalah yang kedua, yang menjadi populasi sekaligus sampelnya adalah pengurus P-LDPM. Metode sampel yang digunakan adalah


(49)

metode sensus . Jumlah populasi dan sampel pengurus P-LDPM dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel Pengurus

No Nama Gabungan Kelompok Tani

Jumlah Pengurus P-LDPM

Jumlah Sampel

1 Harapan (Sei Rampah) 12 12

2 Melati Jaya (Perbaungan) 12 12

3 Maju Bersama (Perbaungan) 12 12

4 Sumber Makmur (T. Tinggi) 12 12

5 Sri Sumana(T.Beringin) 12 12

6 Sahabat Tani(Serba Jadi ) 12 12

Total 72 72

Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kab.Serdang Bedagai Tahun 2009

Untuk identifikasi masalah yang ketiga dilakukan analisa inferensial dimana yang menjadi populasi adalah petani peserta program P-LDPM. Analisa inferensial ini digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan pendapatan antara petani peserta yang berhasil melaksanakan Program P-LDPM dengan petani peserta yang tidak berhasil melaksanakan Program P-LDPM, dengan membandingkan harga yang diterima masing-masing kelompok.

3.3. Metode Pengumpulan Data 3.3.1. Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan Data Primer yaitu data yang diperoleh dengan melakukan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian sesuai dengan masalah yang diteliti, yang dapat dilakukan dengan Penyebaran Kuisioner. Kuisioner disebarkan kepada responden yang dimaksudkan untuk menyaring data dari pengurus peserta program P-DLPM di masing–masing Gapoktan.


(50)

3.3.2. Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan Data Sekunder dilakukan dengan studi kepustakaan untuk mendapatkan data melalui buku, dokumen-dokumen pelaksanaan kegiatan P-LDPM maupun laporan–laporan yang ada.

Tabel 2. Jenis dan Sumber Data

No Jenis Data Sumber Data

1. Data Primer

a. Pendidikan Formal Pengurus b. Usia Pengurus

c. Pendidikan Non Formal Pengurus

-Kuisioner -Kuisioner -Kuisioner 2. Data Sekunder

a. Harga Gabah b. Cadangan Pangan c. Volume Jual Beli Gabah d. Perkembangan Modal e. Administrasi Kelompok

- BP2KP Kab.Serdang

Bedagai

- Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai

3.4. Metode Analisis Data 3.4.1. Analisis Deskriptif

Analisa deskriptif dilakukan untuk melaporkan faktor demografi dari responden seperti tingkat pendidikan, umur dan tingkat pendidikan non formal. Analisis deskriptif juga dilakukan untuk menggambarkan keberhasilan masing-masing gapoktan penerima P-LDPM berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

3.4.2. Analisis Inferensial

Untuk membuat kesimpulan tentang temuan secara umum, dilakukan analisa inferensial. Analisa inferensial yang digunakan adalah uji Chi Square dan uji beda rata-rata independen (independent sample t-test)


(51)

1. Chi Square digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan dalam keberhasilan program berdasarkan tingkat pendidikan, usia dan pendidikan non-formal.

2. Uji beda rata-rata independen (independent sample t-test) digunakan untuk melihat perbedaan penerimaan petani Gapoktan yang berhasil menjalankan program P-LDPM dengan penerimaan petani Gapoktan yang tidak berhasil menjalankan program P-LDPM

2 1 2 1 1 1 n n Sp x x t + − = 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2 − + − − − = n n S n S n Sp dimana: x1 x

= nilai rata-rata dari kelompok 1

2

Sp = std deviasi gabungan

= nilai rata-rata dari kelompok 2

S1 = std deviasi kelompok 1 S2 = std deviasi kelompok 2

n1 = banyaknya sampel di kelompok 1 n2 = banyaknya sampel di kelompok 2

Kriteria uji:

H0 diterima bila sig. t > α

H

0,05


(52)

3.5. Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Definisi

1. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) adalah bagian dari Pengembangan Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan pada Program Peningkatan Ketahanan Pangan tahun 2009 yang bertujuan meningkatkan kemampuan gapoktan dalam mengembangkan usaha distribusi dan mengelola cadangan pangan.

