I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia sehingga tetap memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Sekitar 80 penduduk
Indonesia mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan pokoknya dan sekitar 25 juta rumah tangga petani memperoleh pendapatan dari usahatani padi. Pada
keadaan tersebut gejolak harga beras akan berdampak terhadap usahatani padi, kesejahteraan petani dan para konsumen beras terutama yang berasal dari
ekonomi miskin. Pola produksi tahunan komoditas gabahberas di daerah sentra produksi
menunjukkan produksi gabahberas pada saat panen raya selalu melimpah sedangkan permintaan akan gabahberas bulanan relatif stabil. Hal ini
menyebabkan harga gabahberas menjadi turun. Sebaliknya pada saat tidak terjadi panen paceklik, produksi gabahberas lebih sedikit sehingga lebih rendah dari
kebutuhan gabahberas. Akibatnya harga akan melonjak naik dan tidak terjangkau, yang terjadi saat petani justru tidak memiliki persediaan. Hal ini menunjukkan
bahwa harga gabahberas berfluktuasi menurut musim. Untuk menjaga stabilitas harga gabahberas pemerintah menerbitkan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor:05PermentanPP.20022011 tentang Pedoman Harga Pembelian Gabah dan Beras di Luar Kualitas oleh Pemerintah
HPP. Dalam Permentan ini pemerintah telah menetapkan harga dasar pembelian gabahberas oleh Pemerintah sebesar Rp.2.685,- GKP di tingkat penggilingan
dengan kadar air 19-25 dan kadar hampakotoran maksimum 10 dan Rp.3.300,-kg untuk GKG dengan kadar air maksimum 14 dan kadar
Universitas Sumatera Utara
hampakotoran maksimum 3 serta Rp.4.815,-kg untuk pembelian beras dengan kadar air maksimum 14 dan butir patah maksimum 25 . Peraturan ini
berlaku sejak tanggal ditetapkan yaitu 11 Februari 2011. Sedangkan Harga Pembelian Pemerintah HPP gabah dan beras yang ditetapkan sesuai INPRES
No.7 Tahun 2009 adalah Rp 2.640kg untuk Harga Gabah Kering Panen GKP di penggilingan, Rp 3.300kg untuk Harga Gabah Kering Giling GKG di
penggilingan dan Rp 3.345kg untuk Harga Pembelian Gabah Kering Giling di GudangBulog.
Hasil pemantauan menunjukkan masih banyak petani yang menjual gabahnya di bawah harga pembelian pemerintah. Hal ini disebabkan karena
1. Rendahnya posisi tawar petani terutama pada saat panen raya
2. Rendahnya nilai tambah produk pertanian karena terbatasnya kemampuan
untuk mengolah hasil pertanian. 3.
Terbatasnya modal usaha. 4.
Terbatasnya akses pangan beras saat terjadi paceklik karena tidak mempunyai cadangan pangan yang cukup BKP Kabupaten Serdang
Bedagai, 2009. Untuk mengatasi rendahnya harga gabah petani terutama saat panen raya,
pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian melaksanakan Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat
P-LDPM. Program ini memberikan bantuan modal untuk petani yang tergabung dalam wadah gapoktan dengan mekanisme bantuan soial bansos. Program ini
menitikberatkan pada peningkatan kapasitas Gapoktan dalam mengelola kegiatan
Universitas Sumatera Utara
distribusi agar menerima harga yang optimal dan memupuk cadangan pangan bagi Gapoktan. BKP Kabupaten Serdang Bedagai, 2009
Program P-LDPM ini sendiri merupakan program pengganti Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan DPM-LUEP yang sejak
tahun 2009 dihentikan oleh pemerintah. Program DPM-LUEP ini dihentikan karena dinilai memberatkan petani karena dana yang disalurkan dalam program
ini berupa pinjaman. Selain itu untuk mendapatkan bantuan ini petani harus memiliki agunan. Lamanya proses pencairan menyebabkan penggunaan dana ini
kurang efektif karena di akhir tahun anggaran dana sudah harus di kembalikan ke rekening Negara APBN.
Tujuan kegiatan Program P-LDPM adalah: 1.
Meningkatkan kemampuan Gapoktan sebagai lembagaan pangan masyarakat dalam mengembangkan usaha pemasaran hasil pertanian yang mencakup
pembelian, penyimpanan, pengolahan dan penjualan dalam rangka stabilitas harga pangan gabahjagung sesuai potensi masing-masing daerah.
2. Meningkatkan kemampuan Gapoktan sebagai lembagaan distribusi pangan
masyarakat dalam mengembangkan unit usaha cadangan pangan gabah untuk memenuhi kebutuhan anggotanya terutama dalam menghadapi masa
paceklik. 3.
Meningkatkan kemampuan unit usaha hasil distribusi hasil pertanian atau unit usaha pemasaran milik gapoktan dalam mengembangkan jejaring distribusi
dengan mitra di luar wilayahnya. BKP Kab.Serdang Bedagai Jumlah dana yang disalurkan pada Program P-LDPM di Kabupaten
Serdang Bedagai sebanyak 900 juta yang dibagikan pada 6 gapoktan dimana
Universitas Sumatera Utara
masing-masing Gapoktan menerima bantuan sosial sebesar Rp. 150 juta. Dana tersebut dapat dimanfaatkan sesuai dengan Rencana Usaha Gapoktan RUG yang
diusulkan dalam 2 dua alternatif yaitu: 1.
Alternatif – 1 untuk: a
Usaha distribusi pengolahan gabah sebesar 70 b
Usaha pengelolaan cadangan pangangabah sebesar 30 2.
Alternatif – 2 untuk: a
Usaha distribusipengolahan cadangan gabah sebesar 40 - 43 b
Usaha cadangan pangan gabah sebesar 27 dan c
Renovasi gudanglumbung cadangan pangan maksimal sebesar 30 - 33.
Gapoktan penerima bantuan Program P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai umumnya menggunakan alternatif yang kedua karena belum memiliki
gudang penyimpanan yang layak sehingga harus dilakukan perbaikan atau pembangunan lumbung.
Keenam gapoktan yang mendapat bantuan P-LDPM di kabupaten Serdang Bedagai adalah Gapoktan Harapan Desa Pematang Pelintahan Kecamatan Sei
Rampah, Gapoktan Melati Jaya Desa Melati II Kecamatan Perbaungan, Gapoktan Maju Bersama Desa Lidah Tanah Kecamatan Perbaungan, Gapoktan Sumber
Makmur Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi, Gapoktan Sri Sumana Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin dan Gapoktan Sahabat Tani
Desa Pulo Gambar Kecamatan Serba Jadi. Kegiatan P-LDPM ini dirancang secara bertahap dalam kurun waktu 3tiga tahun meliputi aTahap Penumbuhan, b
Tahap Pengembangan dan cTahap Kemandirian.
Universitas Sumatera Utara
Program P-LDPM di Kabupaten Serdang Bedagai telah dilaksanakan sejak Tahun 2009. Program ini telah dilaksanakan selama kurang lebih 3 tahun. Oleh
karena itu dirasa perlu dilakukan suatu penelitian untuk menganalisismengevaluasi keberhasilan Program P-LDPM di Kabupaten Serdang
Bedagai Selain itu juga perlu dilihat faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan keberhasilan Program P-LDPM serta dampak keberhasilan Program
terhadap pendapatan Petani peserta P-LDPM.
1.2. Identifikasi Masalah