2. Dana bantuan sosial adalah uang yang ditransfer langsung kepada Gapoktan untuk pembangunan dan penguatan unit usaha distribusi hasil pertanian atau unit usaha pemasaran dan atau unit usaha pengolahan serta pengelolaan cadangan pangan.

3. Kelompok tani (Poktan) adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

4. Gabungan kelompok tani (Gapoktan) adalah gabungan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

5. Harga Pembelian Pemerintah (HPP) adalah harga pembelian pemerintah untuk komoditas padi/gabah/jagung/sesuai dengan instruksi presiden tentang perberasan.

6. Rencana Usaha Gapoktan (RUG) adalah rencana usaha yang disusun oleh anggota kelompoktani secara sistematis dan partisipatif dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi petani.


(53)

3.5.2. Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Sampel penelitian adalah pengurus program P-LDPM dan petani peserta program P-LDPM.

3. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal para pengurus program P-LDPM.

4. Usia adalah usia para pengurus program P-LDPM.

5. Pendidikan non formal adalah keikutsertaan pengurus P-LDPM dalam penyuluhan pertanian, kepengurusan kelompok, program pelatihan petani, latihan kerja diluar sistem formal dan berbagai program pengajaran kemasyarakatan di daerahnya.

6. Harga gabah peserta program P-LDPM adalah harga yang terjadi pada setiap transaksi.

7. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:

a. Realisasi dana bantuan sosial. Dianggap berhasil jika menerima > 80% dana dari total Rp 150.000.000 dicairkan untuk masing-masing Gapoktan. b. Memiliki PPL sebagai pendamping Gapoktan.

c. Memiliki gudang sebagai lumbung pangan.

d. Memiliki cadangan pangan. Dianggap berhasil jika cadangan pangan senilai > 80% dari nilai total cadangan pangan Rencana Usaha Gapoktan. e. Meningkatnya volume pembelian-penjualan gabah/beras di unit distribusi. f. Meningkatnya modal usaha lebih besar dari dana bantuan sosial yang


(54)

g. Membeli harga gabah lebih besar atau setara dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

h. Meningkatnya nilai tambah produk. Nilai tambah diperoleh dari Gabah Kering Panen (GKP) yang diproses menjadi Gabah Kering Giling (GKG) maupun beras.

i. Meningkatnya akses anggota Gapoktan terhadap pangan.

j. Meningkatnya kemampuan manajemen Gapoktan. Kemampuan

manajemen ini diukur dari kemampuan Gapoktan dalam 4 hal yaitu melakukan pencatatan transaksi, pembukuan, pelaporan bulanan dan pengiriman SMS ke SMS Center tiap minggunya. Kemampuan manajemen dianggap meningkat jika mampu memenuhi 3 dari 4 subkriteria.

8. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah: a. Berhasil jika memenuhi > 9 indikator keberhasilan. b. Tidak berhasil jika memenuhi < 9 indikator keberhasilan


(55)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah di Propinsi Sumatera Utara yang berpotensi sebagai daerah pertanian, dimana luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai adalah 1.900,22 km2

Secara geografis daerah Kabupaten Serdang Bedagai terletak diantara 3°01’-3°40’ Lintang Utara dan 98°45’-99°18’ Bujur Timur. Suhu udara berkisar antara 24,1°C sampai dengan 31,6°C, dengan kelembaban udara rata-rata 84% dan curah hujan berkisar antara 10-345,5 mm dan rata-rata kecepatan angin adalah 0,9 m/detik.

dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian berkisar 0-500 meter dari permukaan laut. Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 desa/kelurahan definitif.

Batas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai adalah : - Sebelah Utara : Berbatasan dengan Selat Malaka

- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Simalungun

- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Batubara dan Kabupaten Simalungun

- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai adalah Sei Rampah yang terletak sekitar 76 km sebelah selatan kota Medan ibukota Propinsi Sumatera Utara.

Kabupaten Serdang Bedagai dikenal sebagai daerah pertanian dan mata pencaharian penduduk yang terutama adalah usaha pertanian pangan, perikanan dan perkebunan. Luas panen padi baik sawah maupun ladang di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2009 mencapai 72.264 Ha sedangkan yang paling


(56)

banyak ditanami pada sektor perkebunan adalah kelapa dan kelapa sawit. Potensi Industri yang ada adalah Industri kecil dan aneka industri yang mendukung pertanian dan pariwisata.

4.1.1.

Suhu udara rata-rata di Kabupaten Serdang Bedagai antara 24,1°C-31,6°C, dengan kelembaban udara pada tahun 2009 rata-rata setinggi 84%. Di Kabupaten Serdang Bedagai seperti daerah lainnya terdapat dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim hujan kedua mulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei.

Iklim (Suhu, Musim, Angin, Curah Hujan)

Pada tahun 2009 tercatat ada sekitar 5-27 hari jumlah hari hujan rata-rata perbulannya dengan rata-rata kecepatan angin 0,90 M/DT. Arah angin terbagi 2 (dua) arah/gerak yaitu angin yang berhembus: Dari arah Barat kira-kira bulan Oktober sampai dengan bulan Maret dan dari arah Timur dan Tenggara antara bulan April sampai dengan bulan September.

4.1.2.

Hasil Sensus tahun 2008 Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai berjumlah 630.728 jiwa, pada tahun 2009 diperkirakan sebesar 642.983 yang mendiami wilayah seluas 1.900,22 Km². Laju Pertumbuhan Penduduk Serdang Bedagai Tahun 2008-2009 dperkirakan sebesar 1,02% per tahun.

Kependudukan

Tahun 2009 di Kabupaten Serdang Bedagai Penduduk laki-laki lebih banyak dari perempuan. Laki-laki berjumlah 323.012 jiwa dan Perempuan berjumlah 319.971 jiwa. Angka sex rasio sebesar 100,95% (Tabel 3).


(57)

Tabel 3. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2007-2009 Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

2007 311.998 306.658 618.656 101,74

2008 316.745 313.983 630.728 100,88

2009 323.012 319.971 642.983 100,95

Sumber: BPS Kabupaten Serdang Bedagai, 2010

Hasil sensus tahun 2009, penduduk Kabupaten Serdang Bedagai berjumlah 642.983 dimana sebagian besar dari penduduk adalah berpendidikan SD dengan jumlah 207.452 jiwa dan yang terkecil adalah berpendidikan Diploma I, II &III yaitu sebesar 6.106 jiwa.

Tabel 4. Penduduk Diatas 10 Tahun menurut Jenis Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2009

No Pendidikan yang Ditamatkan Jumlah

1. Tidak punya ijazah 153.807

2. Sekolah Dasar 207.452

3. SMP 131.211

4. SMA 131.007

5. Diploma (I, II & III) 6.106

6. Diploma IV & S1 13.400

Total 642.983

Sumber: BPS Kabupaten Serdang Bedagai, 2010

Struktur penduduk menurut umur menunjukkan bahwa komposisi terbesar adalah penduduk di antara 15-19 tahun yaitu sebesar 77.426 jiwa dan komposisi terkecil adalah penduduk dengan usia 55-59 tahun yaitu sebesar 14.019 jiwa. Berkenaan dengan umur produktif, komposisi umur dibawah 15 tahun adalah sebanyak 217.514 jiwa (33,83%), komposisi umur diatas 60 tahun adalah 33.394 jiwa (5,19%), yang berada di usia produktif sekitar 60,98% atau sebesar 392.075 jiwa.


(58)

Tabel 5. Banyaknya Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2009

Umur Laki-Laki Perempuan Total

0 - 4 36.895 32.824 71.719

5 - 9 36.446 34.478 70.924

10 - 14 38.334 36.537 74.871

15 - 19 38.986 38.440 77.426

20 - 24 30.657 32.670 63.327

25 - 29 27.559 29.607 57.166

30 - 34 25.059 25.655 50.714

35 - 39 22.339 22.613 44.952

40 - 44 19.719 18.688 38.407

45 - 49 14.804 13.244 28.084

50 - 54 9.221 8.795 18.016

59 - 59 7.029 6.990 14.019

60 + 15.964 17.430 33.394

Total 323.012 319.971 642.983

Sumber: BPS Kabupaten Serdang Bedagai, 2010

Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Serdang Bedagai adalah 319.692 jiwa yang terbagi dua dimana yang bekerja adalah sebesar 301.475 jiwa dan yang masih menganggur adalah 18.217 jiwa atau sekitar 5,7% dari total angkatan kerja. Jumlah ini meningkat 1,09 persen dari tahun 2008 yang hanya berjumlah 292.112 jiwa. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Banyaknya Jumlah Angkatan Kerja Tahun 2008 – 2009

Angkatan Kerja Tahun

2008 2009

Bekerja 271.879 301.475

Menganggur 20.233 18.217

Total 292.112 319.692


(59)

4.1.3.

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Utara dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang secara administratif dibagi atas tujuh belas kecamatan dan 243 desa/kelurahan definitif.

Administrasi Pemerintahan

Perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai pada umumnya didukung oleh pertanian dimana menyumbang 40,33% terhadap PDRB tahun 2009 diikuti oleh sektor industri. Hal ini menunjukkan bahwa lapangan usaha yang dominan pada masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai adalah lapangan usaha sektor pertanian. Sejak terjadinya krisis ekonomi sektor pertanian tetap eksis karena tetap memegang peranan sebagai penyedia pangan.

4.2. Deskriptif Data

4.2.1. Perkembangan Luas Panen Padi di Kabupaten Serdang Bedagai

Luas panen padi di Kabupaten Serdang Bedagai dari tahun 2005-2011 mengalami kenaikan dan penurunan. Luas panen padi tertinggi pada tahun 2006 sebesar 112.822 Ha dan yang terendah pada tahun 2010 yaitu sebesar 93.023 Ha. Tren luas panen padi di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Perkembangan Luas Panen Padi di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2011 98013

112822

105303

109808 110877

93023

100673

80000 85000 90000 95000 100000 105000 110000 115000


(60)

4.2.2. Perkembangan Produksi Padi di Kabupaten Serdang Bedagai

Produksi padi cenderung mengalami peningkatan. Produksi panen padi terendah yaitu 298.708 Ton untuk Tahun 2005 dan terus meningkat. Sedangkan Produksi padi tertinggi sebesar 364.876 Ton pada Tahun 2010. Tren produksi padi di kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3.Perkembangan Produksi Padi di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2011

4.2.3. Perkembangan Rata-Rata Produksi Padi di Kabupaten Serdang Bedagai

Rata-rata produksi padi di Kabupaten Serdang Bedagai mengalami peningkatan selama kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun 2011. Produktivitas terendah sebesar 46,09 Kw/Ha untuk tahun 2006 dan Produktivitas tertinggi sebesar 50,20 Kw/Ha untuk tahun 20011. Tren perkembangan rata-rata produksi padi di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Gambar 4.

298.708

334.704

342.432 344.401 347.468

364.876

319.188

250.000 270.000 290.000 310.000 330.000 350.000 370.000 390.000


(61)

Gambar 4. Perkembangan Rata-Rata Produksi Padi di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005 - 2011

4.2.4. Analisis Deskriptif Demografis Sampel 4.2.4.1. Asal Gapoktan

Pada penelitian yang ini, sampel yang diambil adalah sampel pengurus sebanyak 12 orang dari setiap gapoktan untuk mewakili daerah atau gapoktan yang melaksanakan Program P-LDPM di Serdang Bedagai. Keenam gapoktan tersebut adalah Gapoktan Harapan Desa Pematang Pelintahan Kecamatan Sei Rampah, Gapoktan Sri Sumana Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin, Gapoktan Melati Jaya Desa Melati II Kecamatan Perbaungan, Gapoktan Maju Bersama Desa Lida Tanah Kecamatan Perbaungan, Gapoktan Sahabat Tani Desa Pulo Gambar Kecamatan Serbajadi dan Gapoktan Sumber Makmur Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi. Jumlah keseluruhan sampel pengurus adalah 72 orang.

4.2.4.2. Tahun Ikut Program P- LDPM dan Jenis Kelamin

Seluruh sampel yang diambil datanya, mengikuti program P-LDPM pada tahun 2009. Dengan identiknya tahun keikutsertaan gapoktan dalam program

46,17 46,09

46,83

47,31

48,23

49,62

50,20

44,00 45,00 46,00 47,00 48,00 49,00 50,00 51,00


(62)

tersebut, diharapkan sudah terjadi penambahan modal pada masing-masing gapoktan. Jenis kelamin dari sampel adalah 100% pria, kaum wanita kemungkinan belum mendapat kesempatan untuk menjadi pengurus pada program P-LDPM ini.

4.2.4.3. Umur Sampel

Berdasarkan umur, sampel dibagi menjadi 5 kelompok umur yakni > 41 tahun, 36-40 tahun, 31-35 tahun, 25-30 tahun dan < 25 tahun. Persentase sampel yang diambil cukup variatif dimana dari 72 sampel, umur sampel yang terbanyak adalah berada diatas 41 tahun yaitu sebanyak 45,8% dan yang paling sedikit adalah umur sampel dibawah 25 tahun yaitu hanya 1,4% saja. Dari 72 sampel yang dianalisa, diperoleh data bahwa sampel didaerah yang diteliti adalah kebanyakan berada diatas umur 30 tahun, hanya sedikit yang berada dikelompok umur dibawah 31 tahun (11,1%). Dari segi usia, sampel yang diambil berada pada kelompok usia produktif dan masih mampu menjalankan program sesuai dengan yang seharusnya. Komposisi sampel berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Umur Sampel Program P-LDPM

Umur Jumlah Persentase

< 25 Tahun 1 1,4

25 – 30 Tahun 6 8,3

31 – 35 Tahun 13 18,1

36 – 40Tahun 19 26,4

>40 Tahun 33 45,8

Total 72 100


(63)

4.2.4.4. Tingkat Pendidikan Formal

Sampel yang diteliti pada klasifikasi berdasarkan tingkat umur, dibagi menjadi 5 tingkatan yaitu tidak sekolah (tidak tamat SD), SD, SMP, SMA dan Sarjana. Sampel terbanyak berasal dari tamatan SMA sebesar 44,4% (32 orang) sedangkan yang paling sedikit adalah tidak tamat SD sebesar 1,4% (1 orang). Dari sisi tingkat pendidikan, sampel yang diambil cukup mendapatkan pendidikan formal yaitu terbanyak pada tingkat pendidikan tamatan SMA, dimana diharapkan akan memudahkan memahami program P-LDPM ini. Komposisi sampel berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Tingkat Pendidikan Sampel Program P-LDPM

Umur Jumlah Persentase

Tidak Sekolah 1 1,4

SD 8 11,1

SMP 28 38,9

SMA 32 44,4

Sarjana 3 4,2

Total 72 100

Sumber: Analisis Data Primer

4.2.4.5. Tingkat Pendidikan Non Formal

Untuk tingkat pendidikan non formal, diambil rerata dari hasil frekuensi mengikuti penyuluhan, frekuensi mengikuti pelatihan dan pengalaman berorganisasi dari sampel. Untuk hasil frekuensi mengikuti penyuluhan sebanyak 33,3% sampel (24 orang) mengikuti penyuluhan sebanyak 1 kali pada periode penelitian, sedangkan 16,7% sampel (12 orang) menyatakan tidak pernah mengikuti penyuluhan selama periode penelitian. Frekuensi sampel dalam mengikuti penyuluhan dalam setahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 9.


(64)

Tabel 9. Frekuensi Ikut Penyuluhan Satu Tahun Terakhir Sampel Program P-LDPM

Frekuensi Jumlah Persentase

Tidak Pernah Ikut 12 16,7

1 Kali 24 33,3

2 Kali 17 23,6

3 Kali 15 20,8

>3 Kali 4 5,6

Total 72 100

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan frekuensi mengikuti pelatihan, sebanyak 27 orang (37,5%) menyatakan mengikuti pelatihan sebanyak 1 kali selama periode penelitian, sedangkan sebanyak 2 orang (2,8%) mengikuti pelatihan sebanyak lebih dari 3 kali. Dalam hal ini, yang menjadi perhatian bahwa sampel yang tidak pernah ikut pelatihan ternyata cukup besar yaitu sebanyak 18 orang atau 25%. Program P-LDPM ini tentunya memerlukan pelatihan yang cukup sehingga program ini dapat berjalan sesuai dengan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaannya. Frekuensi sampel peserta program P-LDPM dalam mengikuti pelatihan selama satu tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Frekuensi Ikut Pelatihan Satu Tahun Terakhir Sampel Program P-LDPM

Frekuensi Jumlah Persentase

Tidak Pernah Ikut 18 25,0

1 Kali 27 37,5

2 Kali 17 23,6

3 Kali 8 11,1

>3 Kali 2 2,8

Total 72 100


(65)

Berdasarkan pengalaman berorganisasi, sebanyak 52,8% (38 orang) memiliki pengalaman berorganisasi selama 1-5 tahun dan sebanyak 11,1% (8 orang) memiliki pengalaman berorganisasi selama 10-15 tahun. Sementara sebesar 6,9% (5 orang) tidak memiliki pengalaman berorganisasi. Disini dapat dilihat bahwa sampel yang diambil telah memiliki pengalaman menjadi pengurus sebelum program ini dijalankan. Diharapkan dengan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya akan memudahkan mereka dalam memahami dan menjalankan program dan dalam memanajemen anggotanya. Pengalaman berorganisasi sampel peserta Program P-LDPM dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Pengalaman Berorganisasi Sampel Program P-LDPM Pengalaman Berorganisasi Jumlah Persentase

Tidak Ada 5 6,9

1 – 5 Tahun 38 52,8

6 – 10 Tahun 21 29,2

11 – 15 Tahun 8 11,1

Total 72 100

Sumber: Analisis Data Primer

Dari sampel-sampel yang pernah ikut pelatihan, peneliti menanyakan tentang pelatihan apa saja yang diikuti oleh sampel. Ternyata sebanyak 24 orang atau sekitar 33,3% sampel menyatakan pernah mengikuti pelatihan monitoring dan evaluasi P-LDPM. Sampel yang mengikuti pelatihan P-LDPM dan SMS harga sebanyak 11 orang (15,3%), sebanyak 13 orang (18,1%) mengikuti pelatihan P-LDPM, sebanyak 3 orang (4,2%) mengikuti pelatihan SMS harga dan sebanyak 3 orang (4,2%) mengikuti sosialisasi dan pengembangan P-LDPM. Namun ada juga yang tidak pernah sama sekali mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Badan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Utara. Sebanyak 18


(66)

orang ( 25,0%). Jenis – jenis pelatihan yang diikuti peserta Program P – LDPM dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Jenis Pelatihan yang Diikuti Sampel Program P-LDPM

Jenis Pelatihan Jumlah Persentase

Monitoring dan Evaluasi P-LDPM 24 33,3

Pelatihan P-LDPM 13 18,1

Pelatihan P-LDPM dan SMS Harga 11 15,3

SMS Harga 3 4,2

Sosialisasi dan Pengembangan P-LDPM 3 4,2

Tidak Pernah Ikut 18 25,0

Total 72 100

Sumber: Analisis Data Primer

4.2.5. Analisis Deskriptif Pernyataan Sampel

4.2.5.1. Sering Tidaknya Sosialisasi dan Monitoring dari Tim Teknis

Di enam daerah pelaksanaan program P-LDPM, sampel memberikan jawaban atas pertanyaan sering tidaknya sosialisasi Program P-LDPM, dimana jawaban terkonsentrasi pada dua jawaban yaitu sering dan jarang. Jawaban sampel terbanyak adalah jarang sebanyak 72,2% atau 52 sampel dan sering sebanyak 27,8% atau 20 sampel.

Sedangkan untuk pertanyaan sering tidaknya monitoring dari tim teknis, kembali jawaban terkonsentrasi pada dua jawaban saja yaitu sering dan jarang. Sering dijawab oleh 22 sampel atau 30,6% sedangkan jarang dijawab oleh 69,4% atau 50 sampel.

4.2.5.2. Manfaat Lain dari Program P-LDPM

Atas pertanyaan ini, sebanyak 33,3% dari sampel (24 orang) menyebutkan bahwa manfaat lain dari program ini adalah ’bisa simpan pinjam gabah dan padi


(67)

19,4% atau 14 orang. Jawaban atas manfaat lain dari program ini yang paling rendah adalah pada jawaban ’harga gabah lebih stabil’ dan ’mempermudah distribusi dan jual beli gabah’ yaitu sebanyak masing-masing 2 sampel atau 2,8%.

Tabel 13. Manfaat Lain Program P-LDPM

Manfaat lain PLDPM Jumlah Persentase

Bisa simpan pinjam gabah dan simpan padi digudang

24 33,3

Membuka peluang bisnis dan pekerjaan 14 19,4

Tidak memberi manfaat lain selain ada cadangan pangan

11 15,3

Antisipasi paceklik 9 12,5

Menolong petani dari tengkulak saat panen raya 4 5,6

Meningkatkan pendapatan petani dan kelompok 3 4,2

Harga lebih tinggi dari agen 3 4,2

Harga gabah lebih stabil 2 2,8

Mempermudah distribusi dan jual beli gabah 2 2,8

Sumber: Analisis Data Primer

4.3. Tingkat Keberhasilan Program P-LDPM 4.3.1. Realisasi Dana Bantuan Sosial P-LDPM

Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran kegiatan P-LDPM adalah gapoktan di wilayah sentra produksi padi dengan kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki organisasi kepengurusan yang masih aktif (Ketua, sekretaris, bendahara) dan dikukuhkan oleh instansi yang berwenang.

2. Memiliki rekening tabungan atas nama gapoktan tanpa kartu ATM pada Bank Sumut Cabang Kabupaten

3. Mempunyai gudang milik gapoktan untuk menampung gabah/beras dengan kapasitas 30-40 ton. Pemilikan gudang dan atau lahan dibuktikan oleh surat/dokumen yang sah sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.


(1)

Lampiran 6. Gapoktan Maju Bersama Desa Lida Tanah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Data Harga Pembelian Gabah Mingguan Periode Januari - Desember 2011

No Minggu Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1 I 3,700 3,900 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 II 3,800 4,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 III 4,100 3,700 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 IV 4,400 3,400 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 V 4,000 0 0 0


(2)

Lampiran 7. Gapoktan Sumber Makmur Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Data Harga Pembelian Gabah Mingguan Periode Januari - Desember 2011

No Minggu Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1 I 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 II 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 III 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 IV 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 V 0 0 0 0


(3)

Lampiran 8. Tabel Crosstab dan Chi-square Umur dengan Keberhasilan Program


(4)

Lampiran 9. Tabel Crosstab dan Chi-square Tingkat Pendidikan dengan Keberhasilan Program


(5)

Lampiran 10. Tabel Chi-square Pendidikan Non Formal dengan Keberhasilan Program


(6)

Lampiran 11. Tabel Hasil Komparasi Harga Gabah Petani yang Berhasil dan Petani yang Tidak Berhasil Menjalankan Program P-LDPM

Group Statistics Keberhasilan

PLDPM N Mean

Std. Deviation Std. Error Mean Harga gabah berhasil

87 3431.89

66 360.62949

38.6635 4 tidak berhasil

104 3368.26

92 344.99245

33.8292 9 Independent Sample Test